NovelToon NovelToon
Ternyata Hanya Kamu Cintaku

Ternyata Hanya Kamu Cintaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Nikahmuda / Poligami / Romansa Fantasi
Popularitas:820
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Bella, seorang gadis ceria berusia 21 tahun, diam-diam menyukai Alex, pria berusia 33 tahun yang sukses menjalankan perusahaan keluarganya. Perbedaan usia dan status sosial membuat Bella menyadari bahwa perasaannya mungkin hanya akan bertepuk sebelah tangan. Namun, ia tak bisa mengingkari debaran jantungnya setiap kali melihat Alex.

Di sisi lain, Grace, seorang wanita anggun dan cerdas, telah mencintai Alex sejak lama. Keluarga mereka pun menjodohkan keduanya, berharap Alex akhirnya menerima Grace sebagai pendamping hidupnya. Namun, hati Alex tetap dingin. Ia menolak perjodohan itu karena tidak memiliki perasaan sedikit pun terhadap Grace.

Ketika Alex mulai menyadari perhatian tulus Bella, ia dihadapkan pada dilema besar. Bisakah ia menerima cinta dari seorang gadis yang jauh lebih muda darinya? Ataukah ia harus tetap berpegang pada logika dan mengikuti kehendak keluarganya? Sementara itu, Grace yang tak ingin kehilangan Alex berusaha sekuat tenaga untuk memiliki Alex.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepulangan Grace

Malam itu, bandara dipenuhi oleh hiruk-pikuk penumpang yang baru tiba dari penerbangan internasional. Di antara lautan manusia yang berlalu-lalang, seorang wanita muda melangkah keluar dari pintu kedatangan, mengenakan busana krem panjang dengan tas kulit mahal tergantung di bahunya. Wajahnya memancarkan keanggunan khas wanita yang terbiasa hidup di luar negeri, dengan rambut panjang kecoklatan yang tergerai indah.

Grace menghirup udara malam dengan senyum tipis. Setelah bertahun-tahun tinggal di Italia, akhirnya ia kembali ke tempat yang dulu ia tinggalkan. Kembali ke kampung halaman yang pernah ia anggap membosankan, tapi kini memiliki daya tarik tersendiri,atau lebih tepatnya, seseorang yang menjadi daya tariknya.

Di depan pintu kedatangan, orang tuanya sudah menunggu. Ibunya, seorang wanita paruh baya dengan penampilan selalu anggun, tersenyum lebar begitu melihat putrinya. "Grace, sayang!"

Grace berjalan mendekat dan memeluk ibunya, lalu menoleh ke ayahnya yang berdiri dengan tangan di saku jasnya. "Pa."

"Selamat datang kembali," kata ayahnya singkat, tapi ada kebanggaan tersirat dalam suaranya.

Setelah beberapa menit berbasa-basi, mereka bertiga masuk ke dalam mobil mewah yang sudah disiapkan untuk menjemputnya. Di dalam perjalanan, ibunya mulai berbicara lebih serius.

"Kamu sudah yakin dengan keputusan ini, Grace?"

Grace menatap ke luar jendela, melihat jalanan kota yang sudah lama tidak ia lewati. "Tentu saja. Aku sudah cukup lama di Italia, sekarang saatnya kembali."

Ibunya tersenyum puas. "Bagus. Selain urusan bisnis keluarga, ini juga waktu yang tepat untuk kamu fokus ke masa depanmu... terutama dalam hal jodoh."

Grace menghela napas, tapi tidak membantah. Ia tahu, sejak dulu orang tuanya selalu ingin menjodohkannya dengan seseorang yang 'selevel' dan tak ada yang lebih cocok daripada Alexander James Carter.

"Apa kamu masih menyukai Alex?" Ayahnya akhirnya angkat suara.

Grace menoleh, menatap ayahnya dengan mata berbinar. "Aku tidak pernah berhenti menyukainya."

Dulu, sejak SD hingga SMA, mereka selalu berada di sekolah yang sama, sekolah elit tempat anak-anak dari keluarga terpandang bersekolah. Tapi sayangnya, mereka tidak pernah satu kelas. Interaksi mereka pun sangat terbatas, hanya sekadar sapaan singkat saat bertemu di acara sekolah atau pesta keluarga kaya.

Namun, di dalam hatinya, Grace selalu memperhatikan Alex. Bagaimana pria itu tumbuh dari seorang anak laki-laki yang cerdas menjadi pria dewasa yang penuh wibawa.

