NovelToon NovelToon
Tetanggaku Malaikatku

Tetanggaku Malaikatku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Proposal

Kevin cuma anak SMA biasa nggak hits, nggak viral, hidup ya gitu-gitu aja. Sampai satu fakta random bikin dia kaget setengah mati. Cindy cewek sejuta fans yang dielu-elukan satu sekolah... ternyata tetangga sebelah kamarnya. Lah, seriusan?

Cindy, cewek berkulit cerah, bermata karamel, berparas cantik dengan senyum semanis buah mangga, bukan heran sekali liat bisa bikin kebawa mimpi!

Dan Kevin, cowo sederhana, dengan muka pas-pasan yang justru dipandang oleh sang malaikat?!

Gimana kisah duo bucin yang dipenuhi momen manis dan asem ini selanjutnya!? daripada penasaran, mending langsung gaskan!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Proposal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keinginan Malaikat

Kevin mengaduk-aduk nasi di piringnya dengan garpu, matanya sesekali melirik ke arah Cindy yang sedang asyik menyantap makan malam mereka. Ruangan yang hangat diterangi lampu kuning, menciptakan bayangan panjang di dinding. Suara sendok yang sesekali menyentuh piring menjadi satu-satunya suara yang memecah keheningan.

"Jadi... kamu punya sesuatu yang kamu inginkan?" tanya Kevin tiba-tiba, suaranya terdengar agak serak karena gugup.

Cindy mengangkat alisnya, sendok berisi sup yang baru saja dia ambil berhenti di tengah jalan. "Hmm? Tiba-tiba sekali kamu menanyakan itu."

Kevin seketika merasa lidahnya menjadi kaku. Dia menyadari pertanyaannya memang terdengar aneh keluar begitu saja. "Ah... aku cuma penasaran aja. Kayaknya kamu nggak pernah minta apa-apa sih."

Cindy menaruh sendoknya kembali ke mangkuk, matanya berbinar penuh pertanyaan. "Aku sih biasa aja. Tapi kenapa tiba-tiba kamu nanya gitu?"

Di dalam hati, Kevin mengumpat pada dirinya sendiri. Dia terlalu terburu-buru. Sekarang Cindy malah jadi curiga. "Nggak ada alasan khusus kok. Cuma ngobrol aja."

Cindy memiringkan kepalanya, rambut panjangnya yang hitam berkilau jatuh ke satu sisi. "Kalau gitu... apa yang aku inginkan ya..." Dia menatap ke atas seolah mencari inspirasi, jari-jarinya yang ramping mengetuk-ngetuk meja pelan.

Kevin menahan napas. Ruangan tiba-tiba terasa lebih panas dari biasanya. Keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya.

"Ah!" Cindy tiba-tiba mengepalkan tangan kecilnya. "Aku tahu! Pisau Dapur!"

"Apa?" Kevin mengerutkan kening, yakin salah dengar. "Pisau... dapur?"

"Iya, pisau dapur!" Cindy mengangguk antusias, matanya berbinar seperti anak kecil yang baru dapat mainan baru. "Yang kualitas bagus untuk memotong."

Kevin menggeleng-gelengkan kepala, sama sekali tidak menyangka jawaban itu. "Tunggu dulu. Kamu ini siswi SMA lho. Normalnya cewek minta kosmetik atau tas atau apa lah. Kok malah minta pisau dapur?"

Cindy menyeringai, ekspresinya tiba-tiba berubah jadi agak kesal. "Tolong jangan samakan aku dengan siswi SMA biasa dong."

Kevin terdiam sejenak, menyadari kesalahannya. Memang benar Cindy berbeda dari kebanyakan siswi lain. Gadis ini bisa memasak makanan restoran, membersihkan rumah sampai berkilau, dan masih menjadi juara kelas. Tapi tetap saja...

"Tapi pisau dapur? Kamu nggak kepikiran minta yang lain?" tanya Kevin lagi, masih tidak percaya.

Cindy mengangkat bahu. "Aku sudah punya beberapa, tapi butuh yang lebih halus untuk finishing. Kalau beli sendiri sih bisa, tapi harganya lumayan dan jarang ada waktu buat cari yang bagus."

