"Mulai sekarang gue yang jadi tutor lo sampai ujian kenaikan kelas."
Awalnya Jiwangga hanya butuh Keisha sebagai tutornya, itupun dia tidak sudi berdekatan dengan anak ambis seperti Keisha.
Sayang seribu sayang, bukannya menjauh, Jiwangga malah dijodohkan dengan Keisha.
Lantas bagaimana kelanjutan kisah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mashimeow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Thanks Harvey
Keisha masuk ke dalam kelas dengan aura yang tidak menyenangkan. Ibarat penggambaran dalam karakter komik sudah pasti ada banyak kobaran api membara di sekeliling gadis itu. Raut wajahnya benar-benar menyeramkan. Tidak ada ekspresi apa pun kecuali tatapan tajam dan bibir yang terkatup rapat.
Gadis itu masih belum berdamai dengan amarahnya. Lebih baik diam dari pada bersuara dan melampiaskan hal yang tidak seharusnya terucap. Dia menyambar botol air minum dari tas kemudian meneguknya tak sabar. Seketika air dingin dari botol tersebut sedikit meredakan panasnya suhu dalam tubuh Keisha.
“Kei! Sumpah lo harus tahu, nama lo trending banget di base twitter sekolah.” Luna masuk dari pintu depan dengan langkah tergesa. Gadis bertubuh jangkung itu langsung menyodorkan ponselnya ke arah Keisha. “Lo habis ngapain aja sih sama Jiwangga tadi? Astaga gue nggak habis pikir,” tanya Luna heboh.
Keisha melihat semua berita tentang dirinya dan Jiwangga dari handphone milik Luna. Gosip panas yang menyangkut Chaos Brotherhood memang gampang sekali tersebar. Apalagi jika itu menyangkut sang ketua, Jiwangga. “Gue cuma lakuin hal yang seharusnya jadi tugas gue, Lun. Ya gue kesal dong ternyata dia nggak dengar omongan gue sama sekali,” ucap Keisha ketus.
“Ya maksud gue tuh lo nekat banget. Ini kayak bukan Keisha Zievanna yang gue kenal,” balas Luna. Gadis berpipi chubby itu lantas menempelkan botol susu dingin miliknya ke wajah sang sabahat yang masih kelimpungan dengan amarahnya.
“Gue nggak bisa diam aja. Orang kayak Jiwangga ini harus dikejar secara ugal-ugalan biar paham. Kalau dia nggak mau dengar, ya gue bakal lakuin sesuai cara gue supaya dia mau ngerti,” kata Keisha yakin.
“Terus sekarang lo udah ada rencana?” tanya Luna.
“Gimana caranya gue dapat nomernya Jiwangga?” balas tanya Keisha.
“Tuh minta aja ke Tristan,” ucap Luna seraya menunjuk ke arah pemuda yang tengah mereka bicarakan dengan dagu. “Lebih gampang juga kan buat lo,” sambung gadis itu.
“Nggak mau lah gila. Gue malas berurusan sama Tristan, Joshua, Lucas, apalagi si River tuh. Bawaannya bikin gue emosi mulu tahu nggak. Gimana caranya gue dapat nomernya Jiwangga tanpa harus adu bacot dulu gitu,” tolak Keisha mentah-mentah.
“Kalau gitu sih pilihannya tinggal lo minta ke Harvey atau Julian aja. Di antara mereka bertujuh tuh yang paling mendingan emang dua orang itu sih. Setahu gue ya kalau Harvey tuh nggak banyak tingkah ketimbang Julian,” tutur Luna.
Keisha membulatkan bibirnya lalu menganggukkan kepala saat mendengar informasi baru. Kalau urusan mengenali karakter pria tampan memang Luna Geradine lah pakarnya. Gadis itu memang lumayan sering membicarakan Chaos Brotherhood akhir-akhir ini. Bahkan dia mengikuti sosial media tujuh lelaki tampan itu.
“Ya udah nanti gue coba ke salah satu dari mereka, semoga benaran nggak bikin esmosi duluan,” sahut Keisha.
“Sebelum pelajaran dimulai, ayo masukkan semua buku ke dalam tas. Kita ulangan dadakan materi minggu kemarin! Saya mau lihat apa kalian masih ingat atau tidak.” Suara nyaring itu seketika memenuhi ruang kelas dan membuat semua murid langsung berhamburan menuju bangku masing-masing.
Keisha dan Luna juga tidak menyadari keberadaan guru matematika yang masuk ke dalam kelas sebab terlalu asik mengobrol. Sepasang sahabat itu pula tidak kalah kelabakan dengan ulangan yang tak direncanakan sebelumnya.
Keisha mengeluarkan kertas kosong di atas meja kemudian. Luna sempat membuka buku paket untuk mengulas beberapa materi yang sekiranya keluar di ulangan sebelum akhirnya memasukkan buku itu ke dalam laci.
***
“Luna ayo! Gue nggak mau kehabisan cireng isinya Si Ibu nih,” panggil Keisha tidak sabar. Gadis itu sering kali melirik pada jarum jam di pergelangan tangannya.
