Lemme Love You

Satu bulan sudah Amber dan Caesar menjadi pasangan suami istri. Selama itu, semuanya berjalan lancar hingga di suatu pagi weekend menganggu ketenangan pengantin baru itu.

Tet!

Tet!

Bel apartemen berbunyi berkali-kali. Tidak satupun di antara Amber dan Caesar berniat untuk beranjak dari tempat tidur sekedar untuk membukakan pintu.

"Hei, gadis kecil!"

"Mmm."

"Buka pintunya! Hoam," pinta Caesar sambil menutup mulut karena menguap.

"Paman saja," jawab Ambil sambil menaikkan selimut hingga ke bahu.

"Bukannya kau istriku."

"Jangan bawa-bawa status di saat seperti ini!" balas Amber masih dengan mata terpejam. Sesekali gadis itu menguap.

"Lagipula sudah pasti itu tamu paman."

"Mana tahu bibi Mona yang datang."

"Tidak mungkin. Bukan gaya bibi memencet bel dengan bar-bar."

"Bisa jadi teman-temanmu," Caesar tak mau kalah.

"Paman, kau harus ke dokter."

"Mengapa aku harus ke dokter?"

"Penyakit lupa mu semakin akut."

Pertahanan Amber runtuh. Dengan malasnya dia membuka kedua netranya. Berniat ingin melanjutkan mimpi malah diajak berdialog.

"Huh! Kau sendiri yang membuat aturan tidak boleh membawa teman-teman atau tamu ku ke apartemen. Lagipula ini belum genap dua bulan. Aku masih belum nongkrong dengan dua sahabatku." Timpal Amber sambil menatap jengah pada Caesar.

Caesar terdiam mendengar penjelasan Amber. Tentu saja dia ingat dengan serentetan aturan yang sudah mereka sepakati tempo hari. Hanya saja dia sangat malas untuk bangkit dari tempat tidur untuk sekedar membuka pintu. Dia sudah kehabisan kata-kata untuk menjebak istri kecilnya.

"Baiklah kalau begitu. Sama-sama saja."

Selesai dengan kalimatnya, Caesar lalu bangkit dan dengan cekatan berdiri disamping tempat tidur Amber.

"Paman, mau apa?"

Mata gadis itu melotot saat kedua tangan kekar pria itu memeluk pinggangnya dan dengan sekali ayunan, tubuh Amber berada di bahu Caesar.

"Membuka pintu," jawab Caesar sambil memanggul istri kecilnya.

"Paman! Lepaskan aku! Ini tidak enak," teriak Amber. Kepalanya mulai terasa pusing.

Caesar melangkah cepat menuju ruang tamu. Istri kecilnya tidak bisa diam hingga membuatnya sedikit kesulitan. Perkara membuka pintu saja membuat perdebatan di pagi hari. Pada akhirnya, Caesar menarik kesimpulan bahwa dia dan istrinya memiliki kesamaan yaitu bermanja-manja di tempat tidur setiap weekend. Bermanja-manja saat ini artinya memang bermanja dengan tempat tidur serta alat-alat empuk lainnya, bantal dan guling.

Bel terus berbunyi hingga membuat Caesar semakin tidak sabar untuk mengomeli si tamu yang entah siapa saat membuka pintu nanti. Tangan pria itu sudah berada di gagang sambil merendahkan tubuhnya menurunkan Amber.

Meski baru sebentar dia di panggul seperti karung beras oleh suaminya sendiri, cukup membuat kepala Amber pusing hingga gadis itu terhuyung saat kedua kakinya sudah mendarat di lantai. Beda lagi dengan Caesar yang terbalut emosi hingga pria itu berdiri dengan tergesa.

Cup

Bibir kedua suami istri bertemu bersamaan dengan terbukanya pintu. Amber terdiam. Tubuhnya membeku saat bibir Caesar menyentuh bibirnya. Begitu pula dengan Caesar.

"Kakak!" Wanita yang tadinya ingin menyemprot Caesar malah dibuat terkejut melihat adegan di depannya.

Meski terkejut dengan tempelan bibir mereka, Caesar masih sadar saat telinganya mendengar kata kakak. Berhubung Amber masih dalam mode shock, dia segera mengambil kesempatan.

