NovelToon NovelToon
Obsession (Cinta Dalam Darah)

Obsession (Cinta Dalam Darah)

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ricca Rosmalinda26

Seorang mafia kejam yang menguasai Italia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki sisi gelap serupa dengannya. Mereka saling terobsesi dalam permainan mematikan yang penuh gairah, kekerasan, dan pengkhianatan. Namun, di antara hubungan berbahaya mereka, muncul pertanyaan: siapa yang benar-benar mengendalikan siapa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ricca Rosmalinda26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

05 Dunia Baru

Dante bukan pria yang suka berbagi. Tapi Valeria berbeda.

Dia ingin melihat bagaimana wanita itu beradaptasi dengan dunianya. Bukan sebagai seseorang yang lemah, tetapi sebagai bagian dari permainan.

Malam itu, mereka duduk di dalam mobil hitam dengan kaca gelap, melaju di jalanan Roma yang sepi. Dante mengemudikan mobilnya sendiri, sementara Valeria duduk di kursi penumpang, menikmati pemandangan kota yang terasa lebih indah ketika dia tahu bahwa darah akan tertumpah malam ini.

“Jadi, ini bagaimana kau menjalani hidup?” Valeria bertanya, matanya memperhatikan Dante yang tampak begitu tenang meskipun mereka dalam perjalanan menuju pembunuhan.

Dante tersenyum kecil, satu tangannya menggenggam setir sementara yang lain menyesap whisky dari botol kecil. “Ini bukan hanya hidupku, amore. Ini duniaku.”

Valeria menyeringai. “Dan kau ingin aku menjadi bagian dari dunia ini?”

Dante menoleh padanya sejenak, mata gelapnya bersinar dengan antusiasme. “Aku ingin melihat apakah kau bisa bertahan.”

Valeria terkekeh. “Seolah aku belum membuktikannya padamu.”

Dante tidak menjawab, hanya melajukan mobil lebih cepat menuju sebuah pelabuhan tua di luar kota.

Mereka berhenti di depan gudang besar yang gelap. Luca dan beberapa orang kepercayaan Dante sudah menunggu. Di tengah ruangan, seorang pria berlutut dengan tangan terikat di belakang punggungnya.

Wajahnya babak belur. Nafasnya tersengal.

Valeria melangkah masuk dengan santai, memerhatikan sekeliling sebelum menatap Dante dengan penuh minat. “Dan aku di sini untuk apa?”

Dante berjalan ke arah pria yang berlutut, lalu mencabut pistol dari jasnya dan menyerahkannya kepada Valeria.

“Buktikan bahwa kau memang pantas berada di sini.”

Valeria menatap pistol itu, lalu kembali menatap Dante.

Pria di depannya menggigil ketakutan, air mata mulai mengalir di wajahnya yang berdarah. “Tolong… aku—aku bisa membayar kembali uangnya… kumohon…”

Valeria menghela napas dramatis, lalu menatap Dante dengan ekspresi kecewa. “Mereka selalu memohon, ya? Membosankan.”

Dante tertawa kecil. “Kebanyakan dari mereka, ya.”

Tanpa ragu, Valeria mengangkat pistol itu dan menarik pelatuknya.

DOR!

Darah menyembur ke lantai beton. Pria itu terjatuh ke belakang, tubuhnya kejang-kejang sebelum akhirnya diam tak bergerak.

Ruangan kembali sunyi.

Valeria menurunkan pistolnya dan berbalik, melemparkannya kembali ke Dante dengan senyuman puas.

“Jadi, apa lagi yang bisa kau tunjukkan padaku?”

Dante menangkap pistol itu tanpa berkedip. Tatapan matanya lebih tajam dari sebelumnya. Lebih penuh gairah.

Dia tidak hanya menyukai Valeria. Dia terobsesi padanya.

“Kalau kau menyukai ini, amore,” gumamnya sambil mendekat, “aku akan memberimu lebih.”

Dante menepati janjinya.

