Kiss Me

Sejujurnya sejak tadi tubuh Anya menegang, tapi Arsen tak kunjung melakukan apa yang pria itu ucapkan. Anya sadar jika Arsen hanya sedang menggertak dirinya, gadis itu pun tersenyum miring lalu melingkarkan kedua tanganya di leher Arsen.

“Apa yang kamu lakukan?” Tanya Arsen dengan kening mengernyit, dengan posisi yang sama berada di atas tubuh Anya namun tubuhnya sengaja tidak di tempelkan.

“Bukanya kita suami istri, tentu saja aku akan melayanimu dengan baik.” Ujar Anya sambil tersenyum manis.

Deg.

Senyuman Anya membuat Arsen kesal dan benci, benci karena sempat berpikir kalau gadis di bawahnya begitu cantik.

Anya mendorong tubuh Arsen hingga terlentang di bawahnya, gadis itu tersenyum puas karena wajah Arsen semakin memucat di bawah kungkunganya.

“Mari kita lihat.” Ucap Anya sambil menenggelamkan wajahnya di leher Arsen dengan tangan yang mulai merambat menyentuh bagian titik senitive pria itu.

Seketika Arsen membelalak, tubuhnya menegang saat merasakan sensasi aneh di tubuhnya. Hisapan kuat di lehernya juga membuat tubuhnya menegang, Arsen langsung mendorong tubuh Anya saat wanita itu menyentuh bagian tempat paling berharganya.

“Anya!!” Sentak Arsen dengan wajah merahnya menahan amarah. “Beraninya kau!” Sentak Arsen sambil menaikan tangan kanannya.

Arsen langsung berdecak kesal dan buru-buru keluar dari kamar sebelum bagian bawahnya bereaksi, sementara Anya yang duduk mematung kini menatap tanganya yang sudah menyentuh bagian itu.

“Kecil.” Gumamnya, seketika wajahnya berseri. “Oke, fixs dia gak normal! Sekarang aku tinggal cari cara buat kasih tau keluarganya kalau Kak Arsen kelainan.” Ucap Anya semakin senang, dia langsung berlari keluar kamar dan mengejar suaminya itu.

“Nona cari siapa?” Tanya salah satu pelayan di sana karena Anya membuka satu persatu kamar di lantai atas.

“Suamiku Bi, Bibi liat?” Tanya Anya.

“Oh, Tuan Arsen ada di ruang keluarga sama Tuan Aziel.”

“Makasih Bi.” Ucap Anya, keputusannya sudah bulat. Ia harus membuktikan kalau Arsen tidak normal mulai dari Aziel lalu kedua mertuannya.

“Sayang lagi apa.” Panggil Anya, Aziel dan Arsen pun menoleh dnegan tatapan bingung karena tidak biasanya Anya bersikap manja seperti itu.

Bahkan saat ini Anya dengan tidak tau malunya duduk di atas pangkuan Arsen yang sedang bermain Ps dengan Aziel. Ya beberapa saat lalu, Arsen mengajak Aziel untuk main PS di ruang keluarga karena dia cukup kesal dengan kamar milik Reyno yang selalu di kunjungi istrinya saat belum menikah dulu.

Aziel terus menatap lurus pada layar di depannya, walau matanya sudah gatal ingin melihat reaksi kakaknya yang anti wanita itu.

“Anya apa yang kamu lakukan, turun!” Titah Arsen, sementara tangannya sibuk memainkan stik PS.

“Ayo lanjutkan yang tadi, aku belum selesai.” Pintanya sambil bergelayut manja di leher pria itu, bahkan Anya sengaja mendekatkan bibirnya dengan telinga pria itu.

Wajah Arsen semakin merah, dadanya terasa sesak dengan tubuh yang mulai merinding geli karena henbusan napas Anya terus menerpa bagian telinga dan lehernya.

“Fvck!” Pekiknya dalam hati, ada apa dengan istrinya ini. Apakah Anya memang sering bersikap seperti ini pada Reyno di masa lalu.

Anya bahkan tak tau malu di depan adiknya, gadis itu terlihat lihai dan terbiasa melakukan adegan ini.

