NovelToon NovelToon
Misteri Permainan Takdir

Misteri Permainan Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / CEO Amnesia / Pengasuh
Popularitas:874
Nilai: 5
Nama Author: Sagitarius-74

Maya yang kecewa dengan penghinaan mantan suaminya, Reno, mencoba mencari peruntungan di kota metropolitan.. Ia ingin membuktikan kalau dirinya bukanlah orang bodoh, udik, dan pembawa sial seperti yang ditujukan Reno padanya. "Lihatlah Reno, akan aku buktikan padamu kalau aku bisa sukses dan berbanding terbalik dengan tuduhanmu, meskipun dengan cara yang tidak wajar akan aku raih semua impianku!" tekad Maya pada dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KASIH DI LADANG, TAKDIR DI KOTA

Mentari pagi merayap malu di antara celah-celah jendela, membangunkan Murni dari tidurnya.

Senyum merekah langsung terhias di bibirnya, begitu menyadari tangan Made melingkar erat di perutnya yang mulai membuncit. Usia kehamilannya sudah menginjak 7 bulan. Made memperlakukannya bak seorang ratu semenjak Murni hamil.

"Selamat pagi, Sayang," bisik Made seraya mengecup kening Murni dengan lembut. "Bagaimana tidurmu?"

"Nyenyak sekali. Terima kasih, ya," jawab Murni. Ia balas memeluk suaminya.

"Sama-sama sayang.." Made mengecup kening Murni.

Sejak dokter menyatakan Murni hamil, hidup mereka berubah drastis. Made, yang sehari-hari bekerja sebagai petani di ladang, kini mengambil alih semua pekerjaan rumah.

Mencuci baju, mencuci piring, memasak, bahkan menyapu pun tak lagi diperbolehkan dikerjakan Murni. Semua itu dilakukan Made dengan senang hati, sebagai wujud cinta dan syukur atas karunia yang diberikan Tuhan.

Setiap subuh, setelah menunaikan sholat, Made bergegas ke pasar. Ia memilihkan sayuran segar dan bahan makanan terbaik untuk istri tercintanya. Baginya, kesehatan Murni dan calon buah hati adalah yang utama.

"Kamu istirahat saja, Yang. Biar aku yang masak," ujar Made setiap kali Murni mencoba membantunya di dapur.

"Tapi, Mas..."

"Tidak ada tapi-tapian. Kamu harus banyak istirahat. Ingat, ada nyawa yang sedang tumbuh di dalam perutmu," balas Made lembut, seraya mengusap perut Murni.

Lima tahun bukan waktu yang singkat bagi mereka untuk menantikan kehadiran seorang anak. Pernikahan mereka yang semula terasa hambar, kini kembali berbunga. Kehamilan Murni membawa kebahagiaan yang tak terhingga bagi keduanya.

Suatu hari, ketika Made sedang berbelanja di pasar, matanya tak sengaja menangkap sebuah pengumuman lowongan kerja yang tertempel di tiang listrik. Sebuah kafe di Bandung, Jawa Barat, membutuhkan seorang koki. Made, yang memiliki keahlian memasak, merasa tertarik.

"Koki? Bandung?" gumam Made dalam hati.

Ia teringat akan kebutuhan biaya persalinan dan perlengkapan bayi yang tidak sedikit. Ladang peninggalan orang tua Murni memang cukup menghasilkan, namun Made merasa perlu mencari penghasilan tambahan.

"Lumayan juga jika aku bisa keterima kerja di sana. Dua bulan lagi Murni melahirkan. Setidaknya jika aku keterima kerja, dua bulan aku bisa kumpulin uang untuk tambah-tambah biaya persalinan Murni." gumam Made. Walau ia belum yakin diterima, setidaknya ia sudah berusaha.

Malam harinya, Made menyampaikan niatnya kepada Murni. "Yang, gak apa ya jika Mas mencari kerja di tempat yang jauh. Mengingat kamu nanti lahiran, ditambah setelah kita punya anak pasti biaya akan bertambah, kita harus mulai nabung dari sekarang. Hanya mengandalkan hasil panen rasanya pas-pas an."

" Apa?.. Jadi Mas mau pergi meninggalkan Mur sendirian disini?.." Murni kaget. Tatapannya tajam, ada keraguan dan kecemasan di raut wajahnya.

