Pembatalan perjodohan tiba-tiba oleh orang yang paling dicintainya, membuat dirinya sangat terguncang hingga sang ayah akhirnya memutuskan menjodohkannya dengan laki-laki yang pernah menolong dirinya. Yang tak tahunya laki-laki itu adalah teman semasa SMAnya. laki-laki konyol yang selalu mengganggu dirinya disekolah.
"Yang benar saja aku harus menikah dengan dia?" ucapnya dalam hati.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka? akan kah cinta akan tumbuh dengan seiring nya waktu? ikuti kisahnya yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gugup
"Bening.... bantuin emak yuk di dapur, dari pada di kamar ngedengerin suara Awan yang bikin sakit kuping" ajak emak.
"Tapi saya suka mak sama suaranya Awan suaranya merdu" ucap Bening malu-malu.
"Ooo hehe kirain emak kamu kebrisikan hehehe" emak tertawa.
"Tapi Bening mau kok. bantuin emak di dapur" ucap Bening.
"Ya sudah yuk" ajak emak.
Bening pun mengikuti langkah emak menuju dapur, dia membantu emak di dapur, dia membantu membuatkan kopi untuk Awan dan Mail dan juga menggoreng singkong yang sudah di beri bumbu oleh emak.
Setelah selesai emak meminta Bening membawakan kopi dan singkong goreng itu ke kebun untuk di nikmati oleh Awan dan Mail.
Bening pun membawakan kopi dan singkong goreng ke kebun singkong yang letaknya di belakang rumah.
"Nah... ini dia yang gue tunggu dari tadi, Terima kasih istri ku" ucap Awan menggoda Bening dan langsung mengambil secangkir kopi yang di bawa Bening.
Mail yang melihat Awan begitu semangat pun hanya tersenyum saja.
Namun saat Awan menyeruput kopinya.
"Aw... panas... panas" Awan langsung mengipas-ngipasi bibir nya.
Bening yang melihat itu langsung reflek mencoba melihat bibir Awan yang kepanasan saat menyeruput kopi, Awan yang di perhatikan bibir nya dan terkena sentuhan jemari Bening di bibir nya saat ini merasa gugup, jantungnya berpacu bak kuda balap yang berlari sangat kencangnya bahkan rasanya jantungnya saat ini ingin meledak karena sudah tak tahan dengan sentuhan lembut yang diberikan oleh Bening.
"Wan... " Tegur Mail.
"Eh... Ap... Ap... Pa bang? " Sangking gugupnya Awan sampai berbicara terbata.
"Mending elu ajak bini lu ke kamar gih, biar gue yang ngerjain di kebon" Ucap Mail.
"Tapi... Tapi bang" Masih gugup.
"Ck udah sana gue tahu rasanya jadi penganten baru" Mail Yang tahu bagaimana perasaan saudanya ini menyuruh Awan agar berduaan saja dengan istrinya di dalam kamar, melihat bagaimana reaksi Awan saat mendapatkan perhatian dari istrinya membuat Mail mengerti apa yang di butuhkan pengantin baru ini.
"Istrinya Awan... Bawa Awan kekamar gih dia kayanya perlu perawatan khusus dari kamu" Ucap Mail kepada Bening.
Bening kebingungan hingga memiringkan kepalanya.
"Udah nggak usah bingung bawa gih sana suaminya liat tuh mukanya udah pucat sepertinya di memerlukan perawatan dari kamu" Ucap Mail sambil menggerakan dagunya seolah menunjuk kearah Awan.
"Siapa yang sakit sih bang?! " Awan panik.
Yang ada gue kalo di kamar berduaan sama dia sekarang gue jadi sakit beneran, masalahnya si tongsis pasti ga tahan, astaghfirullah.
Batin Awan meronta.
"Ya wajah mu pucat apa kamu sakit? " Bening tiba-tiba memegang dahi Awan memeriksa apa suaminya itu baik-baik saja.
Keringat dingin langsung bercucuran dari dahi dan mengalir hingga wajah Awan.
"Astaga bahkan kau berkeringat dingin" Bening panik.
"Sepertinya benar kata Bang Mail kamu harus istirahat di kamar, ayo kita ke kamar" Bening langsung menarik tangan Awan.
"Nur... Nur... Tunggu gue beneran nggak apa-apa gue keringetan karena kepanasan gerah Nur bukan karena gue sakit" Awan menolak dibawa oleh Bening karena dia takut terjadi hal yang tidak di inginkan Bening nantinya bila mereka berduaan saja di dalam Kamar.
"Kamu yakin? " Tanya Bening ragu.
"Iya kalo nggak percaya elu liatin ajah gue kerja di kebon kalo sampe gue pingsan baru elu bawa gue ke kamar" Awan berusaha meyakinkan istrinya.
"Oke aku akan menemani mu disini kalau begitu" Bening langsung duduk di kursi yang tersedia disana.
Awan langsung berjalan ke tengah kebun, dan Mail hanya menahan tawa saja melihat kelakuan kikuk sepupunya itu.
"Elu ngerjain gue ya bang? " Bisik Awan saat dirinya sudah dekat dengan Mail.
