Wira, pria pemalas yang sering membuat orang tuanya marah. Selain pemalas, Wira juga seorang pengangguran dan hobby menyaksikan film dewasa.
Suatu hari, Wira mengalami peristiwa yang membuatnya tiba-tiba berada di dunia lain dan terjebak dalam masalah tujuh wanita cantik yang menganggap mereka adalah bidadari.
Untuk memecahkan misteri keberadaannya di dunia itu, mau tidak mau Wira harus menjadi pelindung tujuh bidadari tersebut.
Berbagai masalah pun menghampiri Wira, termasuk masalah asmara terlarang antara manusia dan para bidadari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamat
"Leo?" pekik Wira dengan mata sedikit melebar. Wajahnya terlihat begitu terkejut, kala menyaksikan Singa sudah berada bersama para bidadari.
Namun, sedetik kemudian senyum Wira terkembang. Dia melangkah cepat, mendekati Leo bersama para bidadari. "Kalian semua baik baik saja, kan?" tanya Wira.
"Kami baik baik saja, Kang," ucap salah satu bidadari. "Tadi kami hampir saja ketangkap. Untungnya Leo datang tepat waktu. Coba kalau tidak ada Leo, mungkin kita sudah jadi santapan para penjahat itu."
"Maaf, gara gara aku yang kurang hati hati, kalian hampir celaka," cicit Dewi kuning.
"Loh, kaki kamu kenapa?" Wira terkejut begitu melihat salah satu kaki Dewi kuning nampak merah dan ada sisa darah pada salah satu ujung jarinya.
"Kaki aku tadi kesandung batu dan terkilir, Kang," jawab Dewi Kuning. "Makanya, tadi kami hampir ketangkap gara gara kaki aku ini."
Wira lantas tersenyum dan dia melangkah mendekat ke arah Singa dan mengusapnya. "Aku pikir kamu pergi jauh, ternyata kamu diam diam mengawasi kami," ucap Wira diiringi dengan senyuman.
Sedangkan Sang Singa yang diajak bicara hanya mengaum saja. Wira lalu menoleh ke arah Dewi kuning. "Kaki kamu masih bisa buat jalan tidak?"
"Sepertinya susah, Kang," Dewi hijau yang menjawab. "Pasti sakit banget kalau dipaksa jalan."
Wira mengangguk lalu dia seketika terdiam dengan kening yang sedikit berkerut. "Kamu naik aja dipunggung Leo, mau?" ucapnya setelah menemukan solusi.
"Naik punggung Leo, Kang?" tanya Dewi Jingga agak terkejut. Wira mengangguk. "Berarti Leo ikut ke pasar dong? Nanti kalau para penduduk melihat Leo bagaimana? Yang ada orang orang langsung pada lari."
"Aku tahu," jawab Wira. "Tapi kan yang penting kita keluar dari hutan dulu. Emangnya kalian mau kita bermalam di hutan? Sedangkan dewi kuning kakinya sedang terluka dan susah untuk jalan kaki. Bukankah lebih baik dia naik ke punggung Leo?"
"Benar juga," seru salah satu Dewi.
Mereka pun sejenak saling bertukar pendapat. Setelah melakukan kesepakatan, akhirnya mereka bersiap untuk kembali melanjutkan perjalanan mereka.
#####
Sementara itu di tempat perkelahian antara Wira dan para penjahat.
"Ketua, apa mungkin teman teman kita berhasil menangkap semua wanita cantik tadi?" tanya salah satu dari empat pria itu saat mereka sudah bangkit sembari menahan rasa sakit.
"Aku yakin, pasti mereka berhasil. Pasti mereka para wanita itu langsung dibawa ke markas," jawab sesama anak buah.
"Bukankah sudah menjadi kebiasaan kita, kalau dapat mangsa wanita, langsung dibawa ke markas. Apa lagi pria yang tadi melawan kita, tidak muncul lagi dari dalam hutan, pasti dia lagi kebingungan mencari para wanita itu."
Rekan yang tadi melempar pertanyaan mengangguk tanda sependapat.
"Ya sudah, sekarang kita kembali ke markas," titah sang ketua. "Aku sudah tidak sabar menikmati tubuh wanita wanita itu."
Ketiga pria lainnya sudah pasti langsung setuju. Dengan perasaan riang gembira, mereka bergegas pergi menuju ke salah satu arah dimana arah tersebut menuju ke markas mereka.
Tidak butuh waktu lama, keempat pria itu hampir sampai di tempat yang mereka jadikan markas. Dengan wajah berbinar, mereka membayangkan kenikmatan bermain dengan tujuh wanita yang mereka tangkap. Keempat pria itu mempercepat langkah kakinya dan segera masuk ke dalam markas.