Hanya saja, Alex tidak pernah benar-benar melihatnya.

"Bagus," kata ayahnya singkat. Jika kamu bisa mendapatkan Alex, itu akan menjadi langkah besar bagi kita semua. "Papa sangat menyukai keluarganya.

Grace tersenyum kecil. "Aku tidak hanya ingin dia karena keluarganya, Pa. Aku memang benar-benar menginginkannya."

Ibunya menatap putrinya dengan penuh keyakinan. "Maka, lakukan yang terbaik, Grace. Pastikan kali ini dia melihatmu."

Grace menatap ke luar jendela lagi, matanya berbinar penuh tekad.

Kali ini, ia tidak akan hanya menjadi bayangan di hidup Alex. Kali ini, ia akan memastikan Alex menyadari keberadaannya dan mungkin, akhirnya membalas perasaannya.

*****

Pagi itu, Grace duduk di ruang kerja rumahnya, mengenakan gaun putih elegan dengan rambut yang tergerai sempurna. Di hadapannya, ibunya sibuk dengan ponselnya, menghubungi seseorang yang sangat mereka butuhkan saat ini yaitu ibu Alex.

Grace menyesap tehnya dengan tenang, meskipun di dalam hatinya ada ketegangan yang tidak bisa ia abaikan. Sejak semalam, setelah kepulangannya, pikirannya hanya dipenuhi oleh satu hal Alex James Carter.

Beberapa menit kemudian, ibunya menutup telepon dan menoleh ke arah Grace dengan senyum puas. "Ibu Alex sudah mengirim fotonya. Kamu mau lihat?"

Mata Grace berbinar. "Tentu saja."

Ibunya menyerahkan ponsel itu padanya. Grace menerima dengan cepat, menatap layar yang menampilkan foto terbaru Alex.

"Dia semakin tampan," gumam Grace, matanya tak bisa lepas dari gambar itu.

Ibunya tersenyum. "Tentu saja. Dia sudah jadi pria dewasa dan pewaris utama perusahaan keluarganya."

Grace menghela napas pelan. "Aku ingin bertemu dengannya, Ma. Secepatnya."

Ibunya menatapnya dengan penuh arti. "Tenang saja. Ayahmu sudah mengatur pertemuan dengan ayah Alex. Mereka akan bertemu di kantor Alex hari ini. Mungkin… kita bisa menyusun rencana agar kamu bisa bertemu dengannya secara alami."

Grace tersenyum penuh arti. "Aku suka cara berpikirmu, Ma."

 

Di kantor Alex, suasana sibuk seperti biasa. Para eksekutif mondar-mandir di lorong, membawa dokumen-dokumen penting, sementara di ruang rapat utama, Alex sedang berbicara dengan beberapa klien.

Di ruang tamu kantor, Ayah Grace dan Ayah Alex baru saja tiba, ditemani seorang asisten yang mempersilakan mereka menunggu.

"Maaf, Pak, Alex masih dalam rapat dengan klien. Mungkin butuh waktu sekitar tiga puluh menit lagi," kata asisten itu dengan sopan.

"Tak masalah William, kami bisa menunggu," jawab Ayah Alex dengan ramah.

Namun, perhatian Grace sudah teralihkan. Matanya langsung tertuju ke ruangan rapat yang dindingnya terbuat dari kaca transparan. Dari tempatnya duduk, ia bisa melihat sosok Alex berdiri di depan meja rapat, berbicara dengan nada tegas namun tenang.

Pria itu... jauh lebih mempesona dari yang ia ingat.

Matanya tajam, ekspresi wajahnya serius namun penuh percaya diri. Gerak tubuhnya elegan, menunjukkan bahwa ia tahu persis apa yang ia lakukan.

Grace tersenyum sendiri. Ini pertama kalinya ia bisa melihat Alex dari jarak sedekat ini, meskipun pria itu sama sekali tidak menyadari keberadaannya.

Ia menyilangkan kakinya dengan anggun, mencoba menahan diri agar tidak terlalu menunjukkan ketertarikannya. Tapi dalam hatinya, ia sudah tak sabar ingin berkenalan lebih dekat.

Kali ini, aku tidak akan hanya mengagumi dari jauh.

Kali ini, Alex akan tahu bahwa Grace telah kembali dan ia datang untuknya.

