NovelToon NovelToon
Tumbal Mata Kedua

Tumbal Mata Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Action / Misteri / Spiritual / Zombie / Tumbal
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Foerza17

Cerita ini berlatar 10 tahun setelah kejadian di Desa Soca (Diharapkan untuk membaca season sebelumnya agar lebih paham atas apa yang sedang terjadi. Tetapi jika ingin membaca versi ini terlebih dahulu dipersilahkan dan temukan sendiri seluruh kejanggalan yang ada disetiap cerita).

Sebuah kereta malam mengalami kerusakan hingga membuatnya harus terhenti di tengah hutan pada dini hari. Pemberangkatan pun menjadi sedikit tertunda dan membuat seluruh penumpang kesal dan menyalahkan sang masinis karena tidak mengecek seluruh mesin kereta terlebih dahulu. Hanya itu? Tidak. Sayangnya, mereka berhenti di sebuah hutan yang masih satu daerah dengan Desa Soca yang membuat seluruh "Cahaya Mata" lebih banyak tersedia hingga membuat seluruh zombie menjadi lebih brutal dari sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Foerza17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Serangan Zombie

Setelah beberapa menit kami menggali, akhirnya lubang galian sudah sepenuhnya tercipta. Kami pun bahu-membahu menguburkan kedua mayat sang masinis itu. Peluh bercucuran diantara kami semua.

Setelah mayat sudah selesai diistirahatkan, kami mulai menutupnya dengan tanah dan dengan segera memadatkannya. Untuk saat ini, giliran Aku dan Hadi yang bertugas untuk memendamnya. Disaat aku dan Hadi masih fokus untuk menutup tanah, tiba-tiba lampu dari dalam kereta menyala dengan sendirinya hingga membuatku terkejut karenanya.

Dengan refleks aku langsung membuang cangkulku dan bergegas untuk kembali masuk ke dalam gerbong. Tetapi tanganku dicengkeram oleh Hadi agar terus melanjutkan pekerjaan kita disini.

"A-apa yang kau lakukan? Mereka sedang mencoba untuk kembali menarik perhatian para *zombie* yang sebelumnya kita bicarakan!" gertakku kepadanya.

"Yah! Aku tahu. Makanya aku menahanmu untuk kembali masuk ke dalam kereta karena aku sebelumnya sempat melihat salah satu dari mereka diantara pepohonan," ucap Hadi dengan tatapan tajam. Aku langsung tercengang mendengarnya.

"Ada apa?" tanya Darto terlihat cemas.

"Biarkan saja mereka sebagai pancingan bagi para *zombie*. Kita sebaiknya segera mencari tempat perlindungan saja," ucap Hadi dengan suara lirih.

Mataku langsung mengembara ke arah hutan untuk kembali memastikan apa yang diucapkan oleh insinyur itu sebuah kebenaran Tiba-tiba Hadi langsung menarik tanganku untuk segera bersembunyi diantara semak. Gesekan dengan daun yang lembab seketika membuatku bergidik. Kami berempat sebisa mungkin harus menjauh dari paparan cahaya yang berasal dari dalam gerbong.

Dalam semak yang lembab, bau dedaunan basah menguar di sekelilingku. Jantungku berdegup tak karuan melihat seluruh lampu gerbong menyala dengan terang. Suara mengeluh dari setiap penumpang samar-samar terdengar dari sini. Bahkan beberapa umpatan sempat terlontar dengan lantang dan terdengar cukup jelas di telingaku.

"Aku senang kau mempercayaiku," ucapku lirih kepada Hadi.

"Aku juga senang ada seseorang yang dengan sigap langsung bergegas untuk mengatasi masalah ini," jawab Hadi sembari tersenyum kearahku.

"Apa yang sebenarnya terjadi disini?" tanya Amin dengan napas yang masih tak beraturan.

"Akan ku ceritakan dengan singkat," Hadi menarik napasnya dalam.

"Guncangan hebat yang terjadi sebelumnya memang bukan berasal dari sebuah tanah longsor atau pun kerusakan mesin, tetapi berasal dari makhluk besar yang berwujud seperti kelabang raksasa," ucapnya dengan suara berat.

