NovelToon NovelToon
Tua Dalam Luka

Tua Dalam Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Beda Usia / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Minami Itsuki

aku temani dia saat hidupnya miskin, bahkan keluarganya pun tidak ada yang mau membantu dirinya. Tapi kenapa di saat hidupnya sudah memiliki segalanya dia malah memiliki istri baru yang seorang janda beranak 2? Lalu bagaimana denganku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab

Mertua menghela napas panjang, seolah beban yang ia pikul makin berat. Wajahnya yang keriput menunduk menatap Ramli yang terbaring lemas di atas becak, seperti menyadari anak lelaki yang dulu dibanggakannya kini terpuruk karena pilihan hidupnya sendiri.

Ia mendekat ke arah becak, membenahi selimut tipis yang menutupi tubuh Ramli sambil bergumam lirih,

“Lihat kamu sekarang, Ramli… Dulu semua orang hormat sama kamu, sekarang jangankan istri, makan aja susah.”

Kemudian matanya menatapku tajam. Sorotnya tajam, namun tak lagi meledak-ledak seperti tadi. Kini lebih seperti ancaman yang terbungkus kepahitan.

“Baik. Kalau kamu sudah nggak mau urus Ramli, biar ibu yang rawat dia. Tapi setelah dia sembuh, kalian harus cerai. Biar harta dibagi dua. Biar semua jelas, adil. Kamu ambil bagian kamu, selesai.”

Aku menahan napas sejenak, jantungku berdegup keras. Tapi aku tidak kaget. Aku sudah menduga ini akan datang. Aku memandang lurus ke arah ibu mertuaku, menahan air mata dan amarah yang sejak tadi berputar di dadaku.

“Silakan, Bu,” jawabku pelan. “Kalau itu yang Ibu mau, saya tidak keberatan. Tapi ingat, saya bukan yang menghancurkan rumah tangga ini. Bukan saya yang berselingkuh, bukan saya yang lari saat susah.”

Ibu mertua hanya mendengus, lalu membalikkan badan, menyuruh tukang becak untuk mengantar mereka kembali ke rumahnya. Ramli hanya bisa terdiam, matanya berkaca-kaca, seperti menyimpan kata-kata yang tak mampu ia ucapkan. Dan aku? Aku hanya berdiri di ambang pintu, menatap kepergian mereka dengan hati yang sudah terlalu lama terluka.

Mungkin inilah akhirnya. Sebuah perpisahan tanpa tangis, karena air mata sudah habis jauh sebelum ini.

...****************...

Sesampainya di rumah kontrakan, tukang becak membantu ibu Ramli menurunkan tubuh lemas anaknya dari becak. Dengan tenaga yang tersisa, ibu Ramli memapah Ramli masuk ke dalam kontrakan sempit yang pengap, lantainya dingin dan dindingnya mulai berjamur.

Ia membaringkan Ramli di atas tikar lusuh yang hanya dialasi bantal tipis. Ramli mengerang pelan, tubuhnya masih lemah dan dingin karena belum makan cukup sejak kemarin.

Ibu Ramli terduduk di sampingnya, napasnya tersengal, wajahnya berkeringat. Wanita tua itu terlihat sangat kelelahan.

Selesai membaringkan Ramli di atas tikar lusuh, ibu Ramli duduk bersandar di dinding. Napasnya masih terengah, namun mulutnya tak henti-henti mengumpat. Suaranya parau, tapi penuh kemarahan.

“Perempuan tak tahu diri! Sudah enak hidup dari hasil keringat kamu, tapi giliran kamu sakit ditinggal begitu saja!” ucapnya dengan nada tinggi.

Ramli hanya bisa menatap langit-langit, tubuhnya lemah, tak sanggup membalas satu kata pun.

Ibu Ramli menatap anaknya yang pucat. Matanya berkaca-kaca tapi amarahnya jauh lebih besar.

“Kamu dengar ya, Ramli. Kalau kamu udah sehat nanti, ceraikan aja perempuan itu! Buat apa kamu pertahankan istri yang nggak bisa nemenin kamu susah? Waktu kamu punya uang, dia duduk di atas singgasana. Tapi sekarang? Dia buang kamu kayak sampah!” katanya sembari mengepal-ngepal tangannya.

“Lihat ini, kamu dibopong pakai becak, ditaruh di atas tikar robek, dan siapa yang ngerawat? Bukan dia, bukan adik kamu, bukan saudara kamu, tapi ibu kamu yang tua renta ini!”

Ramli menggigit bibir. Wajahnya menunjukkan pergolakan batin yang dalam.

“Ibu... jangan ngomong gitu dulu...”

“Jangan apa, Ramli? Ibu udah cukup sabar! Kamu terlalu baik sama orang-orang yang enggak tahu terima kasih! Ibu enggak akan diam lagi. Kamu harus cerai. Titik!”

Ramli hanya bisa menutup matanya, menahan rasa bersalah, rasa sakit, dan kekosongan yang perlahan mulai menelannya.

