Mafia adalah dunia nya, separuh hidupnya ia habiskan dalam kegelapan dan separuh lainnya dalam bayang-bayang kematian yang selalu mengintai nya. Hingga seorang wanita cantik yang membawa cahaya muncul dan mengubah arah hidup nya, membuatnya mempertanyakan hal-hal apa yang berharga dalam hidupnya.
Mampukah dia mengubah dirinya sendiri, ataukah bayang-bayang masa lalunya akan terus menghantuinya dan membuat wanita cantik itu memilih untuk menjauh darinya?
~ Klan Keluarga Morrigan S2~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 33
"Surat Pengalihan ?" cicit Jelita, matanya menyipit menatap kearah Rakhes seolah meminta penjelasan.
"Hm... Surat pengalihan rumah sakit Matter Hospital. Sekarang rumah sakit itu sepenuh nya milik mu". Ucap Rakhes menjelaskan
"T-tapi ini..."
"Aku tidak menerima penolakan apapun Jelita. Aku membeli seluruh aset rumah sakit itu dan mengalihkan kepemilikannya menjadi nama mu, sebagai bentuk rasa terimakasih ku karena kamu sudah sabar merawat ku".
Brakk!!
Jelita membanting dokumen itu dengan kasar diatas meja.
"Aku menolak nya". Tegas Jelita
Mendengar itu, Rakhes menghela nafas pelan lalu menyandarkan punggung lebarnya disandaran sofa seraya melipa kedua tangannya didepan dada. Mata tajam nya menatap Jelita dengan tatapan dingin.
"Bukankah sudah ku katakan? Aku tidak menerima penolakan. Amb-"
Tok...
Tok..
Tok..
Belum sempat Rakhes menyelesaikan ucapannya, terdengar pintu ruang kerja nya kembali diketuk.
Ceklek!
Han membuka pintu nya lalu melangkah masuk.
"Tuan.. Nona..." sapa nya seraya menganggukkan kepalanya sekilas
"Ada apa Han ?" tanya Rakhes tanpa mengalihkan pandangannya dan terus menatap wajah cantik Jelita
"Tuan, saya sudah mengatur kembali jadwal pertemuan dengan CEO perusahaan LandScape Grup, beliau mengajukan jadwal meeting nya besok lusa tuan, di Amerika". Kata Han memberitahu
"Hm.. Kau siapkan saja semuanya Han". Titah Rakhes
Han mengangguk, "Baik tuan ".
Jelita yang hanya diam mendengarkan pembicaraan kedua nya.
"Bukankah itu perusahaan kakek yang dipimpin oleh paman Harvey? apa kedua perusahaan ini saling kerjasama?". Batin Jelita
"Dan, ini tuan..." Han menyodorkan sebuah kunci pada Rakhes.
"Motor anda sudah selesai diperbaiki beberapa Minggu yang lalu tapi saya lupa ingin mengembalikannya pada anda".
Rakhes hanya melirik kunci itu tanpa berniat mengambilnya."Hmm.. Kau masukkan saja motornya digarasi".
"Baik tuan, kalau begitu saya pamit undur diri". Ucap Han seraya menundukkan kepalanya
"Hmm.." Rakhes hanya berdehem
Setelah itu, Han berbalik badan dan bergegas melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja Rakhes.
Sepeninggalan Han pergi, Jelita juga beranjak dari duduknya.
"Rakhes, aku menghargai usaha mu tapi maaf aku tidak bisa menerima nya". Ujar Jelita. "Aku pamit undur diri..."
Mendengar itu, Rakhes hanya menatap Jelita dan mengangkat sebelah alis nya. Ia juga tidak akan memaksa perempuan itu untuk menerima pemberiannya, selama hal tersebut membuatnya nyaman maka apapun akan Rakhes lakukan.
Setelah mengatakan itu, Jelita bergegas melangkahkan kakinya keluar dan kembali ke kamar nya.
Setibanya didepan pintu kamar, Jelita hendak membuka pintunya namun ponsel yang ia genggam berdering. Ia segera melihat siapa yang menghubunginya.
"Paman..." lirih Jelita berucap
Ia menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri seolah tengah memastikan jika tidak ada orang berada sekitarnya. Setelah itu, ia segera menggeser tombol hijau lalu menempelkan benda pipih itu ditelinga kirinya.
"Halo paman, Assallamuallaikum..." sapa Jelita
"Jelita, ada dimana kamu ?" tanya Paman Harvey dari seberang telepon tanpa basa-basi
"Dimansion paman". Jawab Jelita
"Dengarkan paman, lusa paman ada meeting dengan perusahaan milik Rakhes. Beritahu paman jika Rakhes sudah pergi, saat itu paman akan memerintahkan anak buah paman untuk menjemput mu". Kata Paman Harvey
"Tapi paman, ini terlalu gegabah. Bahaya untuk keselamatan paman". Ujar Jelita dengan suara yang terdengar khawatir
"Tidak ada waktu lagi Jelita. Kakek Hercu juga sudah mendesakku untuk segera menjemput mu. Kau pasti juga sudah dengar bukan jika klan mafia milik kakek Hercu dibangkitkan lagi ?"