"Kelabang raksasa? Bukannya sebuah kepala tanpa tubuh ya?" tanyaku merasa tak yakin.

"Kenapa bisa begitu?" Hadi bertanya balik.

"Ahh tidak. Teruskan!" aku merasa tak seharusnya memotong ucapannya karena aku tak mau jika rasa traumaku di masa lalu diketahui oleh mereka. Hadi pun mengangguk dan kembali menarik napas dalam.

"Kalian pastinya sudah sadar kalau pusat dari guncangan berasal dari gerbong pertama atau dari lokomotif kan?" tanya Hadi sembari menatap kami satu persatu. Kami hanya mengangguk lirih.

"Nah sebelum terjadi kejadian itu, aku sempat melihat siluet dengan tubuh panjang layaknya kereta yang kita tumpangi saat ini diantara hutan. Aku sempat berpikir, apakah itu bayangan dari kereta yang terkena cahaya bulan? Atau aku yang masih dalam kondisi setengah sadar?" aku masih mendengarkan ceritanya dengan seksama.

"Saat itu aku tak terlalu memikirkannya dan kembali melanjutkan tidurku. Namun setelah itu, tiba-tiba terjadi guncangan yang sangat hebat yang mungkin terasa sampai ke gerbong terakhir. Apakah benar?" tanya Hadi lagi.

"Kurasa iya. Bahkan kami yang berada di gerbong kelima pun sempat terombang-ambing sebab guncangan itu," sahut Darto dengan tatapan serius.

"Jika memang seperti itu faktanya, tidak bisa dipungkiri lagi, sosok makhluk seperti kelabang raksasa itu memang sepenuhnya benar dan masih berkeliaran di dalam hutan," ucap Hadi dengan intonasi bicara yang ditekankan. Tubuhku sempat merinding mendengarnya.

"Begitu ya? Berarti goresan besar yang terukir di badan kereta sebelah kiri berasal dari makhluk itu?" sambung Darto sembari menopang dagu.

"Kurasa iya?" sahut Hadi.

"Aku sempat ingin melakukan tindakan setelah kereta sepenuhnya berhenti, tetapi untuk meyakinkan para konglomerat itu butuh usaha ekstra sebab sifat keras kepala yang dimilikinya," sambung Hadi dengan tertunduk.

"Kenapa bisa begitu?" tanyaku lagi.

"Kupikir karena mereka merasa paling superior dan paling kaya daripada penumpang lainnya. Makanya mereka bisa sangat keras kepala dan terkesan sangat sombong. Kau tahu kan? Orang-orang yang mampu duduk di kelas bisnis bukanlah orang yang sembarangan?" jawab Hadi.

"Tapi kurasa kau bukanlah orang yang seperti itu," ucapku sembari tersenyum hangat kepadanya.

"Terimakasih sanjungannya. Aku memang sebelumnya bukanlah siapa-siapa sebelum aku mendapat beasiswa untuk bersekolah. Makanya aku tetap menanamkan sifatku yang sekarang ini agar aku terus mengingat perjuanganku semasa aku kuliah dulu," jawabnya sembari membalas senyumanku.

"Baiklah aku teruskan ya? Nah pada saat itu aku sempat terkejut atas kehadiran Anda, Pak Willie. Anda bahkan dengan sigap mengambil tindakan yang cukup berani dan bahkan mampu untuk mendiamkan mereka semua. Yah walaupun dengan cara yang cukup licik," ucapnya dengan bibir tersungging di wajahnya.

"Saat itu hatiku tergerak untuk turut membantumu. Dan beruntungnya, aku menyandang gelar insinyur," sambungnya sembari masih memasang senyumnya.

"Aku juga sangat beruntung," jawabku singkat.

"Kau bahkan sangat beruntung bisa bertemu dengan kami berdua, Nak," sahut Amin sembari terkekeh.

"Yah aku pikir juga begitu," kami pun tertawa bersama-sama diantara gelapnya hutan ini.

