Aku memiliki seorang istri yang sakit-sakitan sudah satu tahun lama nya, sakit lambung kronis yang di deritanya membuat tubuhnya kian hari kian kurus, membuat aku tak berselera melihatnya, hilang hasrat kelelakian ku terhadap dirinya.
Hadir nya seorang pembantu muda di rumah kami seringkali membuat aku meneguk saliva melihat bodinya yang bahenol.
Dan pada akhirnya dengan berbagai macam rayuan, aku dapat mencicipi tubuh nya tanpa sepengetahuan oleh istriku. Awalnya pembantu muda nan cantik itu menolak sentuhan yang aku berikan, tapi lama kelamaan ia menjadi ketagihan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah
Malam hari, akad nikah antara aku dan Ayu akan segera di mulai.
Warga setempat, keluarga terdekat Ayu serta kedua orangtuaku sudah memadati ruangan tepat berlangsungnya akad. Mereka semua akan menjadi saksi pernikahan kami.
Malam ini Ayu terlihat cantik dengan kebaya putih yang begitu pas membaluti tubuh indahnya, make up tipis yang melapisi paras cantiknya semakin menambah kesan kecantikannya.
Mama ku terus saja memuji kecantikan Ayu, hubungan Mama dan Ayu terjalin cukup akrab. Meskipun Ayu orang desa, tapi Mama sama sekali tidak merasa risih terhadap Ayu maupun keluarga nya. Karena keluarga Ayu sangatlah menjaga kebersihan rumah dan yang lainnya. Rumah yang mereka tempati memanglah kecil, tapi begitu rapi dan terawat.
''Kalian sangat lah serasi, wanita seperti Ayu baru cocok untukmu,'' bisik Mama tepat di telinga ku saat aku akan segera mengucapkan ijab qabul. Karena Mama duduk tepat di samping ku. Aku hanya mengangguk kecil mendengar perkataan Mama. Aku senang melihat Mama bahagia dengan pilihan ku kali ini. Akhirnya hubungan kami yang selama beberapa tahun ini terjalin begitu kaku mencair juga. Akhirnya Mama mau menemui Aku. Dan semuanya karena Ayu.
Setelah itu tangan ku saling berjabat dengan tangan Ayah Ayu, aku mengucap bismillah, agar semua niat baik ku berjalan dengan lancar.
''Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Emran Nugraha bin Rudi Hartono dengan anak saya Ayudia Lestari bin Idris dengan mahar seperangkat alat sholat beserta uang tunai sebanyak 100 juta rupiah dibayar tunai.'' Ayah Ayu berkata dengan lancar. Lalu kini giliran aku lagi.
''Saya terima nikah dan kawinnya Ayudia Lestari bin Idris dengan mahar seperangkat alat sholat beserta uang tunai sebanyak 100 juta rupiah di bayar tuunaaiii.'' Aku pun berucap lancar hanya dengan satu tarikan nafas. Aku merasa begitu lega.
''Bagaimana para saksi?'' tanya penghulu seraya mengedarkan pandangannya keseluruhan tamu undangan.
''Sah.''
''Sah.''
''Sah.''
''Alhamdulillah.''
Serentak orang-orang mengatakan sah, dan syukurlah, akhirnya semuanya berjalan dengan lancar. Kini Ayu sudah resmi menjadi istri ku. Istri kedua ku.
Aku akan berlaku adil kepada Ayu dan Namira.
Aku dan Ayu duduk dengan saling berhadapan, istri ku mengambil tangan ku lalu mencium punggung tangan dengan begitu takzim. Aku balas mengecup keningnya, tangan ku mengusap pucuk kepala nya.
Selanjutnya di lanjutkan dengan acara sungkeman kepada kedua orang tua kami, mereka pun sama, mereka berucap syukur dan berharap rumah tangga kami akan berjalan dengan baik.
***
Malam kian larut, untuk malam ini kami masih menginap di rumah orang tua Ayu. Besok, pagi-pagi sekali kami akan kembali ke Jakarta.
Aku tidur di dalam kamar pengantin yang dirias sedemikian rupa, kamar Ayu berukuran kecil.
Sedangkan Mama dan Papa ku tidur di luar, di ruang keluarga yang tidak terlalu luas. Mereka tidur beralaskan kasur lantai yang tipis. Sebenarnya aku merasa kasihan melihat mereka yang harus tidur dalam kondisi seperti itu. Tapi Mama Papa mengatakan tak apa-apa, mereka mengatakan nyaman nyaman saja.
Kehamilan Ayu telah berhasil meluluhkan hati kedua orangtuaku. Mereka yang selama ini selalu hidup mewah bergelimang harta, serta terbiasa tidur di kasur king size yang empuk tiba-tiba saja tidak merasa risih harus tidur di kasur lantai. Lagi-lagi aku merasa amat bahagia.
Di dalam kamar, aku dan Ayu berbaring dengan berpelukan, kami berbincang ringan sebelum tidur.
''Duh, anak Papa udah mulai besar sepertinya,'' kata ku seraya mengelus perut Ayu yang terlihat sedikit menonjol dari biasanya.
''Iya Papa, beberapa bulan lagi aku akan hadir di dunia, dan membuat hari-hari Papa bahagia penuh warna dengan kehadiran ku,'' kata Ayu dengan suara di buat seperti anak-anak. Mendengar itu aku tersenyum lebar karena nya.
