"kau iblis yang menyedihkan"
"ah bukan lebih tepatnya manusia berwajah malaikat dan bersifat iblis yang kejam, sangat menyedihkan"
"apa kau percaya tuhan"
"berhenti mengoceh dan ketuk saja pintu neraka mu" pria itu mengarahkan sebuah pistol ke kening sang lawan.
"baik lah sebelum aku mati, aku ingin bertanya satu hal"
"apa kau pernah jatuh cinta"
"ucapan omong kosong apa ini"
"HAHAHAA bahkan sang iblis dan malaikat pun akan kalah oleh perasaan itu"
"aku dan manusia yang nyawanya telah kau renggut, mengutukmu"
"JATUH CINTA LAH KEPADA GADIS YANG AKAN MENJADI MALAPETAKA NYAWAMU SENDIRI" teriak pria yang tersenyum sinis.
"sudah mengoceh" pria itu menarik ujung pistol membuat sang lawan tertembak tepat di kepala dengan mata merah menatap benci kepada sang iblis.
"bawak saja kutukan mu itu ke alam baka"
"karena aku memang sudah jatuh cinta kepadanya" tawanya mengelegar di tengah hutan, para bawahannya memalingkan wajah takut menjadi sasaran sang iblis.
manusia adalah mahkluk paling menjijikn
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ancan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nostalgia
"Entah takdir yang berpihak kekita atau kita yang memang memiliki ikatan takdir satu sama lain_bia
"Ayok" ucap kairen mengajak bia yang baru bangun tidur.
"Kemana" tanya bia mengucek-ngecek mata, kairen tersenyum melihat tingkah gadis mungil di depannya.
"Gue kenalin sama anak-anak lain" ucap kairen menarik paksa gadis yang usianya beda tiga tahun.
"Ga mau ih, bia belum mandi" bales bia menghempaskan tangan kekar milik kairen.
"Lu mau mandi malam-malam begini" tanya kairen, membuat bia melirik arloji di tangan kanannya.
"Baru jam 10 kok" ucap bia santai.
"BARU" kairen menatap tidak percaya ke arah bia.
"Emang biasa lu mandi jam berapa" tanya kairen.
"Tergantung mood sih" kekeh bia melawati kairen berjalan menuju kamar mandi.
"Cewe gila" beo kairen menatap punggung bia.
"Abang mau kemana" tanya mama melihat kairen mengeluarkan kuda besinya dari garasi.
"Monokrom ma" bales kairen kembali fokus mengeluarkan kuda besinya.
"Jangan larut malam pulangnya bang" teriak mama.
"Busett ma, abang pulang ke biasa" teriak kairen, membuat sapu melayang ke arahnya.
"Hampir aja muka ganteng gue jadi sasaran" ucap kairen melajukan motornya.
"Kenapa maa" tanya bia keluar menggunakan handuk baju dari kamar mandi.
"Noh abang mu, buat kesal mama muluk" ucap mama mengadu ke anak angkat perempuannya.
"Biasa ma, namanya juga anak cowok" ucap bia mengusap pundak wanita paruh baya seusia bundanya.
Bia berjalan ke arah kamar tamu sedangkan wanita paru baya itu kembali menonton televisi di ruang keluarga.
Bia yang sibuk memoles wajahnya di kejutkan oleh dering ponsel di atas ranjang.
"Iya ini bia uda siap-siap, lora tunggu di sana bentar ya, bia otw" ucap bia mengakat telpon itu.
"Lu lama banget sih setan, uda ke orang gila gue nunggu lu nih" bales suara dari seberang sana.
"Iya, iya bawel amat, ini bia otw" ucap bia mematikan ponselnya.
"Ma, mama" teriak bia keluar mencari sosok wanita yang menjadi ibu angkatnya.
"Iya sayang kenapa" teriak mama dari ruang keluarga, bia menghampiri wanita itu dengan cengengesan.
"Bia keluar bentar ya maa" ucap bia meraih tangan wanita paruh baya yang masih sangat amat cantik.
"Malam-malam begini" tanya mama.
"Bentar aja ma, soalnya lora ga percaya kalo bia uda sampai sini ma" ucap bia.