_____

Alex menghembuskan napas panjang begitu rapat berakhir. Setelah berjabat tangan dengan para klien dan mengucapkan perpisahan, ia melonggarkan dasinya sedikit, merasa sedikit lebih rileks. Namun, belum sempat ia beranjak dari tempatnya, William asistennya mendekat dengan ekspresi formal.

"Pak Alex, ayah Anda sudah menunggu di ruang tamu bersama Tuan Chris dan putrinya," lapor William.

Alex mengangkat alis. "Ayah di sini?"

William mengangguk. "Ya, mereka tiba saat rapat masih berlangsung. Saya sudah meminta mereka menunggu."

Alex mengangguk, lalu berjalan keluar dari ruang rapat, menuju ruang tamu utama. Begitu sampai, ia langsung melihat ayahnya duduk santai di sofa, berbincang dengan Tuan Chris ayah Grace.

Namun, yang paling menarik perhatiannya adalah wanita yang duduk anggun di samping Tuan Chris.

Wanita itu berdiri begitu melihatnya, tersenyum dengan elegan. Alex sedikit menyipitkan mata, mencoba mengingat wajah itu. Sepertinya tidak asing, tapi ia tidak bisa langsung mengenali.

"Alex," suara ayahnya membuatnya kembali fokus. "Kau masih ingat Chris? Kita sudah lama bekerja sama dalam berbagai proyek."

Alex mengangguk hormat kepada Tuan Chris. "Tentu, Pak Chris. Senang bertemu lagi."

Tuan Chris tersenyum. "Sama-sama, Alex. Dan ini putriku, Grace."

Grace maju selangkah, masih dengan senyum manisnya. "Hai, Alex."

Alex menatapnya sejenak, mencoba mengingat, tapi tidak ada gambaran jelas yang muncul dalam pikirannya. "Grace...?"

Ayahnya tertawa kecil. "Kalian dulu satu sekolah, ingat?"

Alex mengerutkan kening. "Oh... sekolah dulu?"

Grace tersenyum, mengangguk. "Iya. SD, SMP, dan SMA, tapi kita memang jarang bertemu karena tidak pernah satu kelas."

Alex mengangguk perlahan, masih berusaha menghubungkan ingatan lamanya dengan sosok wanita di hadapannya. "Maaf, aku kurang begitu ingat."

Grace terkekeh kecil. "Tidak masalah. Aku memang bukan seseorang yang mudah diingat dulu."

Alex membalas dengan senyum tipis, tapi dalam hatinya ia bertanya-tanya kenapa tiba-tiba Grace ada di sini.

Seakan membaca pikirannya, Grace melanjutkan, "Aku sebenarnya baru kembali dari Italia. Selain ingin bertemu keluarga dan teman lama, aku juga ingin mulai aktif di bisnis keluarga."

Alex menatapnya dengan lebih serius.

"Bisnis?"

Grace mengangguk. "Ya. Orang tua kita sudah lama bekerja sama, dan aku ingin melanjutkan jejak mereka. Aku pikir ini waktu yang tepat untuk menjajaki kemungkinan kerja sama antara kita juga."

Alex mengangkat alis, sedikit terkejut. Ia mengira pertemuan ini lebih bersifat kekeluargaan, tapi ternyata Grace datang dengan urusan bisnis.

Ia menoleh ke arah ayahnya, yang hanya tersenyum penuh arti. Jelas, ayahnya juga punya agenda lain dengan memperkenalkan Grace.

Namun, Alex tidak ingin terlalu banyak berpikir. Jika memang ini tentang bisnis, ia akan memperlakukannya seperti kerja sama profesional lainnya.

"Baiklah," kata Alex akhirnya. "Kalau begitu, kita bisa atur pertemuan lain untuk membahas kerja sama lebih lanjut."

Grace tersenyum manis. "Tentu. Aku sangat menantikannya, Alex."

Di balik senyumnya yang anggun, hanya Grace yang tahu bahwa tujuannya bukan sekadar bisnis.

Ia telah membuka jalan. Sekarang, ia hanya perlu memastikan Alex tidak bisa mengabaikannya lagi.

1
Dee
terima kasih kak/Heart/
Amalia Mirfada
Langsung jatuh cinta deh!
Dee: terima kasih dukungannya...
total 1 replies
Dewi Martizawati
lanjut thor keren ceritanya/Kiss//Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!