Alan ... menikahlah dengan Delila, ku mohon! Aku sangat mencintai anakku Delila, aku paling tidak bisa terima bila dia di permalukan. Nelson Jocelyn
Saya tidak mau karena saya tidak mencintainya. Alan Hendra Winata
Maaf, maafkan aku telah menyeretmu ke dalam masalah besar ini. Delila Jocelyn
Pernikahan yang tak di inginkan itu apakah tumbuh benih-benih cinta atau hanya akan ada rasa sakit yang menjalar di antara keduanya?
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Ibu
Jarum jam telah menunjukkan pukul 9, kini mereka telah tiba di bandara. Tampak Delila tengah duduk di tempat tunggu penumpang dengan perasaan cemas dan gelisah. Ini kali pertama bagi Delila bertemu dengan Ibu mertuanya. Berbagai macam pertanyaan yang memenuhi kepalanya. Apa yang harus dia ucapkan nanti? Secara dia dan Alan menikah dengan secara tiba-tiba.
"Jangan khawatir, aku yakin Ibu pasti akan menyukaimu," ucap Alan seolah tahu apa yang di khawatirkan Delila.
"Apa yang harus aku katakan bila bertemu Ibu nanti?" tanya Delila dengan perasaan cemas.
"Kamu tenang aja, biar aku yang mengatasinya." Alan berusaha menenangkan Delila agar merasa rileks saat bertemu dengan Ibunya.
Delila menganggukkan kepalanya pelan, dia yakin kalau Alan pasti akan membantunya.
Tak lama kemudian, yang di nanti pun datang juga.
Tampak seorang wanita dengan guratan-guratan halus di wajahnya karena termakan usia. Terlihat jelas garis wajah yang tegas dan terkesan dingin datang menghampiri keduanya.
"Ibu," sapa Alan sembari mencium punggung tangannya dengan urat-urat yang terlihat jelas menandakan dia seorang pekerja keras.
Ibunya menepuk pelan pundak Alan dan memeluk anaknya dengan hangat. Terdengar isak tangis dari keduanya seolah saling melepaskan rindu.
"Bu ... perkenalkan ini istriku Delila Jocelyn. Ibu bisa panggil dia Delila," ucap Alan sembari menarik pinggang Delila agar lebih dekat dengannya.
Dada Delila berdebar hebat, bukan hanya karena pertemuannya dengan Ibu mertua. Namun, juga karena lilitan tangan besar Alan di pinggang rampingnya yang memeluknya erat.
Dengan perasaan gugup Delila meraih tangan Ibu mertuanya itu dan mencium punggung tangannya.
"Saya Delila, senang akhirnya bisa bertemu dengan Ibu," ucap Delila tulus dengan senyuman yang terukir di bibirnya. Sama halnya dengan apa yang di lakukan pada Alan, Ibu mertuanya itu juga mengusap halus pundak Delila dan tersenyum. Menandakan bahwa Ibu Alan bisa menerima kehadiran menantunya, dan membuat Delila bisa bernafas dengan lega.
Ternyata bukan hanya Delila saja, Alan pun merasakan hal yang sama. Dadanya pun berdebar hebat dan tangannya hampir bergetar.
Bukan karena kedatangan Ibunya, melainkan keberaniannya yang muncul tiba-tiba untuk memeluk Delila. Dan akan rasa hal ini sangat luar biasa, bahkan rasanya lebih manis dari apa yang dia bayangkan selama ini.
Seketika Delila berdehem untuk menyadarkan suaminya itu karena sedari tadi Alan hanya terdiam sembari terus memeluknya dengan erat. Dan hal itu membuat sang Ibu sampai tersenyum simpul melihat kelakuan anak dan menantunya itu.
Alan yang tak juga bergeming, sebelum akhirnya Delila menyikut halus lengan suaminya itu sehingga Alan akhirnya tersadar.
"Ah, maaf, aku lagi mikirin pekerjaan," ucap Alan yang sengaja berbohong. Dia sengaja beralasan seperti itu agar Delila tidak tahu bahwa sebenarnya dia menikmati pelukan itu.
"Tak ada habisnya memikirkan pekerjaan terus, jadi kamu harus pintar bagi waktu. Apalagi kamu sudah punya istri," ucap Ibunya yang di tanggapi senyuman kikuk oleh Alan.
Mendadak hati Delila berbunga mendengar itu, entah kenapa dia merasa Ibu mertuanya berada di pihaknya. Padahal sedikitpun Delila tak pernah mengeluhkan masalah waktu kerja Alan karena memang dia tak mau terlalu ikut campur dalam kehidupan pribadi suaminya itu.
