**Tidak ada adegan vulgar cinta sesama jenis disini ya***
Tawaran Menjadi istri kontrak seorang gay (Galeo davin) dengan Bayaran 1 Milyar untuk 1 tahun, membuat Resha Alea (Eca) langsung menyetujuinya, karena kebutuhan yang mendesak akibat hutang judi yang di wariskan oleh mendiang orang tuanya.
Setelah pernikahan, Eca selalu menyaksikan kebersamaan Leo dan teman dekat laki lakinya, Stavi yang bernama asli (Gustav Alvaro).
Seiring berjalannya waktu, Perlahan Leo berubah sedikit demi sedikit karena afirmasi dan perlakuan yang Eca berikan di setiap harinya.
(Novel ini ringan ya, jangan berharap konflik yang berat seberat beban hidup ... jangan!)
Yang suka silahkan lanjut baca, yang gak suka gak usah menggiring kebencian lewat kolom komentar, lebih baik di skip, okey?! ✨
Btw ini novel ke 3 author ya, makasih yang udah setia nemenin dari novel pertama, I love you so bad my readers 💜✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Stop ledek gue.
Hari hari di lalui Eca dan Leo dengan ceria, mereka sudah seperti kakak adik sungguhan dalam rumah tangganya.
Lambat laun Eca sudah menerima dan mengerti soal kelainan yang Leo rasakan sejak kecil, dia menjaga rahasianya sangat rapat, dengan sebuah perjanjian, yaitu Leo membiayai Eca kuliah kembali tanpa menggangu gugat sisa pembayaran Rp.625 juta yang akan di bayarkan saat kontrak pernikahan selesai.
Hari ini adalah hari pertama Eca mulai kuliah di universitas pilihan Leo.
Eca masuk ke kamar Dio pukul 06.00, "Kakakkkkkk ... Bangun! Ngantor gak? Udah jam 6 nih." Eca naik ke atas kasur Leo dan menggoyangkan tubuh suaminya.
Setelah Leo tersadar, barulah Eca beranjak turun dari kasurnya dan lanjut menyiapkan baju kantor yang akan di pakai Leo hari ini.
"Keluar sana, gue mau mandi." Ucap Leo yang akan membuka bajunya.
"Ya iyalah ngapain juga aku disini, eh tapi bakal aman-aman aja sih kayaknya." Sarkas Eca sambil terkekeh menutup lemari pakaian Leo.
"Maksud lo?" Ucap Leo yang merasa tersindir.
"Kecuali Stavi yang disini, baru deh gak aman." Ledek Eca yang langsung berlari keluar kamar Leo menyelamatkan diri.
.
.
.
Aroma wangi sudah menyeruak di dalam apartemen Leo.
"Hm ... Udah tepung + tumis sayur hijau emang paling terbaik." Eca meletakan satu persatu masakannya di atas meja makan.
"Kak Leo!!!!! Udah jam 07.00, Aku ada kelas jam 08.00, ini hari pertamaku loh kak." Teriak Eca yang bisa di dengar Dio dari dalam kamar.
"Bawel banget." Leo menyunggingkan senyumnya sambil bercermin di dalam kamar.
Apartemen yang awalnya hening seperti hutan belantara, semenjak Eca hadir menjadi lebih ramai setiap harinya, karena suara melengking Eca di setiap teriakannya.
"Eh gantungan kunci, mana bekal gue. Jangan sampai gara-gara sekarang lo udah kuliah, lo mau melupakan tugas lo sebagai istri."
"Lebih tepatnya sebagai seorang pelayan, tenang aja ... Aku udah siapkan dengan rapi di tas bekal." Eca menyodorkan tas bekal di hadapan Leo dengan senyum lebarnya.
"Kakak tenang aja, aku tahu diri kok .. kakak sudah mau membiayai aku kuliah masa aku melupakan tugas untuk melayani kakak."
"Ya takutnya gitu, lo kegirangan terus lupa sama tugas lo."
Eca mendorong badan Leo dan mendudukkannya di kursi meja makan, "Yuk ah jangan ngoceh terus, aku udah kesiangan."
Setelah sarapan, Eca membuka apron nya dan memperlihatkan penampilannya pada Leo, blouse abu-abu dan rok selutut. "Gimana kak? cantik gak?"
"Enggak!" Cibir Leo sambil tersenyum.
Eca mengangkat sebelah bibirnya ke atas, "Kalau Stavi yang pakai pasti tergoda."
"Stop ledek gue dengan menjurus ke arah situ, gue gak suka." Ucap Leo tegas.
"Sorry suami. Yuk berangkat." Eca menggandeng tangan Leo untuk keluar dari apartemen.
.
.
.
Sampai di kampus, "Aku masuk ya, doakan aku bisa ya kak."
"Bisa apaan sih? Aneh-aneh aja ." Sahut Leo.
"Ya bisa beradaptasi dong, gimana sih kakak."
"Ya, buruan turun ah!"