Jelita menganggukkan kepalanya, meskipun paman Harvey mungkin tidak bisa melihat nya.
"Sekarang sudah tiba waktunya Jelita. Kakek Hercu ingin membalas dendam atas kematian Daddy dan mommy mu. Persiapkan dirimu, lusa anak buah paman akan datang menjemput mu".
"Tapi paman.. Paman Harvey .."
Tut..
Tut..
Sambungan telepon itu pun terputus, Jelita mendesahkan nafas nya panjang seraya menatap nomor telepon sang paman.
"Apa akan ada pertumpahan darah lagi.. Jujur, aku sangat membenci nya.." gumam Jelita bermonolog sendiri
Kemudian, Jelita segera meraih handle pintu mendorongnya pelan. Setelah itu, ia bergegas melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar tak lupa ia juga menutup lagi pintu nya dan juga mengunci nya.
Tanpa Jelita sadari, jika pembicaraannya dengan paman Harvey itu didengar oleh Rakhes yang berdiri tak jauh dari sana dan bersembunyi dibalik pilar-pilar.
Seulas senyum menyeringai terbit diwajah tampannya.
"Permainan balas dendam dimulai, kita lihat siapa yang akan menang dalam permainan ini..."
.
Tepat pukul 03.00 dini hari, Rakhes terbangun dari tidur nya saat mendengar bunyi ponselnya berdering. Tangannya meraba nakas mencari ponsel nya tersebut tanpa bangun dari posisi tidur tengkurapnya.
Punggung lebar nya itu, penuh akan tatto gambar tubuh naga dan kepalanya tersambung hingga dibagian dada bidangnya. Rakhes memang selalu begitu, ia tidak pernah mengenakan baju saat tidur. Lebih sering bertelanjang dada dan bagian bawahnya hanya mengenakan celana boxer.
Setelah berhasil meraih ponselnya itu, Rakhes segera mengangkat panggilan telepon tersebut lalu menempelkan nya ditelinga kanannya.
"Hm..." Rakhes berdehem
"...."
"Aku segera kesana".
Sesaat setelah mengatakan itu, Rakhes memutus sambungan teleponnya sepihak lalu bergegas bangkit dari ranjang dan segera mengenakan pakaian. Ia hanya mengenakan celana jeans hitam panjang dan baju kemeja hitam, tak lupa ia menyambar jaket mantel nya dan juga pisau belati kecil kesayangannya itu lalu disimpannya belati itu disaku mantel nya. Tak lupa dia juga segera mengenakan sepatu pantofel mahalnya.
Kemudian, ia bergegas melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Saat ia melewati kamar Jelita, tak sengaja matanya melihat pintu kamar perempuan itu tidak tertutup dengan sempurna.
Rakhes melangkahkan kakinya mendekat dan hendak menutup pintu itu dengan rapat. Namun, gerakan tangannya seketika terhenti saat melihat Jelita tengah duduk disamping ranjang, kedua tangannya memegang sebuah buku, seluruh tubuhnya ditutupi mukena dan bibirnya melantunkan sesuatu seperti syair.
Sejenak Rakhes terdiam mendengarkan lantunan-lantunan itu yang terdengar sangat menentramkan dan menjeyukkan jiwanya.
"Apa dia baca itu?" lirih Rakhes bergumam. "Kenapa terdengar sangat merdu dan indah sekali.."
Sadaqallahu al-'Azim
Jelita melantunkan terakhir bacaan itu lalu menutup buku nya, melihat itu Rakhes langsung tersadar dan segera menutup pintu kamar Jelita dengan keras, membuat perempuan itu terjingkat kaget dan menoleh kearah pintu.
Brakk....
"Siapa disana ?" teriak Jelita
Rakhes bergegas pergi sebelum Jelita membuka pintu nya dan memergoki dia ada disana.
"Han..." Rakhes memanggil asisten pribadinya tersebut.
"Han..." teriaknya lagi saat tak kunjung melihat Han datang.
"CK!" decak nya kesal, dengan cepat ia langsung merogoh saku celananya dan mengambil ponsel nya untuk menghubungi Han.
Namun, baru saja ia hendak menekan nomor teleponnya tiba-tiba saja Han muncul dari arah belakangnya.
"Tuan, maaf..." Ucap Han
Mendengar suara Han, Rakhes segera berbalik badan dan menatap Han yang berjalan menghampiri nya dan tangannya sibuk membenarkan ritseleting celananya.
Mata Rakhes memicing melihat itu."Apa yang baru saja kau lakukan Han ?" selidiknya
Han hanya tersenyum nyengir mendengar nya."Biasa tuan hehe..."
.
.
.
Haii, jangan lupa tinggalkan jejak like, vote dan komen. Jangan lupa subscribe agar gak ketinggalan update.an nya, makasih 🙏🏻🥰
lanjut semangaaaat
ini pasti ada kaitanya dgn jerry
dobel up
bagaimana nantinya tentang Rainer semua dia tau
keluarga adalah kelemahanya
Kan harus di jadikan saksi