"Lora" beo wanita itu.
"Ah itu teman SMA bia waktu di sini" ucap bia, membuat mama mengangguk.
"Laki-laki" tanya mama penuh selidik namun ia merasa tidak asing dengan nama itu.
"Bukan maaa" bales bia menggeleng pelan.
"Kok namanya ke begitu sih" tanya mama bingung.
"Biasa deh maa, memang anaknya cukup tomboy" ucap bia mengejek satu-satunya sahabat perempuannya selama SMA.
"Ya sudah pulangnya jangan larut malam ya sayang" ucap mama lembut.
"Iya maa" bales bia dengan senyum tak lupa mencium punggung tangan wanita cantik itu.
"Kamu naik apa" tanya mama.
"Naik taxi maa" bales bia.
"Sama kairen aja ya, biar mama suruh pulang dia" ucap mama penuh khawatir.
"Ga usah deh maaa, abang juga uda kumpul bareng temannya takut ganggu" bales bia dengan senyum.
"Kamu yakin" tanya mama dengan perasaan sedikit takut.
"Yakin maaa, walaupun badan bia kecil, tapi bia sabuk hitam maa" ucap bia membuat wanita itu tertawa.
"Ya sudah sana, nanti kemalaman" ucap mama.
Membuat bia mengangguk paham, ia pergi dengan melambai ke arah wanita itu, mama membales dengan senyum dan lambaian.
"Hati-hati sama buaya darat" teriak mama.
"Siap mamaa" bales bia berlalu pergi.
******
"Lama banget lu" ucap lora wanita cantik bak idola kpop.
"Hahaha nyasar tadi gue" ucap bia menggaruk rambutnya yang pendek berwarna hitam pekat.
"Yang bener aja lu, tiga tahun lu pernah di sini nyet bisa nyasar juga" ucap lora tidak percaya.
"Ya maklum lah namanya ingatan gue pendek" bales bia masuk ke dalam caffe.
"Iya kek badan lu" beo lora, berjalan beriringan dengan bia.
"Gue berasa jalan bareng anak gue, bukan sahabat gue" ucap lora membuat bia tertawa.
"Emang lu uda punya anak" tanya bia.
"Dih ya enggak lah" bales lora mendekap bia dengan erat.
Kedua sahabat lama itu saling melempar candaan yang telah tertahan selama beberapa tahun tidak jumpa.
"Yang lain mana" tanya bia.
"Ada no di lantai dua" bales lora, membuat bia berjalan cepat menuju lantai dua.
"Ga sabaran aman lu cill" beo lora terkekeh.
"Hai gaes" teriak bia membuka pintu vvip di dalam caffe itu.
Kedua pria yang beda usia dengan bia menatap ke arah pintu dengan wajah bingung, lora menyingkirkan kepala bia dari tengah pintu.
"Siapa" tanya kedua pria di dalam ruangan.
"Loraa" bia menatap sedih ke gadis cantik yang memiliki tinggi hampir 180.
"Hahhaa" tawa lora pecah mengusap wajah mungil milik bia.
"Ayok tebak siapa" ucap lora menarik bia masuk ke dalam ruangan mereka,
Kedua pria itu menatap lekat ke arah bia, membuat bia sedikit menunduk.
"Bbiaaaa" teriak kedua pria itu berhasil membuat bia tersenyum lebar.
"Kok, kok muka lu masih ke di tahun 2017 njir" tanya salah satu pria itu.
"Dih kan emang gue awet muda" bales bia menghempaskan rambut pendeknya.
"Bukan itu maksud gue pet" bales pria itu.
"Tinggi lu ga nambah ya" ucapnya lagi membuat bia menatap datar ke pria di depannya.
"Bercandaa gue ah" bales pria itu memeluk gemas bia.
"Lepasin aiii" terik bia.
"Ga mauuuuu" bales pria yang di panggil ai itu.
"Aidillllll" teriak bia di dalam dekapan tubuh kekar milik pria bernama aidil.
"Iyaaaaaaaaa" bales aidil.
"Ngeselin banget lu masihkan ke dulu" ucap bia merapikan rambutnya yang di acak-acak oleh aidil.