Made memeluk Murni, ia tak tega melihat mahluk kecil kesayangannya khawatir, "Jangan khawatir, setelah urusan mencari kerja beres, Mas pasti langsung jemput kamu. Kita gak boleh pisah. Mas udah bilang sama I Wayan akan pergi, Mas titip kamu sama dia. Ini demi masa depan kita."

Made melepaskan pelukannya, ia menyeka air mata Murni yang sudah meleleh tanpa diundang.

"Gak apa-apa ya?.. Mas minta restumu. Biar Mas tenang." Made memegang kedua pipi Murni yang sudah tembem efek dari kehamilannya.

Beberapa saat Murni terdiam, ia berpikir untuk mencerna kata-kata Made.

"Emang di Bali gak ada lowongan kerja jadi koki, Mas? Kenapa mesti jauh-jauh ke Bandung?"

" Aku juga gak tahu, kenapa tiap kali aku dengar tempat itu, aku merasa nyaman.. Seakan tempat itu pernah ada hubungannya dengan Mas.." Made merenung, seakan pikirannya sedang menerawang jauh.

Made menarik nafas dalam-dalam, lalu ia hembuskan dengan pelan. "Aah.. Ya sudahlah! Aku bingung Mur, mungkin aku lebih cocok jadi koki untuk lidah orang Bandung daripada lidah orang Bali," jawab Made.

"Jadi, gimana menurutmu.. Gak apa kan Mas pergi ke Bandung? Semua ini untuk kamu, juga utuk anak kita nanti."

Murni mengangkat wajahnya, ia menatap lekat suaminya.

"Baiklah Mas. Aku izinin Mas pergi. Aku tunggu mas cepat jemput Mur ya! Jangan lama-lama! Dan satu lagi.." Murni tak meneruskan kata-katanya, ia seakan ragu.

"Satu lagi apa?" Made menunggu penasaran.

"Selama gak sama aku, Mas gak boleh suka sama perempuan lain! Apalagi main berduaan sama dia! Mur gak ikhlas!" bibir Murni langsung cemberut.

Murni tak mau berjauhan dengan Made. Ia takut Made terpincut sama perempuan lain. Maklum, Made sangat tampan dan berperawakan gagah. Tak ada seorang perempuan pun yang gak tertarik melihat Made. Sudah barang tentu Murni takut kehilangan Made.

"Heheh, Sayang.. di hati Mas cuma ada kamu seorang. Jangan takut, kita sudah menikah. Sudah terikat dengan janji suci. Mas gak mau menodainya. Percaya sama Mas ya? Hanya kamu yang Mas cintai," kata Made. Ia langsung mencium bibir Murni, keduanya berciuman cukup lama.

Murni melepaskan bibirnya, ia memandangi Made, seulas senyum mulai terhias di bibirnya walau sedikit dipaksakan,

"Baiklah, Mas. Aku percaya Mas gak akan selingkuh. Tapi, Mas harus janji, ya. Jangan lupakan aku dan anak kita," pesan Murni dengan mata berkaca-kaca. Ia meraih tangan Made dan menempelkannya di perutnya yang buncit.

"Tentu saja, Sayang. Mas janji! Mas akan segera menjemputmu setelah semuanya selesai," balas Made sembari mengelus perut istrinya dengan lembut.

"Setelah nanti udah ada rumah kontrakan dan Mas udah kerja beberapa hari, Mas pasti akan jemput kamu untuk tinggal di Bandung. Mas juga khawatir jika harus lama-lama pisah dari kamu, jadi akan cepat jemput kamu." janji Made.

"Iya Mas.. Gak usah khawatir, kalau ada apa - apa aku langsung minta bantuan sama I Wayan dan NYI Ketut. Toh rumah kita kan berdampingan dengan rumah mereka," sahut Murni.

Keesokan paginya, dengan berbekal tabungan hasil panen dan restu dari Murni, Made bersiap untuk berangkat ke Bandung. Ia berjanji akan menghubungi Murni setiap hari dan akan segera menjemputnya.

"Yang, jaga anak kita ya.. Jangan telat makan. Dan harus tepat waktu kontrol ke bidan." Pesan Made, ia merasa berat meninggalkan Murni.

"Iya, Mas.. Mur akan selalu ingat pesan Mas Made," jawab Murni pelan. Suaranya tertahan di tenggorokan.

"Yang.." Made memeluk erat Murni, ia merasa berat untuk pisah dari istrinya yang sangat ia sayangi.