Namun, begitu masuk ke dalam markas, mereka terdiam dengan kening yang berkerut. "Kok sepi??" ucap salah satu dari mereka. "Apa mereka belum kembali?"
Dua pria lainya langsung memeriksa seluruh ruangan yang ada di tempat itu. "Tidak ada siapapun," ucap salah satunya. "Mereka pada kemana?"
Di saat mereka sedang diliputi banyak pertanyaan, keempat pria tersebut dibuat terkejut saat mendengar suara gaduh dari luar bangunan. Mereka pun serentak keluar.
"Loh, kalian baru pulang?" tanya ketua kepada empat anak buahnya yang baru saja datang. "Kalian kenapa? Kok pada panik gitu?"
"Bagaimana kami tidak panik? Tadi kami hampir saja diterkam Singa," jawab salah satu dari empat pria yang baru saja datang. Dia berkata sembari meletakkan pantatnya di atas tikar. Secara otomatis yang lainnya pun juga ikut duduk di tempat yang sama sampai mereka membentuk lingkaran.
"Singa! Dimana?" sang ketua nampak kaget dan merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan anak buahnya.
"Di hutan. Kalau tidak ada singa, kita tidak mungkin pulang sepanik ini. Padahal tadi kita hampir saja menangkap mangsa kita," ucap orang yang sama, dan langsung dibenarkan oleh rekann6a.
"Astaga! Lalu para wanita itu gimana? Apa mereka juga berhasil kabur dari Singa?" tanya anak buah yang lainnya, yang pulang terlebih dahulu bersama ketua.
"Tidak tahu, mungkin salah satu dari mereka sudah menjadi santapan Singa itu karena jarak mereka tadi sangat dekat. Singanya tadi muncul di belakang para wanita yang kita kejar."
"Hah!" Mereka langsung ternganga, dan saat itu juga mereka serentak bergidik ngeri sambil membayangkan Singa yang sedang menyantap wanita yang mereka kejar.
#####
Selang beberapa waktu kemudian, Wira dan tujuh bidadari kini sudah keluar dari hutan. Mereka berhenti sejenak untuk melepas lelah. Mata mereka memandang ke tempat sekitar sampai salah satu dari mereka melihat sesuatu.
"Sepertinya, di sana ada rumah," ucap Dewi Nila sambil menunjuk ke salah satu arah. Ucapan dewi Nila mampu mengalihkan pandangan Wira dan dewi lainnya.
"Ah iya, tapi kok rumahnya sendirian ya? Tidak ada rumah lainnya?" sahut Dewi hijau.
"Lebih baik salah satu dari kalian ikut saya. Kita datangi tempat itu," ucap Wira. "Kali aja kita dapat informasi, tempat menginap yang paling dekat dari sini."
Ketujuh dewi saling pandang sejenak. "Ya udah, aku aja yang ikut," cetus dewi Biru. Dewi biru dan Wira melangkah menuju ke rumah yang tadi ditunjuk Dewi Nila.
Hingga beberapa waktu kemudian, mereka pun kembali ke tempat semula. "Malam ini kita menginap di rumah itu," seru Dewi biru dengan girang.
"Kamu yakin? Apa itu rumah penginapan?" tanya Dewi merah.
"Bukan," jawab Dewi biru. "Di sana ada sepasang kakek dan nenek. Mereka hanya tinggal berdua. Tadi saat kita cerita, kalau kita sedang mencari tempat untuk menginap, mereka malah menawarkan rumahnya. Ya udah, aku sama kang Wira langsung setuju."
"Ya baguslah," seru Dewi Hijau. "Jadi kita ke pasarnya besok saja ya? Karena sekarang, sepertinya sudah terlalu sore."
"Setuju," seru dewi merah. "Tapi ini, Leo gimana?"
"Leo tetap berada di sekitar kita, cuma dia harus bersembunyi," ucap Wira. "Kamu setuju kan, Leo?" Sang singa langsung mengaum dan semua sontak tersenyum.
Mereka pun segera beranjak menuju ke tempat yang tadi Wira datangi. Namun di saat langkah mereka sudah dekat dan disambut oleh si pemilik rumah, para bidadari dikejutkan dengan apa yang mereka lihat saat ini.
berarti masih ada enam bidadari lagi yang mesti di cairkan...hahahhaa...
dengan keahlian jemarimu itu Thor, bisalah di selipkan nama nama pembaca cowok sebagai tokohnya, pastinya kan kami pasti mengagumi karyamu ini Thor..
Moso yoo cuma tokoh Wira saja toohh...hihihiiiiii ngarep banget sih saya yaaaa...🤭🤭🤭
..hemmm
wes, tambah lagi kopinya Thor, gulanya dikiiiiitt aja...
🤭