Level Up Milenial mengisahkan Arka, seorang guru muda berusia 25 tahun yang ditugaskan mengajar di SMA Harapan Nusantara, sekolah dengan reputasi terburuk di kota, dijuluki SMA Gila karena kelakuan para muridnya yang konyol dan tak terduga. Dengan hanya satu kelas terakhir yang tersisa, 3A, dan rencana penutupan sekolah dalam waktu setahun, Arka menghadapi tantangan besar.
Namun, di balik kekacauan, Arka menemukan potensi tersembunyi para muridnya. Ia menciptakan program kreatif bernama Level Up Milenial, yang memberi murid kebebasan untuk berkembang sesuai minat mereka. Dari kekonyolan lahir kreativitas, dari kegilaan tumbuh harapan.
Sebuah kisah lucu, hangat, dan inspiratif tentang dunia pendidikan, generasi muda, dan bagaimana seorang guru bisa mengubah masa depan dengan pendekatan yang tak biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Gila ke Tingkat Berikutnya
Setelah heboh di tingkat kecamatan, nama kelas 3A melambung tinggi. Kini, mereka resmi ditunjuk untuk mewakili sekolah di lomba tingkat kabupaten. Tapi, apakah mereka gentar? Tentu tidak. Justru mereka lebih sibuk merancang kostum dan yel-yel tim daripada mempersiapkan materi lomba.
“Tim kita harus punya nama keren. Biar mental lawan langsung drop,” ujar Reza.
Dina sambil menggambar logo kepala kambing bertopi toga.
“Aku usul kita namakan tim ini: Level up Milenial 3A,” kata Jaka sambil pakai helm Militer.
“Eh, jangan lupa ada lomba debat, puisi, cerdas cermat, dan eksperimen IPA. Kita siapin strategi ala Avengers!” ucap Toni.
Hari lomba pun tiba. Mereka datang dengan mobil sewaan penuh poster dan spanduk bertuliskan, “Tim Level Up Milenial 3A - Gila Tapi Juara!”
Begitu sampai, peserta dari sekolah lain langsung menoleh. Bagaimana tidak? Tim 3A datang dengan baju tim warna ungu metalik, ikat kepala nyala-nyala, dan Sinta bawa speaker yang terus menerus muter lagu EDM sambil nyanyi yel-yel:
“Siapa kita?! 3A! Dari mana?! Dimensi beda! Mau ngapain?! Menang, ngakak, pulang!”
Mereka menyetel yel-yel Denga keras. "siapa mereka ? kenapa memakai yel-yel segala ?" tanya para siswa sekolah lain.
"siapa yang menciptakan yel-yel jelek itu."
Lomba Debat dimulai, Amira jadi juru bicara. Lawan bicara dari sekolah elit tampil serius. Tapi Amira? Santai, pakai bahasa ilmiah diselingi pantun:
“Kalau kita bicara ekonomi, Jangan lupakan nilai subsidi, Kalau kalian bicara teori, Kami sampaikan dengan hati nurani.”
Juri sempat bingung antara mau kasih nilai atau tepuk tangan.
Lomba kedua adalah puisi, Amira tampil lagi. Puisinya berjudul: “Cinta di Era LKS dan Ujian Tiba-Tiba.” Ia membaca puisi sambil memainkan boneka tangan berbentuk spidol. Penonton ngakak, tapi juga terharu.
Lomba teater. Deri, Sinta, Dina dan Lia tampil. Cindi sebagai tata rias mereka, ia mendandani Deri sebagai pemeran banci. Tapi karena salah dengar, waktu juri bilang, “ayo tampil!”, Dina malah berdiri dan berteriak, “SAYA SIAP MENIKAH!”
Semua peserta lain bengong.
Deri buru-buru tarik Dina ke kursinya. “Bukan daftar nikah, Bro. Ini lomba.”
Tapi, mereka tampil dengan sempurna semua ekpresi pemeran mereka mendalami. Membuat juri terkesima dengan seni theater mereka. "kenapa Deri sangat mendalami sekali pemeran banci, membuat aku jijik."ucap Reza sambil merekam video.
Lia sebagai hantu, Sinta sebagai ibu rumah tangga dan Dina sebagai anak kos yang menempati rumah angker tersebut.
Deri berteriak dengan melambai.“Satu Liter Itu Bukan Cinta.”
Lomba terakhir: Eksperimen IPA.
Andi mengikuti olimpiade kimia Tema: Membuat reaksi kimia ramah lingkungan.
Ia bawa botol air mineral, baking soda, dan sabun cuci piring. Tujuannya: menciptakan “volcano mini”. Tapi salah takar, gunung meletusnya jadi besar dan busa menyembur sampai ke juri.
Semua panik, termasuk Pak Arka.
Tapi kemudian juri tertawa, “Efeknya luar biasa. Ini presentasi yang mengesankan... dan menyegarkan!”
Andi jawab dengan gaya sok keren, “Ilmu itu harus berdampak. Termasuk di baju juri.”
Akhir lomba diumumkan.
Juara umum: Tim Level Up Milenial 3A dari SMA Harapan Nusantara.