"Ngomong-ngomong di mana Wulan? Kenapa dia tidak kelihatan?" tanya ibu Ramli penasaran.

"Wulan pergi keluar, Bu. Dia bilang pulangnya besok pagi. Aku enggak tahu dia kemana dan pergi sama siapa."

Ibu Ramli melotot begitu mendengar penjelasan dari anaknya yang masih terbaring lemah di atas tikar lusuh itu.

"Apa?! Dia keluar? Keluar ke mana? Suaminya lagi sakit begini ditinggal pergi?!"

Ramli menunduk, suaranya lemah, nyaris tak terdengar.

"Katanya... ada urusan, Bu."

"Urusan?! Urusan apa yang lebih penting dari suaminya yang lagi terbaring kayak gini, hah?!" bentak ibunya sambil berdiri, mondar-mandir di ruangan kontrakan yang sempit dan pengap itu.

Ibu Ramli memandang sekeliling, wajahnya penuh emosi.

"Mana perempuan itu sekarang? Wulan! Wulan!! Kalau dia di rumah ini, sudah ibu seret keluar dari kamarnya!"

Ramli mencoba menenangkan, meski suaranya lirih.

"Bu... sudah, jangan marah dulu... dia pasti pulang nanti."

Tapi amarah ibunya tak terbendung.

"Sudah keterlaluan, Ramli! Ibu tua begini yang repot bawa kamu dari klinik, yang rawat kamu, yang jaga kamu. Lalu istri mudamu ke mana?! Istri satunya lagi juga sama aja, gak punya hati! Kamu ini dikutuk apa sih sampai dapat dua istri yang nggak ada yang peduli sama kamu?!"

Ibu Ramli mengelus dada, napasnya berat menahan amarah yang makin menggelegak.

"Percuma kamu punya istri dua, Ramli!" suaranya meninggi. "Satupun nggak ada yang becus ngurus suaminya! Waktu sehat, mereka rebutan harta kamu, rebutan toko kamu, rebutan uang kamu. Tapi giliran kamu sakit, satu pun nggak kelihatan batang hidungnya!"

Ramli menunduk, tak sanggup membalas. Tubuhnya masih lemas, tapi hatinya jauh lebih sakit daripada tubuhnya.

...****************...

Sementara Ramli masih terbaring lemah di kontrakkan ia tidak tahu jika mertuanya datang menemui suaminya, di tempat lain, Wulan terlihat bahagia tak terkira. Dengan dandanan rapi dan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya, ia berjalan di samping mantan suaminya, melangkah ringan di lorong-lorong sebuah mal besar di tengah kota.

Tangannya penuh dengan kantong belanja. Sepatu baru, tas baru, baju baru untuk anak-anak—semuanya dibelikan oleh pria yang dulu pernah mengisi hidupnya, dan kini kembali hadir seolah tak pernah ada luka di masa lalu.

"Aku senang kamu mau jalan sama aku lagi, Lan," ucap sang mantan suami sambil menyerahkan minuman dingin padanya.

Wulan tersenyum manja.

"Aku juga senang. Rasanya tenang. Enggak kayak di rumah…"

“Ramli masih kerja ya?” tanya pria itu setengah tahu.

Wulan terkekeh pelan sambil melirik ke cermin di salah satu etalase butik.

“Kerja sih, tapi sekarang lagi sakit. Lagi di kontrakan,” jawabnya santai.

Pria itu mengernyit. “Loh, kamu enggak jagain dia?”

“Aku juga capek, Mas. Lagian dia juga punya keluarga, punya istri tua. Giliran aku butuh dimanja, malah disuruh ngurusin suami sakit. Aku bukan perawat.” Ucap Wulan ringan seakan-akan Ramli bukanlah suaminya.

Mantan suaminya tak menjawab, hanya menatap Wulan dengan pandangan campur aduk. Ada rasa kasihan, tapi juga ada rasa puas. Seolah ia berhasil menarik kembali Wulan dari kehidupan yang dulu sempat merebutnya.

Mereka pun kembali berjalan sambil tertawa-tawa, seperti sepasang kekasih yang baru jadian. Tak ada sedikit pun kekhawatiran di wajah Wulan. Bagi Wulan, dunia Ramli adalah beban, dan sekarang ia merasa bebas. Sementara Ramli di tempat lain harus menahan rasa sakit, Wulan malah menikmati dunianya yang baru—bersama pria dari masa lalu yang kini kembali mengisi hari-harinya.

1
Ninik
Thor kenapa tokoh rukhayah dibikin jd pendendam gitu kayak dah dikuasai iblis jadi manusia tak berhati aku JD g suka
Ninik
tp rukhayah kebablasan hidupnya jd dikuasai dendam kalau kata org Jawa tego warase Ra tego ro larane tego larane ratego ro ngelihe tego ngelihe Ra tego ro patine
Ninik
aku suka perempuan kaya rukayah sepemikiran dgn ku ini
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
laki tua g tau diri
kalea rizuky
kapok
kalea rizuky
laki dajjal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!