“Duh sabar dong Kei, flashdisk yang mau gue kasih ke Gilang belum ketemu nih,” kata Luna sembari mencari benda kecil nan mungil berwarna hitam itu disela-sela bukunya.
“Gue beliin sekalian aja deh. Lo mau jajan apaan?” tanya Keisha.
Luna meraba bagian terdalam tasnya dan jemari lentik itu meraih benda yang selama ini dicari. Ia menghela napas lega ketika sudah menemukannya. “Udah dapat nih. Yuk kita jajan,” sahut Luna kemudian mengantongi flashdisk itu agar tidak hilang.
“Dijaga baik-baik tuh biar ngga hilang lagi,” kata Keisha mengingatkan.
“Aman,” balas Luna santai.
Keisha berjalan menyusuri koridor lebih dulu disusul oleh Luna di sampingnya. Ketika gadis itu melewati ruangan demi ruangan pasti ada saja bisikan yang tertuju untuknya. Bagaikan suara bising itu tidak akan pernah hilang dalam waktu dekat. Perihal dirinya menantang seorang Jiwangga saja malah dianggap sesuatu yang salah.
Tetapi si cantik acuh saja dan mengabaikan bisikan-bisikan tidak berguna. Kalau semakin dipikirkan hanya akan membuat sakit kepala. Ia akan selalu berpegang teguh pada tujuan awal. Membuat si Jiwangga biang onar Abram itu masuk ke dalam kelas bimbingannya dan bagaimanapun caranya.
Semua orang berbondong-bondong menuju ke arah kantin demi mengisi perut mereka yang sudah keroncongan. Saking ramai dan penuh, tubuh mungil Keisha hampir saja jatuh terjerembab ke depan kalau saja tidak mencari pegangan pada tangan Luna. Dua gadis cantik itu bertarung dengan siswa lain yang badannya jauh lebih besar.
Sudah seperti pertarungan sengit hanya untuk mendapatkan satu porsi cireng isi dan jus mangga di dua tempat berbeda. Keisha sampai harus sedikit memanjat kursi demi mengambil pesanan miliknya. Setelah apa yang diinginkan berada dalam genggaman, gadis itu lantas mencari tempat duduk yang kosong sambil menunggu Luna memesan makanan.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Keisha diam-diam bersorak kegirangan saat mendapati presensi Harvey yang masuk ke kawasan kantin seorang diri. Pemuda itu benar-benar sendirian. Tidak ditemani oleh teman-temannya yang menyebalkan, menurut Keisha.
“Harvey!” panggil Keisha.
Pemuda yang diserukan namanya sontak menoleh. Ia menatap ke arah Keisha dengan sebelah alis terangkat heran. “Kenapa?” balas tanya Harvey.
“Bisa ngobrol sebentar nggak? Gue ada perlu sedikit sama lo,” kata Keisha dengan cengiran khasnya. Dia harus menjaga tutur katanya di hadapan pemuda itu kalau tidak ingin rahasianya dibongkar suatu saat nanti.
“Ya tinggal ngobrol aja Kei,” ucap Harvey.
“Gini, gue kan diminta sama Bu Rasmi buat ngajarin Jiwangga sampai ujian kenaikan kelas. Tapi kayak yang lo lihat sendiri itu bocah nggak kooperatif banget sama gue. Jadi boleh nggak kalau gue minta nomernya Jiwangga sama lo?” tanya Keisha.
“Kenapa lo nggak minta langsung aja ke orang yang bersangkutan?” Harvey mengedarkan pandangan melihat ke arah kanan. Sekelibat pemuda itu seperti melihat keberadaan Joshua dan Tristan di kantin utama.
“Gue menghindari kemungkinan-kemungkinan debat yang nggak penting. Please gue minta tolong banget sama lo,” mohon Keisha sambil menyatukan kedua tangan di depan dada. Bibir si puan mengerucut kecil dan tatapannya dibuat memelas.
Harvey masih saja diam. Ia seketika sedikit gagal fokus saat dihadapkan dengan paras ayu seorang Keisha Zievanna. Menggemaskan, begitu pikirnya. Memang benar adanya perkataan Julian pagi ini. Gadis di hadapannya berbahaya. Harvey segera memutus kontak mata lebih dulu.
Jemarinya meraba saku celana dan mengambil handphone canggihnya itu. Harvey tanpa banyak basa-basi langsung memberikan nomer Jiwangga pada si puan melalui aplikasi berkirim pesan dengan logo telfon hijau itu. Mereka sempat bertukar nomer sebelumnya.
“Dah tuh,” kata Harvey.
Keisha membuka ruang obrolan dengan pemuda itu untuk pertama kalinya. Nomer seseorang yang diincarnya sudah berada dalam jangkauan. “Oke thanks ya,” kata Keisha.
“Hm.”
Keisha pun kembali menuju meja dimana ia duduk bersama dengan Luna dan meninggalkan Harvey begitu saja. Tidak ada lagi pembicaraan yang perlu diutarakan selain meminta nomer Si biang onar itu. Gadis itu sedikit lega saat mendapat respon positif dari Harvey yang tidak banyak protes.