Kevin membayangkan Cindy berdiri di dapur dengan serius memotong bahan makanan dengan pisau, wajahnya penuh konsentrasi. Gambaran itu membuatnya tersenyum sendiri. "Kamu ini unik banget sih. Aku belum pernah dengar ada siswi SMA yang koleksi pisau dapur."

"Itu karena kamu kenal terlalu sedikit orang," bantah Cindy sambil menyendok supnya lagi, tapi Kevin bisa melihat sudut bibirnya melengkung kecil.

Percakapan mereka terhenti sejenak. Kevin memandang Cindy yang sedang asyik makan, pikirannya berputar-putar mencari solusi. Pisau dapur? Benar-benar di luar perkiraannya.

"Kalau nggak Pisau dapur, kamu mau apa?" tanya Kevin mencoba lagi.

Cindy berhenti makan, menatap Kevin dengan tatapan aneh. "Kamu kenapa sih hari ini? Kok tiba-tiba nanya-nanya soal hadiah gitu?"

Kevin merasa telinganya memanas. "Nggak ada... aku cuma... penasaran aja."

Cindy menyipitkan matanya, lalu tiba-tiba tersenyum penuh kemenangan. "Ah! Kamu mau ngasih hadiah ke seseorang ya?"

"Bukan!" bantah Kevin terlalu cepat, yang justru membuat Cindy tertawa kecil.

"Sudah-sudah, nggak usah malu. Siapa sih cewek beruntung itu?" goda Cindy, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.

Kevin menghela napas panjang. Ini semakin kacau dari yang dia bayangkan. "Nggak ada cewek! Aku cuma... iseng nanya aja."

Cindy mengangguk-angguk pura-pura percaya, tapi senyum nakalnya tidak hilang. "Oke, oke. Kalau gitu aku kasih saran deh. Kalau mau ngasih hadiah ke cewek, jangan kasih Pisau dapur."

"Terima kasih atas saran berharganya," kata Kevin sarkastis, membuat Cindy tertawa lagi.

Suasana menjadi lebih rileks, tapi di benak Kevin, pertanyaan itu masih mengganggu. Dia memutuskan untuk mencari bantuan dari sumber lain.

Keesokan harinya di sekolah, Kevin menyambar Revan saat istirahat siang. "Eh, aku perlu nanya sesuatu."

Revan yang sedang membuka kotak makan siangnya menoleh. "Wah jarang-jarang kamu yang mulai ngobrol. Apa nih?"

"Hadiah apa yang biasanya kamu kasih ke Melia?" tanya Kevin langsung ke inti persoalan.

Revan berhenti mengunyah, matanya membesar. "Loh? Kamu mau ngasih hadiah ke seseorang? Siapa nih? Jangan-jangan..."

"Bukan pacar!" potong Kevin cepat-cepat. "Aku cuma... cari referensi aja."

Revan menyeringai penuh arti. "Ooh.. referensi. Oke, oke. Kalau Melia sih biasanya suka hadiah yang praktis tapi bermakna. Pernah aku kasih sarung tangan masak yang bagus, dia seneng banget."

Kevin mengangguk, mencerna informasi itu. "Terus selain itu?"

"Kalau mau yang universal, krim tangan juga bagus," lanjut Revan sambil melanjutkan makannya. "Cewek mana sih yang nggak suka tangannya halus? Apalagi yang sering cuci piring kayak Melia."

Kevin teringat betapa seringnya Cindy mencuci piring dan membersihkan rumah. Ide itu sebenarnya tidak buruk.

"Tapi jangan asal beli ya," lanjut Revan dengan bijak. "Cari yang merek bagus, wanginya enak. Kalau bisa tanya dulu preferensinya."

Kevin mengerutkan kening. "Ribet amat."

Revan tertawa. "Makanya pacaran tuh nggak segampang yang dibayangin orang. Butuh effort!"

"Aku bilang ini bukan buat pacar!" bantah Kevin lagi, tapi Revan hanya tertawa lebih keras.

"Oke, oke. Pokoknya krim tangan itu ide bagus. Atau kalau mau aman, voucher belanja juga bisa."