Caesar memegang leher Amber dengan kedua tangannya. Memperdalam ciuman mereka. Mata Amber semakin membulat. Terkesan memaksa tapi Caesar melakukannya dengan lembut. Jantung Amber berpacu dengan cepat begitu pula dengan Caesar. Dia bisa mendengar sendiri suara jantungnya yang berirama semakin naik.

Wanita itu menutup mulut dengan kedua tangannya. Terkejut dan bingung harus bagaimana. Dia jauh-jauh terbang melintasi samudera hanya untuk melihat adegan yang tidak ingin dia lihat. Beda halnya dengan wanita itu. Bibi Mona yang berada di belakangnya justru tersenyum senang. Dia segera mengabadikan momen itu dengan ponsel.

Beberapa saat sebelum tiba di depan pintu apartemen tuan muda barunya, seorang wanita muda melewatinya begitu saja tanpa permisi. Baru saja dia mau menyemprot wanita muda itu tentang etika, dia melihat wanita itu menuju pintu kamar yang jaraknya satu pintu dari tempat bibi Mona berdiri.

Akhirnya, bibi Mona mengurungkan niatnya. Wanita muda itu mengoceh tak karuan sambil memencet bel dengan gaya bar-bar. Sedikit penasaran tentang siapa wanita itu, bibi Mona memilih tetap berada di tempat. Cukup lama dia dan wanita muda itu menunggu hingga pintu terbuka dan wanita itu terlihat shock.

Tentu saja bibi Mona penasaran apa yang dilihatnya. Ternyata benar. Pemandangan romantis di pagi hari. Dia langsung mengabadikan momen itu. Merasa pulang membawa hasil, bibi Mona mengurungkan niatnya untuk bertamu. Sebenarnya dia diperintahkan oleh tuan dan nyonya membawa sup untuk anak dan menantunya.

Menurut nyonya besarnya, sup itu sangat bagus untuk stamina pria dan baik untuk kandungan agar mereka segera menimang cucu. Tapi melihat adegan pagi ini, sepertinya sup itu tidak berguna. Jadilah, bibi Mona kembali ke mansion utama keluarga Amber. Setidaknya, dia membawa pulang sesuatu yang dapat membungkam nyonya besarnya dengan serentetan pertanyaan.

"Ah, sangat romantis!" seru bibi Mona saat menatap beberapa gambar yang dia ambil. Bahkan, dia juga sempat merekam adegan itu. "Jadi inget masa muda dulu."

Sedangkan Becca yang tak lain adalah wanita muda yang saat ini masih berdiri di depan pintu berusaha menyadarkan kakaknya.

"Kakak!"

Teriakan Becca tidak berhasil melepaskan tautan suami istri itu. Amber yang awalnya terkejut perlahan membuka diri dan mulai menikmati setiap sentuhan Caesar. Pria itu menjelajahi mulut istrinya perlahan tapi pasti. Bagai baru saja menemukan sesuatu yang berharga.

"Kakak!" kali ini Becca berteriak sekuat tenaga.

Caesar dengan enggan melepaskan tautan mereka. Pria itu menempelkan kening mereka. Mengatur napas lalu menatap ke arah pembuat teriakan. Caesar merangkul erat Amber agar istrinya itu tidak melarikan diri usai ciuman panas mereka tadi.

Mendapat tatapan tajam dari sang kakak tidak membuat Becca gentar. Dia harus fokus atas kedatangannya pagi ini. Dia tidak terima akan pernikahan sang kakak. Padahal kakak angkatnya ini tahu bahwa dia sangat mencintainya.

"Oh, jadi ini perempuan yang tidak tahu diri itu!" cecar Becca.

Dia berniat menampar perempuan yang berada di pelukan Caesar. Belum bangkit dari terkejutnya tadi, sekarang malah ditambah lagi. Amber hanya bisa menutup mata sambil menunggu tangan itu mendarat di wajahnya.

"Jangan coba-coba!" tegas Caesar sambil mencengkram tangan yang hendak melayang ke wajah istrinya.

Bukannya takut, Becca justru semakin menjadi-jadi. Seolah-olah dia sedang dikhianati dan memergoki pasangan berselingkuh.

"Dia tidak pantas menjadi istrimu!" cecar Becca dengan napas berapi-api.

"Dia yang sangat pantas menjadi istriku." Caesar tak kalah tegas.

Ini ketiga kalinya Amber dibuat terkejut.