“Kak Anya, apa Kakak lupa kalau di sini ada aku? Jangan buat aku cemburu, aku juga pengen.” Gerutu Aziel, Anya terkekeh karena sejak dulu Aziel ingin memiliki kekasih agar bisa bermesraan. Ya Aziel sering curhat tentang para gadis yang mendekatinya, anak itu selalu mengeluh jomlo namun saat ada gadis yang mendekatinya dia selalu menghindar dan risih.

Sementara Arsen langsung mengernyit, pikiran tentang Anya semakin buruk saat mendengar perkataan adik bungsunya. “Apa selain Reyno, Aziel juga di embat Anya?” Gumam Arsen dalam hatinya, dadanya terasa nyeri menerima fakta jika dirinya salah menikahi seorang wanita. “Sial!” Pekik Arsen lagi dalam hatinya.

“Jangan galau, tar aku pasti menghiburmu.” Ucap Anya karena Anya tau Aziel pasti senang jika main PS dengan Anya yang selalu kalah, seketika tubuh Anya terjatuh di atas lantai karena Arsen tiba-tiba berdiri.

“Kak Arsen!” Pekik Anya sambil meringis nyeri, betapa jahatnya pria itu dengan sengaja membuatnya jatuh.

Aziel segera membantu Anya berdiri, bahkan Aziel tak memperdulikan jika dirinya kalah dalam permainan. Sontak hal itu membuat Arsen semakin kesal karena lebih memperdulikan istrinya ketimbang main Ps dengannya.

“Sorry.” Ucapnya sambil tersenyum tipis, seketika Anya menatapnya dengan kesal.

“Anya.” Panggil Reyno saat pria itu memasuki ruang keluarga, seluruh orang menatap ke atahnya. “Ikut aku.” Ajaknya, seketika Anya mengangguk dan berjalan di samping Reyno bahkan mereka berdua saling merangkul pundak.

Kening Arsen semakin mengernyit kesal, bagaimana mungkin Anya dengan mudahnya pergi meninggalkan dirinya tanpa meminta ijin sedikitpun.

“Kak ayo main lagi.” Ajak Aziel, namun anak sekolah menengah atas itu langsung terdiam saat mendapat tatapan tajam dari kakak keduanya.

“Cepat sana ikut dengan mereka.” Titah Arsen.

Aziel menatap Reyno dan Anya yang masuk ke dalam kamar pria itu, lalu kembali menatap Arsen. “Males kak, mereka pasti sibuk.” Ujar Aziel lalu kembali duduk, setau Aziel ada tugas kuliah yang mereka kerjakan beberapa hari ini jadi untuk apa dia ikut masuk, kecuali bermain ps sudah pasti Aziel akan ikut bergabung.

“Sibuk? Apa sesuatu yang membuat mereka sibuk? Cepat pergi sana dan ikuti mereka! Jangan sampai berduaan begitu!” Arsen terus bergerutu hingga akhirnya Aziel buru-buru pergi ke kamar Reyno agar tidak kena semprot pria itu.

“Huh, padahal bilang aja kalau dia cemburu.” Keluh Aziel, sekarang malah dirinya yang menjadi korban.

***

Malam hari, Arsen yang kesal pada Anya menyuruh gadis itu untuk kembali tidur di lantai. Anya yang tak punya cukup tenaga untuk melawan Arsen tak menolak sedikitpun perintah pria itu, dia langsung mengambil batal dan guling begitu juga dengan selimut dan tidur di atas ambal.

Melihat Anya yang tak memberi penolakan sedikitpun hal membuat Arsen bingung. “Kenapa dia tidak marah? Apa karena dia udah melakukan itu dengan Reyno jadi dia gak mau tidur denganku?” Tanyanya dalam hati, Arsen berdecak kesal. Harusnya ia senang namun entah mengapa Arsen di buat emosi seharian penuh.

Selang dua jam, Arsen terganggu dengan suara Anya yang terus meracau tidak jelas. “Anya berisik.” Keluhnya sambil menutup telinganya dengan bantal. Namun Arsen penasaran, ia pun turun dari atas ranjang dan mendekati gadis itu. Alangkah terkejutnya Arsen saat melihat tubuh Anya yang berkeringat, padahal Ac di ruangan itu sangat dingin.

Dengan cepat ia mengangkat tubuh Anya dan membaringkan tubuh itu di atas ranjangnya.

.

To be continued…