Kevin mengangguk pelan, mulai membayangkan bagaimana caranya menyelidiki merek krim tangan apa yang Cindy suka tanpa membuatnya curiga.

Saat pulang sekolah, Kevin berjalan sendirian sambil memikirkan strateginya. Langit sore mulai berwarna jingga, menandakan hari akan segera berakhir. Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah cepat dari belakang.

"Kevin! Tunggu!"

Dia menoleh dan melihat Melia berlari kecil menghampirinya. "Aku dengar kamu mau ngasih hadiah ke seseorang?" tanya Melia langsung, napasnya terengah.

Kevin mengerang dalam hati. Revan sih tidak bisa dipercaya. "Bukan seperti itu..."

"Ah, jangan malu-malu!" Melia menyeringai. "Aku bisa bantu kok. Cewek mana sih yang nggak suka hadiah?"

Kevin ingin membantah lagi, tapi kemudian ide muncul di kepalanya. Mungkin ini kesempatan emas. "Kalau... misalnya... ada cewek yang suka masak dan bersih-bersih, kira-kira hadiah apa yang cocok?"

Melia mengernyitkan dahi, berpikir keras. "Hmm... peralatan masak sih pasti berguna. Tapi kalau dia sudah punya banyak, mungkin apron bagus? Atau..." Matanya tiba-tiba berbinar. "Aku tahu! Parfum untuk ruangan! Yang wanginya segar gitu."

Kevin mengangguk, mulai mencatat mental semua saran itu. "Opsi lain?"

"Kalau dia tipe praktis, mungkin tumbler bagus. Atau kalau mau yang lebih personal, kalung simple juga oke." Melia terus membanjiri Kevin dengan berbagai ide, sampai akhirnya dia berhenti dan menatap Kevin penuh arti. "Tapi yang paling penting sih..."

"Apa?" tanya Kevin penasaran.

"Hadiahnya nggak harus mahal. Yang penting tulus dan sesuai kebutuhannya." Melia tersenyum manis. "Kamu pasti sudah tahu apa yang dia butuhkan."

Kevin termenung mendengar nasihat itu. Mungkin dia terlalu memikirkan hal ini. Cindy bukan tipe yang materialistis. Hadiah sederhana tapi bermakna mungkin lebih dia hargai.

"Makasih sarannya," ucap Kevin tulus.

Melia mengedipkan sebelah mata. "Sama-sama. Nanti kabari aku reaksinya ya!"

Kevin mengangguk, meski dalam hati dia tidak berniat memberi tahu siapa pun tentang ini. Ini akan menjadi hadiah rahasia untuk ulang tahun Cindy yang akan datang hadiah pertama yang akan dia berikan padanya.

1
CALESSYAA
Ditunggu updatenya thorr!!
CALESSYAA
Pertama kalinya!?/Hey/
Azαzel
Ceritanya menggambarkan perubahan positif pada Kevin berkat pola makan teratur yg disediakan Cindy, meskipun Kevin enggan mengakuinya. Aww mereka berdua lucu banget thorr><
Mas Finn
uishh
Mas Finn
waduh mas kepin ngegas
MONALISA
terkejoet akunih bang!😙
MONALISA
memang harus sadar diri.. gaboleh ngerepotin orang terus
MONALISA
siap2 aja renda ketemu bidadari/Scream/
MONALISA
co cweett banget
Mas Finn
Cindy si wanita mahal ni ceritanya
Mas Finn
yapasti ada udang dibalik batu yagesya😝
Mas Finn
Siap bukkk/Bye-Bye/
Mas Finn
Terpanah nih mas kepin kitaa akwkw/Scream/
Cuaksss
Go kevinn!! tenangin malaikat kita/Panic/
Cuaksss
aihh bisa ae cindyy😘
Cuaksss
sedihnyoo, Semangat buat para cowo yg ketolak🫡
Cuaksss
modus😒
Cuaksss
Bukain dong kevvv
Cuaksss
GENDONG! GENDONG!!/Applaud//Curse/
Cuaksss
ringan apa rigan tuh/Frown/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!