"Hahaha lu nya juga masih pendek ke dulu" ejak aidil dengan tawa keras.
"Nyesel amat gue ketemu lu lagi" ucap bia dengan wajah cemberut.
"Maaf deh maaf" aidil mengusap lembut puncak kepala sahabat SMA nya itu.
"Lu ga berubah yaa" tanya pria di sebelah aidil.
"Lu kira gue power rengers bisa berubah" ucap bia kesel.
"Haha" pria itu mencubit gemas pipi chuby milik bia.
"Canooo" teriak bia menatap marah ke arah pria yang memiliki tinggi 190 dengan kulit yang masih seputih dulu, eh lebih tepatnya kali ini pria itu semakin putih.
"Iyaa cill" bales cano dengan senyum.
"Nah sekarang uda lengkapkan" ucap lora memeluk ke empat sahabat SMAnya.
"Berasa nostalgia gue" beo aidil di angguki ketiga manusia dalam dekapannya.
Handphone cano berdering membuat pelukan itu bubar.
"Hallo"
"Iya gue otw" cano memasukan telpon itu ke dalam saku celana miliknya.
"Mau kemana lu" tanya aidil.
"Biasa" bales cano membuat aidil dan lora paham.
"Gue deluan ya" ucap cano mengusap puncak kepala bia dengan senyum.
"Pergi sana lu hus hus hus" usir bia membuat gemas cano.
Pria itu mencubit kembali pipi tembam gadis mungil di samping lora.
"Canoo sialannn gigi gue bisa sakit" teriak bia membuat cano hanya melambaikan tangan kepada ketiga sahabatnya itu.
"Mau makan apa" tanya lora meraih bia.
"Apapun yang kakak lora berikan adek bia bakalan makan" ucap bia membuat lora terkeke.
"Makan babi mau" tanya lora.
"Lu aja yang makan sialan" ucap bia menatap tajam sahabat perempuan tersayangnya itu.
"Hahahaha" tawa aidil pecah membuat kedua gadis itu menatap bingung kepada aidil.
"Kenapa lu" tanya lora.
"Ga, gaa" bales aidil menggeleng masih dengan tawa.
"Apanya yang lucu" tanya bia kesel.
"Ga gue cuman lagi nostalgia di jaman SMA dulu" ucap aidil tersenyum.
"Dihh" ucap kompak kedua gadis itu.
"Bia lu kapan main ke rumah bunda sering nanyain lu itu" ucap aidil menyantap makan yang mereka pesan sebelum kedatangan bia.
"Kalo lora ke sana gue ke sana" bales bia.
"Ngintil amat lu ama lora uda ke buntutnya" ucap aidil.
"Emang, kan kami kembar tidak bisa di pisahkan ya kan raa" ucap bia di angguki lora yang sedang menyantap nila panggang.
"Iyain aja deh" bales aidil membuat lora dan bia terkekeh.
"Kapan lu pinda tugas dil" tanya lora.
"Hmm lusa kemungkinan" bales aidil.
"Pindah tugas" beo bia tidak paham.
"Ah cs kita satu ini belum tau kalo aidil uda jadi komandan" ucap lora.
"Serius aidil" tanya bia dengan mata binar.
"Komandan apanya, babunya komandan yang iya" ucap aidil, membuat lora tertawa terbahak-bahak.
"Aidil beneran jadi tni" tanya bia dengan wajah takjub.
"Lu aja terkejut" ucap lora memberikan daging nila yang sudah tidak ada durinya di piring bia.
"Iya lah gue terkejut, kan kita bertiga siswa pembolos yang sering masuk ruangan bk" ucap bia tidak percaya.
"Iya kan ga adil banget" bales lora terkekeh.
"Manfaat ada orang dalam gaes" bales aidil membuat kedua gadis itu tertawa.
"Enak bener hidup lu" ucap bia memanyunkan bibirnya.
"Tenang bia selama kita gabung terus sama kami hidup lu bakalan enak" bales aidil di angguki lora.
"perasaan gue ga enak liat senyum nih bocah" beo lora yang menatap gadis yang masih tersenyum lebar ke arah mereka.