"Ayo, ibu pasti lelah," ucap Delila sembari menggandeng tangan Ibu mertuanya dan tak ada penolakan darinya. Alan merasa lega melihat keduanya tampak akur dan bisa saling menerima.
Meski Delila berjalan sedikit tertatih, tapi Ibu mertuanya sama sekali tak memperhatikan itu. Mereka berjalan bersama dan Alan berada di belakang mereka.
"Kita makan dulu ya Bu," tawar Delila lembut.
"Sebaiknya kita langsung pulang saja. Kita bisa makan di rumah." Jawabnya.
"Baiklah nanti saya akan masak untuk makan siang, walaupun saya yakin kalau masakan Ibu pasti lebih enak," ucap Delila sembari tertawa ringan.
"Masakan kamu enak kok, aku suka," jawab Alan spontan dan hal itu membuat Delila menolehkan kepalanya dan tersenyum pada suaminya itu.
"Terimakasih," jawab Delila di antara senyumannya kemudian kembali menolehkan kepalanya dan berjalan menuju mobil mereka.
🌷🌷🌷
Kini mobil yang di bawa Alan telah tiba di halaman rumah. Alan dan Delila mengajak Ibunya berkeliling rumah, disana terdapat 4 kamar tidur. 1 kamar di tempati Delila dan Alan, 1 kamar kosong yang berdekatan dengan kamarnya, 1 kamar tamu berada di lantai bawah, dan 1 kamar lainnya di gunakan untuk asisten rumah tangga mereka. Sedangkan sopir dan keamanan mempunyai kamar sendiri berada di belakang rumah.
Delia menempatkan Ibu mertuanya di kamar yang dulu Alan tempati. Namun sebelumnya telah di bersihkan oleh asisten rumah tangga mereka. Delila telah berpikir untuk tidak memperlakukan Ibu mertuanya itu sebagai tamu, tapi sebagai Ibunya sendiri hingga Delila menempatkannya tepat di seberang kamar mereka bukan di kamar tamu. Dan Alan benar-benar senang melihat itu, dia tak menyangka Delila melakukan hal sebaik itu.
"Terimakasih sudah menerima kedatangan Ibu, nak ...," ucap Ibu mertuanya dan berjalan memasuki kamar di ikuti oleh Alan juga Delila.
"Lebih baik ibu istirahat. Saya akan menyiapkan makan siang dulu." Delila berjalan keluar meninggalkan Alan dan Ibunya.
"Sejauh ini Ibu perhatikan kehidupanmu baik. Istrimu juga terlihat sangat baik, walaupun ibu belum lama mengenalnya."
"Iya Bu, Alhamdulillah Delila memang baik."
"Syukurlah kalau begitu. Semoga apa yang kalian perlihatkan sama Ibu itu semua benar bukan sekedar settingan. Maaf Ibu berbicara seperti ini karena tahu bagaimana hatimu sebelumnya," ucap sang ibu uang duduk di samping anaknya itu sembari menggenggam tangannya.
Ibunya tahu persis Alan yang dulu, bahkan dia tahu bagaimana anaknya itu tergila-gila dengan wanita yang bernama Luna dan tiba-tiba harus menikahi Delila yang tak pernah Alan ceritakan tentangnya, selain hanya sebagai malaikat penolong Alan hingga dapat bekerja di perusahaan terbesar dan ternama. Selain itu Alan tak pernah bicara mengenai Delila pada Ibunya.
"Jangan khawatir, Bu. Aku baik-baik saja," jawab Alan yang tersenyum hangat sembari membalas genggaman tangan Ibunya
"Kamu harus ingat bahwa apa yang kita inginkan kadang tak sesuai dengan kenyataan. Tapi percayalah selama kita taat padanya, Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk kita. Ibu yakin pasti ada hikmah di balik kejadian besar ini. Bersabarlah ... semua akan indah pada waktunya," ucap Ibu Alan yang berusaha menenangkan anaknya.
Ucapan Ibu berhasil membuat Alan terdiam membisu, dia resapi baik-baik segala perkataan ibunya. Alan pun menarik nafas dalam dan menghembuskannya.
"Aku sudah bisa menerima semua ini walau tak mudah," jawab Alan.
"Hanya waktu yang akan bisa mengobati semua lukamu itu, Nak. Sabar ...," ucap Ibunya lagi sembari memberikan usapan-usapan halus di punggung anaknya itu.
.
.
.
🌷Bersambung🌷
yah dah di pastikan ini mah novel sering tahan nafas 😁😁😁😁
pantes kalau Lucas sma Luna