Dalam beberapa minggu berikutnya, Valeria bukan hanya menjadi bagian dari dunia mafianya—dia menikmati setiap detiknya.

Dante membawanya dalam misi-misi berbahaya. Penyergapan kartel yang berani menentangnya, penyiksaan terhadap pengkhianat, dan negosiasi yang selalu berakhir dengan darah.

Dan Valeria?

Dia menikmati semua itu seperti seni.

Dia suka melihat bagaimana orang-orang memohon sebelum kematian mereka, bagaimana mereka berpikir ada harapan ketika nyatanya tidak.

Sampai suatu malam, Dante memberinya tantangan yang lebih besar.

Mereka berada di sebuah villa mewah di tepi laut, tempat seorang pria kaya bernama Gianluca sedang mengadakan pesta.

Gianluca adalah salah satu pebisnis yang mencuci uang untuk kartel, dan Dante tahu pria itu mulai bermain di belakangnya.

“Kau ingin aku memb*nuhnya?” Valeria bertanya sambil menyesap anggurnya, duduk santai di balkon suite hotel mereka yang menghadap laut.

Dante yang duduk di seberangnya menyeringai. “Tidak. Aku ingin kau membuatnya menderita.”

Valeria tertawa kecil. “Menarik.”

Dante mencondongkan tubuhnya ke depan, jemarinya menyentuh dagu Valeria dengan lembut. “Aku ingin melihat bagaimana kau bermain, amore.”

Tatapan mereka bertemu, penuh tantangan dan gairah.

Valeria menyeringai. “Kau akan menyukainya.”

Pesta malam itu penuh dengan orang-orang berkelas, politikus korup, mafia kecil yang mencoba berkuasa, dan tentu saja—Gianluca.

Valeria mengenakan gaun merah yang menempel sempurna di tubuhnya, berjalan anggun di antara para tamu dengan anggur di tangannya.

Saat Gianluca melihatnya, mata pria itu langsung berbinar penuh ketertarikan. Seperti domba yang tak sadar telah berjalan ke sarang serigala.

Valeria memainkan perannya dengan sempurna.

Dia menggoda, tertawa di sela-sela percakapan, membiarkan pria itu berpikir bahwa dialah yang mengendalikan situasi.

Tapi ketika pesta hampir usai, Valeria membisikkan sesuatu di telinga Gianluca yang membuatnya menelan ludah.

“Kita pergi ke tempat yang lebih pribadi?”

Dan seperti pria bodoh lainnya, Gianluca mengangguk tanpa curiga.

Beberapa jam kemudian, Dante duduk di sofa di dalam suite hotelnya, menikmati whisky saat pintu terbuka.

Valeria masuk, masih dengan gaun merahnya, tapi sekarang ada noda darah kecil di ujungnya.

Dia berjalan mendekat, melempar sesuatu ke arah Dante.

Sebuah flash drive.

“Semua rekaman keuangan kotornya ada di situ,” kata Valeria santai. “Oh, dan aku memastikan dia merasakan setiap detiknya sebelum mati.”

Dante menatapnya sejenak, lalu tertawa pelan.

Dia tidak perlu bertanya bagaimana Valeria membunuh Gianluca.

Karena dia tahu wanita ini menikmati permainannya lebih dari siapa pun.

Dante bangkit dari sofa, mendekat, dan mengangkat dagu Valeria dengan ibu jarinya.

“Kau sempurna.”

Valeria menyeringai, matanya berbinar.

“Dan kau,” katanya sambil mendekat, “adalah candu yang tidak ingin aku lepaskan.”

Dante menariknya, mencium Valeria dengan penuh gairah—bukan karena cinta, tapi karena kegilaan yang sama-sama mengalir di darah mereka.

Dan di malam yang gelap itu, dua monster akhirnya menemukan belahan jiwanya.

1
nurzzz
ceritanya bagus banget semoga bisa rame yah banyak peminatnya
nurzzz
wow keren
nurzzz
wah keren
Naira
seruuu kok ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!