"Iya, iya ... Galak banget." Eca turun dari mobil dan melambaikan tangan di jendela mobil dengan senyum cerianya.
"Semangat cari uangnya suami."
Bukannya menjawab atau merespon Leo langsung menyalakan mesin mobil dan berlalu begitu saja.
"Huh dasar galak, tapi aku tetap butuh kamu duitku." gumam Eca sambil berjalan masuk ke dalam kampus.
***
Stavi sudah di lobby kantor Leo pagi ini, "Mba, kalau pak Leo sudah tiba tolong bilang Stavi menunggu ya." Ucapnya pada karyawan bagian informasi.
Beberapa menit kemudian.
"Pak Leo meminta anda untuk langsung masuk ke ruangannya," Ucap seorang karyawan memberikan informasi pada Stavi yang sedari tadi menunggu.
Oh sudah pasti Leo akan menyuruhku masuk ke ruangan pribadinya, i'm special man for him." Batin Stavi.
"Thanks mba." Ucap Stavi yang langsung pergi memasuki lift.
Dengan percaya dirinya Stavi tidak mengetuk pintu, dia langsung masuk ke ruangan kerja Leo. Di lihatnya pria itu sedang membuka jas, dan menyimpannya di sandaran kursi kerjanya.
"Leo ..." Sapa Stavi dengan berjalan sensual, dengan niatan menggoda Leo.
Leo yang mendengar itu langsung terperanjat kaget. " Lo gak punya sopan santun? Masuk ke ruangan gue tanpa ketuk pintu dulu?" Tanya Leo dengan nada ketus.
Tubuhnya mulai bereaksi aneh saat Stavi perlahan mendekat padanya, apalagi tangan Stavi yang terus saja mengelus lengan dan punggung Leo.
Hawa panas dan gelisah Leo rasakan saat ini, dan Stavi menyadari itu, pria kemayu itu menyunggingkan senyumnya, Kena kan kamu sayang? Batin Stavi yang merasa berhasil memancing hasrat Leo.
"Pergi!!!!!! Pergi sekarang juga!" Bentak Leo dan langsung mendorong Stavi sampai terhuyung jatuh ke lantai.
"Leo! Kasar banget sama aku!" rengek Stavi manja.
"Gue bilang pergi!!!!!!" Leo kembali membentak Stavi dengan suara beratnya, dengan wajah yang penuh dengan rasa amarah.
Stavi sedikit ketakutan, pria kemayu itu akhirnya pergi meninggalkan ruangan Leo dengan perasaan jengkelnya.
"Argh sial tuh banci, mempersulit gue aja." Umpat Leo.
Leo berusaha menghilangkan hasrat aneh itu, tapi dia selalu saja muncul ketika berdekatan dengan pria manapum, sekalipun itu Oscar ... Bukan hanya Stavi.
Gue gak bisa kayak gini terus, gue pengen jadi manusia normal. Tapi gimana cara ngilangin ini semua, rasa menjijikkan itu selalu datang dan gue susah mengendalikannya.
*Suara pintu di ketuk.
Menampilkan Oscar dengan tampilan yang segar, dan wangi yang semerbak.
"Selamat pagi pak, tolong tanda tangani ini." Oscar memberikan beberapa lembar kertas di meja kerja Dio.
Tak sengaja tangan Leo dan Oscar bersentuhan, dan lagi lagi perasaan aneh itu muncul lagi. Leo langsung kikuk sampai membubuhkan tanda tangan di posisi yang salah.
"Pak maaf buka yang itu, tapi yang ini." Ucap Oscar sambil menunduk, dan aroma shampo di rambut Oscar sangat tercium oleh Leo, karena berada tepat di hadapannya.
"Bb-bisa kkkk-keluar dulu."
"Maaf pak, berkas ini harus saya tunggu ... Karna akan langsung di scan dan di kirim." Ucap Oscar menolak suruhan Leo.
Alhasil Leo menandatangani kertas-kertas itu dengan sedikit gemetar.
"Bapak belum sarapan? atau mau saya buatkan kopi?"Tawar Oscar.
"Ah benar, keluar kamu ... Buatkan saya kopi panas." Ucap Leo mengambil kesempatan untuk berjauhan dengan Oscar.
Oscar menunduk patuh dan langsung keluar dari ruangan Leo untuk membuatkan bos nya itu kopi panas.
"Sial, sial ... Sial !!!!!!!!" Umpat Leo pada dirinya sendiri.
***
Eca pulang dari kampus menggunakan taxi online, Karena jika harus menunggu Leo itu akan sangat menyia-nyiakan waktunya.
"Aku harus memasak, menyiapkan air hangat untuk Kak Leo mandi dan menaruh cucian di laundry, aku harus cepat pulang." gumam Eca.
Sesampainya di apartemen, hal yang pertama Eca lakukan adalah mengantar baju ke laundry lantai bawah di apartemennya.
Tiba-tiba Eca berbenturan dengan seseorang, sehingga pakaian kotor di tas nya jatuh berceceran, akibat dirinya terjatuh.
"Eca?"