NovelToon NovelToon
Under The Same Sky

Under The Same Sky

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Playboy / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Model / Mantan / Orang Disabilitas
Popularitas:667
Nilai: 5
Nama Author: CHRESTEA

Luna punya segalanya, lalu kehilangan semuanya.
Orion punya segalanya, sampai hidup merenggutnya.

Mereka bertemu di saat terburuk,
tapi mungkin… itu cara semesta memberi harapan baru..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHRESTEA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Friend?

Langit mulai gelap. Orion masih duduk di kursi rodanya, bahunya sedikit menunduk, sementara Luna duduk di kursi dekat jendela, menatap sisa langit sore.

“Kenapa kamu diam?” suara Orion pelan, nyaris tanpa emosi.

“Kalau tidak? Aku mau apa? bicara sendiri?" jawab Luna datar.

“Aku tidak suka orang yang berisik.”

“Aku tau, karena itu aku diam." jawab Luna datar.

"Pintar juga melihat situasi."

"Aku artis, aku pintar membaca situasi."

Orion menoleh singkat. “Karena itu kamu berhenti jadi artis?" ucap Orion sarkas.

“Iya. Aku sudah muak di salah pahami banyak orang. Di fitnah di tuduh melakukan sesuatu yang tidak aku lakukan." ucap Luna kesal.

Orion mendengus pelan, tapi tidak membalas.

“Waktu aku masih balapan, aku pikir dunia berputar di sekelilingku,” katanya akhirnya.

“Aku suka dikagumi, suka di sorot kamera, suka orang manggil namaku.”

Luna menatapnya. “Kamu kehilangan semua itu?”

“Semuanya. Dalam satu malam.”

“Dan kamu benci dunia karena itu?”

“Aku benci diriku sendiri karena tidak bisa menjaga semua itu.”

“Cara untuk membenci diri bukan begini, tapi menerima dan membayar untuk kebencian itu.” ucap Luna pelan.

“Kamu lagi-lagi bicara sok tau, seolah - olah kamu pernah merasakannya."

“Aku bukan sok tau. Tapi aku sudah merasakannya."

Orion menatapnya dalam diam.

“Dan kamu baik-baik aja sekarang?”

Luna menatap jendela. “Aku harus baik-baik saja."

Orion tertawa pendek, tapi tawanya hambar. “Tapi aku tidak melihat kau baik-baik saja.”

“Mungkin saat ini belum, tapi aku pasti akan baik-baik saja. Aku harus baik-baik saja.”

"Ucapan tidak semudah yang di lakukan."

"Memang sulit, tapi aku dulu bisa, sekarang pasti juga bisa."

Beberapa detik berlalu dalam senyap. Orion hanya menatap Luna datar.

“Kamu tau…” suara Orion kembali terdengar, lebih pelan. “Sebelum kecelakaan itu, aku sempat mikir mau berhenti.”

Luna menoleh. “Lalu?”

“Sejujurnya aku capek. Nggak tidur cukup, tekanan sponsor, pelatih yang gila kontrol, pacar yang selalu khawatir padaku."

"Jangan bilang kecelakaan itu karena kamu ingin berhenti."

“Aku tidak segila itu. Sirkuit seperti rumah untukku. Disana aku tumbuh, bebas dan menjadi diriku sendiri. Tapi rupanya tempat itu juga yang membuangku."

Luna menatapnya lama. "Jika itu rumahnu, sejauh apa kamu dibuang, bukankah kamu akan terus berusaha untuk pulang?"

“Aku merasa tidak pantas. Kaki ini sudah tidak layak untuk kembali kesana."

“Layak atau tidak, jika belum dicoba, kamu gak akan tau.”

Orion menatapnya diam-diam, tapi kali ini tanpa ekspresi tajam. Ada sesuatu di matanya,rasa mengerti, tapi ia menolak untuk mengakuinya.

“Aku tidak bisa,Luna,” ucap Orion akhirnya. “Aku ingin menyerah."

“Aku tidak bisa banyak berkata, karena nyatanya beberapa hari yang lalu aku baru saja menyerah. Tapi aku menemukan jalan lain,disini. Dan aku tidak akan menyerah.”

“Kamu terlalu berpikir positif.” ucap Orion.

“Itu karena demi diriku sendiri, bukan orang lain. Jika aku kehilanggan satu, aku akan mencari yang lain. Karena aku benci terpuruk."

Orion memalingkan wajah. Ada jeda singkat sebelum ia berbicara lagi.

“Tadi kamu bilang butuh uang.”

“Apa itu caranu tidak menyerah.”

“Ya.”

“Aku yakin, jika tidak sekarang, mungkin nanti. Semua akan baik-baik saja. Aku anggap sekarang waktu liburku."

Orion mengangguk pelan, lalu menatap ke luar jendela. "Seandainya aku bisa begitu.”

“Kamu bisa.” jawab Luna tenang.

“Tidak bisa."

“Jadi temanku. Aku yakin kamu pasti bisa."

"Aku tidak yakin. Keadaanmu saja tidak baik."

"Kalau kamu gak yakin, gppa. Aku juga gak terlalu yakin. Tapi setidaknya, kita gak sendirian sekarang."

Kali ini, entah bagaimana, bibir Orion sedikit terangkat. Bukan senyum penuh hanya garis tipis yang nyaris tak terlihat. Tapi cukup membuat udara di ruangan terasa sedikit lebih hangat.

“Sudah sore. Aku harus kembali. Aku harus mencari tempat tinggal." kata Luna akhirnya.

Orion hanya mengangguk, tak menahan.

Tapi saat gadis itu akan menutup pintu, suara Orion terdengar lagi.

“Luna.”

“Ya?”

“Besok jam yang sama.”

Luna tersenyum samar. “Jadi kamu terima pertemananku. Baiklah, sampai bertemu Mr.Delvano.”

Begitu pintu tertutup, Orion kembali menatap ke luar jendela. Hujan mulai turun pelan-pelan, menetes di kaca dan memantulkan cahaya lampu sore.

Dalam sunyi itu, ia bergumam pelan, hampir tak terdengar

“Mungkinkah, aku mendapatkan semuanya kembali.."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!