Lalu aku mengecup perut Ayu dengan pelan dan lembut, seakan aku sedang mengecup anak kami yang ada di dalamnya.
Setelah itu, ritual sepasang suami istri pun di mulai. Aku dan Ayu berciuman, lidah kami saling melilit serta saliva kami sudah bercampur menjadi satu. Nafas kami terengah-engah karena kami bercumbu cukup lama.
Aku menyapu leher serta dada istriku dengan lidah. Kedua tanganku meremas dua gundukan kenyal milik istri ku, sedangkan kedua tangan Ayu meremas rambut ku. Lalu aku menjilat, mengigit, menghisap pucuk gundukan bewarna merah muda yang begitu menantang. Ayu melenguh kenikmatan.
''Ah, Mas . . . Aku sangat mencintaimu,'' racau nya dengan mata tertutup. Aku sangat senang mendengar suaranya itu. Ayu benar-benar telah berhasil membuat aku jatuh cinta terlalu dalam kepadanya. Kini, seakan hidup ku hanya dipenuhi tentang Ayu. Aku melupakan Namira. Bagaimana keadaannya sekarang, aku merasa tak peduli lagi. Aku menganggap dia hanya istri yang sakit-sakitan dan merepotkan.
Bahkan malam itu ponselku terus berdering, menandakan ada panggilan masuk, aku sama sekali tidak berniat untuk menjawab panggilan yang aku tahu dari Namira. Entahlah, malam ini aku tidak ingin Namira menganggu malam panjang aku dan istri baru ku.
Aku memasukkan benda tumpul milik ku dengan hati-hati ke dalam organ inti istriku. Kehamilan nya masih terlalu muda, jadi aku harus berhati-hati agar tak mengganggu janin yang tengah berkembang di rahim istri ku. Aku harus sering memupuk janin yang baru tumbuh tersebut, agar kelak ia lahir dalam keadaan sehat.
***
Kini, kami telah kembali ke Jakarta, aku membelikan sebuah rumah berlantai dua untuk Ayu tempati.
Ayu terlihat bahagia, karena aku selalu berusaha membuat nya bahagia. Karena kata Mama, ibu hamil harus terus di bikin bahagia, agar anak yang ada di dalam kandungan nya tumbuh dengan baik.
Siang itu, setelah mengurus semua keperluan Ayu di rumah baru kami, aku pamit kepada nya, aku harus menemui Namira di rumah sakit. Karena kata dokter yang menangani Namira, Namira sudah diperbolehkan pulang. Kondisi kesehatan nya sudah kembali stabil.
''Jangan lama-lama kamu bersama Namira. Kamu tidak boleh meninggalkan Ayu sendirian terlalu lama, karena pada masa kehamilan, wanita akan bersikap lebih manja kepada suaminya dan terkadang juga wanita hamil suka ngidam yang aneh-aneh. Jadi kamu harus senantiasa berada di dekat istri mu,'' pesan Mama saat aku akan pergi ke rumah sakit. Iya, kini Mama tengah berada di rumah kami.
''Iya, Ma. Aku titip Ayu, ya,'' kata ku. Lalu berlalu dari hadapan dua wanita yang begitu berarti untukku. Wanita yang telah melahirkan aku serta wanita yang tidak lama lagi akan melahirkan anak untukku.
***
Aku tiba di ruangan Namira, wajah istri tua ku tampak lebih segar dari biasanya. Senyumnya terbit begitu ia melihat kedatangan ku.
''Kamu pasti sibuk banget ya di perusahaan, makanya kamu telat menjemput aku. Padahal aku udah ada setengah jam menunggu kedatangan mu,'' kata nya.
''Iya Sayang. Mas sibuk banget. Belum lagi harus mengurus rumah. Maaf ya karena Mas telah membuat kamu menunggu,'' balas ku bersikap biasa saja. Aku menggamit tangan nya, kami berdiri lalu meninggalkan ruangan yang beraroma obat-obatan.
''Iya, enggak apa-apa. Ayu kok begitu ya, Mas. Kenapa dia meninggalkan rumah kita begitu saja. Kalau dia merasa tidak betah lagi bekerja di rumah kita, seharusnya dia bilang baik-baik. Bukan main kabur gitu aja. 'Kan kamu jadi repot karenanya. Nanti aku akan mencari pembantu baru lagi,'' ucapnya lagi. Kini kami tengah berjalan melewati koridor rumah sakit. Namira tidak mau duduk di atas kursi roda, karena katanya tubuh nya benar-benar sudah sehat. Aku sudah selesai mengurus semua administrasi dan yang lainnya menyangkut rumah sakit.
Aku terpaksa berbohong kepada Namira dengan mengatakan Ayu kabur dari rumah. Supaya Namira tidak mencium penghianatan yang telah kami lakukan.
Untuk saat ini, aku masih belum mau memberitahu Namira kalau aku dan Ayu sudah menikah. Aku takut kondisi kesehatan nya malah drop lagi.
Untuk saat ini biarlah semuanya berjalan seperti ini. Aku merasa nyaman dengan hidup ku sekarang.
Bersambung.
bls dendam nya yang syantik gech thor,biar gereget baca nya.
maaf ya thor bukan enggak suka cerita nya tapi ini hanya masukan aja 😊
jangan mau jadi perusak rumah tangga org mir..
tunggu saatnya kalo memang dia jodoh mu dia akan kembali,tp jangan jadikan kamu wanita rendahan,kamu harus berkelas