"Ya elu nggak manfaatin keadaan yang udah gue berikan ya salah elu sendiri" Jawab Mail asal.
"Elu nggak ngerti permasalahannya bang" Awan menahan kesal.
Sementara itu di sebuah ruangan ada seorang pria dewasa yang nampak kesal sedang menelpon seseorang di sebrang sana.
"Kenapa kau tidak memberitahu aku kalau Bening akan menikah dengan pria liar itu?!" Suara Bintang terdengar marah.
"Bukankah Tuan Besar sudah memberitahu Anda kalau nona Bening akan segera menikah? " Ucap Refan mata-mata di perusahaan Tuan Fabian.
"Ya ayah ku memang memberitahu ku tentang itu tapi kalian tidak bilang dia akan menikah dengan siapa?! " Bintang kesal.
"Kenapa anda terdengar kesal Tuan Muda bukankah dengan begini tidak ada lagi yang akan mengganggu kehidupan anda? " Tanya Refan.
"Dasar bodoh mungkin bila Bening menikah dengan orang lain aku tak akan marah tapi ini dengan Awan laki-laki yang selalu bermasalah dengan ku" Bintang geram.
"Kau lupa menantu dari paman Fabian pasti akan menduduki jabatan CEO di perusahaannya, aku tak akan Terima bila Awan lah yang akan menjadi CEO di perusahaan itu, karena dia pasti akan semena-mena nantinya, sialan?! " Bintang geram dan langsung memutuskan sambung telpon.
Bintang menggenggam ponselnya kencang karena kesal, dia tidak Terima bila jabatan CEO di duduki oleh Awan.
Sejak Awan mengalahkannya di depan Bening saat SMA dulu dia selalu menganggap Awan adalah musuhnya, dirinya tak Terima kalau dikalahkan oleh Awan sedangkan prestasi nya jauh di atas Awan.
"Kenapa harus dengan laki-laki liar itu sih anda menikahkan putri anda yang bodoh itu" Gumam Bintang geram.
Di sisi lain.
Mail beristirahat sejenak menikmati kopi dan camilan yang di buat oleh bibinya dan di bawakan oleh Bening. Begitu pun dengan Awan dan Bening yang ikut menikmati makanan buatan emak.
"Ini enak" Ucap Bening saat memakan makanan berbentuk bola oval yang di goreng itu.
"Apa nama makanan ini? " Tanya Bening lembut.
"Ini kroket singkong diisi abon nangka muda sama emak, enakan? " Jelas Awan.
"Ooo ini dari singkong dan nangka? "Bening seolah takjub baru kali ini dia makan makanan yang bahan dasarnya dia tidak suka tapi karena diolah sedemikian rupa jadi jadi menyukai makanan tersebut.
" Iya enak... ku fikir ini daging tak tahunya nangka muda yang di jadikan abon, hebat betul emak bisa mengolah bahan makanan jadi seperti ini" Puji Bening sambil menatap takjub makanan yang ada di tangannya.
Awan tersenyum melihat istri nya takjub dengan masakan yang di buat emaknya.
"Ku terpesona... Pada dirinya... Apakah ini yang dinamakan cinta... " Mail berdendang sendiri menyinggung sepupunya yang menatap hangat pada istrinya.
"Apaan sih lu bang... Bang... Suara lu bikin suasana indah jadi surem" Celetuk Awan.
Bening pun hanya tersenyum saja mendengar keduanya yang saling berdebat tak tahu arah.
Apa yang ku dengar tadi di kamar semuanya benar? Tapi kenapa kau tidak pernah menyatakan nya? Kau selalu ada di saat aku butuh dan kau selalu menghibur ku disaat aku bersedih. Seberat itukah kau ungkapkan cinta?.
Batin Bening saat melihat Awan dalam diam, Awan bukan tak sadar Bening melihat kearahnya tapi dia berusaha tidak melihat kearah Bening dan mengalihkan perhatiannya pada Mail dengan mengajak Mail berdebat hal yang tidak penting, dia berusaha menutupi perasaannya yang gugup saat ini karena di perhatikan oleh Bening.
"Tatapan mu membuat aku jadi menggila~~~hahaha" Mail semakin menjadi menggoda Awan yang terlihat salah tingkah saat ini.
Dia tahu betul sikap dan sifat Awan tak pernah Awan bersikap sesibuk ini meski banyaknya pekerjaan Awan tak pernah terlalu serius, tapi saat ini sungguh berbeda Mail tahu Awan sedang menghindari tatapan istrinya karena dia tahu Awan tak kuat melawan tatapan lembut itu yang akan membuat hatinya meleleh seperti mentega yang terkena panas.
"Maksud lu apa sih bang jangan rese deh" Awan sewot.
Mail berlari menjauh dari Awan dirinya sengaja melakukan itu, agar Awan dan Bening berduaan saja disana.
"Mau kemana lu bang kerjaan belum selesai ini?! " Awan sewot melihat Mail yang pergi dari kebon singkong.
"Mau boker gue mau ikut lu, udah kerjain dulu lah kebelet nih" Ucap Mail sambil berlari meninggalkan Awan dengan tampang kebingungan nya.