Tiba-tiba aku mendengar suara gesekan semak seakan ada sesuatu yang menyenggolnya perlahan. Aku terkejut dan mataku langsung mengawasi sekelilingku. Aku semakin merendahkan tubuhku di dalam semak agar sesuatu yang tidak aku inginkan menangkapku dari belakang.

Tak berselang lama, betapa terkejutnya aku dengan apa yang terjadi selanjutnya. Sepertinya perkiraanku selama ini memang sepenuhnya benar.

Perlahan-lahan, satu demi satu, pasukan *zombie* mulai keluar dari kedalaman hutan. Mereka berduyun-duyun dan masih berjalan dengan sempoyongan menuju ke arah kereta yang bersinar terang.

Suara geraman teriring di setiap mulut *zombie*. Dengan penampakan yang bermacam-macam dan postur fisik yang bertambah mengerikan, mataku terpaku akan kehadiran mereka semua.

Tubuhku bergetar hebat dan sekujur tubuhku merinding karenanya. Perasaan traumatis langsung timbul dan kejadian di masa lalu langsung tergambar jelas di kepalaku. Aku memeluk tubuhku sendiri berusaha untuk mengusir rasa gemetar yang masih merasuk di tubuhku.

Satu persatu para *zombie* mulai memasuki masing-masing gerbong. Beberapa saat kemudian, teriakan dari seluruh penumpang mulai bergema saling bersahutan-sahutan.

Sebuah serangan *zombie* dari berbagai arah sudah tak bisa terelakkan lagi. Para penumpang terlihat saling berlarian dari sebalik jendela. Siluet pembunuhan yang keji dan darah yang memuncrat mengenai jendela pun tercipta. Aku tercengang dan tubuhku membeku melihat seluruh kejadian itu.

Dan pada akhirnya, kejadian ini pun terjadi...

Pembantaian massal pun dimulai...

1
IamEsthe
menurutku ku kurang tegang dan deskripsi kepanikannya kurang detail atau greget gimana gitu. aku masih belum bisa ikut alur kepanikan itu.
IamEsthe
BLA BLA BLA jalur relnya (atau bisa jalur rel kereta)
IamEsthe
BLA BLA pada kaca jendela kereta.
IamEsthe
di langit
novi
loh loh loh?
novi
waw, dia penggali kubur kah?
Bang Messi: kerja serabutan sih lebih tepatnya
total 1 replies
novi
beruntung?
novi
hah?
novi
hah? ko bisa? karena kecelakaan tadi? ko bisa kecelakaan? pantes masinisnya diem doang
Bang Messi: dikit² akan dijelaskan di bab berikutnya ya kk
total 1 replies
novi
ada apa itu?!
𝓡𝓲𝓿𝓮𝓵𝓵𝓮 ᯓᡣ𐭩
ngeri sekalii /Panic//Panic/
Youshin
Mangat thor🔥
Bang Messi: makasihh udh mampir
total 1 replies
Maulidiah (⁠ー⁠_⁠ー⁠゛⁠)
wah ini yang kedua,lebih seram lagi nih
Bang Messi: makasihh kk udh mampir /Heart//Heart/
total 1 replies
novi
ga kenal andra, soalnya langsung baca ini
Bang Messi: dia akan menjadi sosok penting pada bab 30 an keatas. maybe
total 1 replies
novi
kok masinisnya ga peduli? malah penumpang e yg nyari tau, kereta apa ini?! gausah di tumpangi
novi
gaboleh gitu woyy
novi
hah? pistol?
novi
hah? sesuatu yang tidak kita inginkan datang menghampiri kita?
Bang Messi: sedikit² bakalan tau ya kk
total 1 replies
novi
ngeri banget/Toasted//Puke/
novi
halo kak! aku udah mampir yaa... ceritanya bagus, tapi aku belum baca cerita yang sebelumnya, jadi masih agak bingung
novi: oalahh okee kakk/Drool//Drool//Drool/
Bang Messi: okey kak Novi. btw cerita ini dominan ke aksi kok bukan horor hehe
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!