Tangis Murni makin histeris ketika Made melepaskan pelukannya. Made menatap I Wayan dan Nyi Ketut yang ikut mengantarnya ke pelabuhan. "Aku titip Murni, ya?"

I Wayan dan istrinya mengangguk, "Iya, kamu hati-hati ya di jalan. Kalau udah sampai, jangan lupa hubungi ke nomer aku." I Wayan memberikan secarik kertas yang sudah ia isi dengan nomer hp-nya.

Berhubung Made orang sederhana dengan ekonomi yang pas-pasan, ia dan murni tak memiliki ponsel. Mungkin jika nanti Made akan menghubungi I Wayan, ia berpikir akan mencari pinjaman ponsel milik orang lain.

Kepergian Made diiringi dengan tangis Murni. Ia tak sanggup melihat kepergian Made. Mukanya ia benamkan di pelukan Nyi ketut ketika kapal yang sudah membawa Made menjauh dari dermaga.

Singkat cerita, akhirnya Made tiba di Bandung, setelah beberapa kali ia naik turun kendaraan. Itupun ia bertanya-tanya pada tiap orang yang ia temui di jalan.

"Alhamdulillah, akhirnya aku nyampai juga di tempat yang jadi impianku." Made menebarkan pandangannya, seakan tempat asing itu familiar di matanya.

Setibanya di tempat tujuan, Made langsung mencari alamat kafe yang tertera di pengumuman. Kafe itu bernama "Pram' s Hill", sebuah tempat yang cozy dengan desain interior yang unik. Tanpa ragu, Made masuk dan berniat menemui pemilik kafe untuk melamar pekerjaan.

Ketika Made memasuki kafe tersebut, terlihat seorang perempuan cantik duduk di meja kasir sedang memeriksa laporan keuangan.

Made memberanikan diri mendekati perempuan tersebut. "Maaf Mba, apa benar ini Pram's Hill yang sedang membutuhkan seorang koki?" tanpa ragu Made berkata penuh percaya diri.

perempuan yang sedari tadi tertunduk, menengadahkan wajahnya untuk melihat Made. Untuk sesaat ia terpaku merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya..

Perempuan tersebut langsung berdiri, ia menatap tajam, matanya seakan tak berkedip, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Mas Pram?.." gumam wanita itu pelan.

Wanita tersebut yang tak lain adalah Maya, langsung berdiri terpaku menatap tajam Made...

"Apa aku mimpi?.. Bukankah Mas Pram sudah meninggal lima tahun yang lalu?.. "

1
Tie's_74
Walaupun karyaku ini ada beberapa adegan dewasanya, tapi ada pelajaran kehidupan yang bisa diambil, kalau dalam hidup ini kita jangan menilai orang dari luarnya saja. Bisa jadi orang yang kita pandang rendah, ternyata dia mempunyai kemampuan diatas kita. Selain itu pelajaran yang dapat diambil dari cerita ini, kita jangan cepat menyerah dengan keadaan, dan harus selalu semangat.. Yakinlah kalau dibalik cobaan pasti akan ada hikmahnya. Ok gess, selalu semangat ya.. 🥰🤗
Tie's_74
Dari bab ini, bisa dipetik pelajaran, bahwa dalam hidup ini kita jangan cepat menyerah. Sesulit apapun Tuhan berikan ujian pada kita, kita jangan cepat menyerah dan selalu semangat menjalani hidup. Karena laut pun tak selamanya pasang, ada masanya surut. Begitupun dengan kehidupan kita. Ada saatnya kita di uji, tapi bila kita tak cepat menyerah, yakinlah kalau badai akan segera pergi, berganti dengan balasan yang setimpal dari Tuhan akan Perjuangan kita. Akan indah pada waktunya.. Untuk para pembaca setiaku, selalu semangat ya.. Semoga kita sehat selalu dan diberikan rezeki lancar, Aamiin.. /Heart/
Tie's_74
Dari bab ini, kita bisa ambil pelajaran, jangan menilai orang dari luarnya ya guys.. Dengan usaha dan kerja keras, yakinlah bahwa hidup kita akan lebih baik. dan tentunya, kita harus percaya diri.. 😁.. Selalu semangat untuk semua pembaca setiaku. 🙏🏻🤗
Tie's_74
Makasih Kaka komennya.. 🙏
Codigo cereza
Terharu banget
Tie's_74: makasih komennya, Kaka 🙏🏻🤗
total 1 replies
Hao Asakura
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
Tie's_74: makasih komennya kakak... 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!