Seluruh gedung aula bersorak. Tim 3A lompat-lompat, Dina nyetel lagu kemenangan, Reza rekam semuanya.
Pak Arka tak bisa menyembunyikan rasa bangga. “Kalian tidak hanya mengharumkan nama sekolah, tapi juga membuktikan kalau gila bisa jadi juara.”
Andi berdiri, mengangkat tropi, dan teriak, “Ini baru level up!”
Jaka memberi hormat kepada mereka semua yang telah bertempur."hormat kepada para pahlawan !" teriak Jaka.
Mereka di berikan hadiah oleh pak Yunus, selaku bupati Nusantara cindramata dan uang beasiswa."kalian akan mewakili kabupaten kita ke jenjang lomba Nasional, buatlah nama harum sekolah dan kabupaten kita.
...----------------...
Kemenangan tim 3A di lomba tingkat kabupaten menggemparkan dunia per-SMA-an. Namun, tak semua pihak senang. Ada yang merasa panas... terbakar... iri!
SMA Negeri 2 Nusantara, sekolah favorit yang biasa langganan juara, kali ini kalah telak. Dan mereka, terutama geng elit kelas 12 IPA, merasa harga diri mereka diinjak-injak oleh segerombolan murid konyol dari SMA Harapan Nusantara.
Malam itu, di basecamp rahasia mereka (yang sebenarnya hanya garasi rumah salah satu siswa), mereka berkumpul.
"Kita harus kasih pelajaran ke anak-anak 3A itu. Masa sekolah model sirkus bisa kalahin kita?!" geram Arvin, ketua geng.
Mereka pun menyusun rencana. Target: sabotase acara perayaan kemenangan 3A yang rencananya digelar di halaman sekolah minggu malam.
Malam Minggu tiba. Halaman sekolah dihias lampu warna-warni, karpet merah, dan panggung kecil dengan banner bertuliskan:
“Pesta Kemenangan 3A: Gila, Juara, dan Bangga!”
Semua murid, Arkan dan pak darman. Lia sedang duduk di bawah batang menguraikan rambutnya, Deri mengecek sound system, dan Reza sibuk mengatur kamera livestream. Semua tampak bahagia...
...sampai sesuatu aneh mulai terjadi.
Speaker mendadak memutar suara kambing mengembik keras-keras tanpa henti.
Banner utama berubah jadi tulisan: “3A \= 3 Anggota Sirkus, Awas Kalah Lagi!”
Kue kemenangan tiba-tiba meledak jadi confetti... dan bau durian busuk.
Reza langsung periksa sistem, Deri buka laptop, dan Toni mulai menyelidiki dengan insting detektifnya yang sering dipakai saat ujian.
“Ini Rencana!” teriak Reza. “Dan bukan Rencana biasa. Ini rencana penuh dendam dan durian!”
Dengan cepat, mereka menelusuri jejak sinyal dari speaker dan proyektor. Ternyata, SMA Negeri 2 Harapan mengatur semuanya dari mobil hitam misterius yang parkir di seberang sekolah.
Jaka dan Reza menyusun strategi balasan cepat. Mereka langsung ambil alat dari ruang eksperimen dan bengkel sekolah: laser pointer, bel sekolah portabel, dan satu drone milik Reza.
Rencana mereka: Ganggu balik!
Saat Reza menghidupkan drone miliknya yang ia beli di tiktok, tak menyala ia lupa mengecas batrenya. "ahh.." ucap Reza.
Jaka dan Reza berlari. Jaka menyusup bagaikan seorang komandan bertempur di Medan perang. "go.. Go.. Go.."
Jaka dan Reza menyelinap ke mobil itu ia mengintip seorang pria misterius dan menghidupkan mesinnya dan tancap gas. "sial kita kehilangan jejak." ucap Reza.
"kira-kira, siapa pria itu komandan ?" tanya Jaka.
"mana gue tau, kalo tau aku ngak bakal cari tau." ucap Reza.
Reza dan Jaka kembali ke sekolah dengan keadaan Hampa, Dina dan Amira menyebarkan selebaran bertuliskan:
“Cemburu bukan solusi. Ayo lomba joget bareng!”
Akhirnya, geng SMA Negeri 2 Harapan keluar dari mobil, malu dan kesal.
“Ngaku aja kalian Rencana” kata Pak Arka yang sudah muncul dari balik tenda, dengan segelas es jeruk di tangan.
Arvin pun mengakui, “Kami... cemburu. Gak nyangka gaya belajar gila bisa mengalahkan kami.”
Andi melangkah ke depan dan berkata dengan gaya bijak ala motivator:
“Gak apa-apa cemburu. Tapi mending kita tanding lagi. Di lomba berikutnya. Resmi. Tanpa durian.”
Suasana mencair. Bahkan SMA Negeri 2 Harapan akhirnya ikut pesta, walau agak canggung. Mereka akhirnya joget bareng Dina, dan nyanyi bareng cindi.
Malam itu berakhir bukan dengan kekacauan, tapi persahabatan.
Pak Arka menutup acara dengan kata-kata:
“Kadang, kekonyolan bisa menginspirasi. Bahkan yang awalnya membenci, akhirnya bisa tertawa bersama.”