Transmigrasi Ke Tubuh Anak SMA

Bismillahirohmanirohim.

"Silahkan jelaskan apa yang terjadi?" ucap Glen sambil menatap Laura maupun Jessica tajam.

"Jika kalian berdua berbohong pada saya, maka jangan salahkan saya akan menghukum kalian lebih berat dari hukuman yang akan kalian terima setelah penjelasan ini."

"Apa hukumannya pak?" tanya Jessica tidak sabar, saat ini muka anak kepala sekolah itu sudah merah padam.

Sementara Laura yang merasa tidak bersalah apa-apa begitu tenang tanpa menunjukkan emosi sedikitpun.

"Mungkin akan membersihkan gudang belakang yang begitu kotor." jawab Glen dengan enteng.

"Apa!" pekik Jessica tak percaya.

"Ya-"

"Jelaskan sekarang akui kesalahan kamu sedari tadi kamu malah menjawab saya terus!" bentak Glen.

Jessica tak bernai bicara lagi saat melihat tatapan tajam dan dingin yang Glen tujukan juga suara yang sangat menyeramkan menurut Jessica, bukan hanya Jessica tapi juga Laura merasakan hal yang sama, untungnya Laura masih bisa bersikap tenang.

"Siapa dulu yang akan bicara diantara kalian berdua?" tanya Glen memastikan.

"Saya pak!" sahut Laura cepat, sedari tadi diam akhirnya dia bersuara juga.

"Saya tak tahu apa salah saya dengan dia." tujuk Laura pada Jessica sambil menatap orang itu dengan tajam.

"L-" ucap Jessica tertahan karena Laura kembali bicara lebih cepat dari pada dirinya.

"Saya baru saja datang ke sekolah, tiba-tiba saja dia menghampiri saya dan memarahi saya tidak jelas, lalu setelah itu dia ingin menampar saya, tentu saja saya membela diri apa salahnya?"

"Saya sudah selesai pak." Laura sudah menjelaskan semuanya.

"Dia bohong pak! Mana mungkin saya melakukan hal itu, jika benar mana buktinya."

"Lo butuh bukti? sihlakan tanyakan saja pada para siswa-siswi yang melihat kejadian tadi pagi." cetus Laura dengan cepat.

"Lo-"

"Stop! Kalian berdua saya hukum, silahkan bersihkan gudang sampai bersih, kalian tidak bisa kemana-mana karena saya akan menjaga dengan ketat!"

"Yang benar saja pak masa saya disuruh bersikan gudang! Saya tidak mau! lihat dia tidak melakukan pembelaan apa-apa itu artinya dia yang salah." Jessica masih tidak terima jika dirinya harus di hukum.

'Dasar guru bk baru tidak tahu diri! Lagipula kenapa papa tidak mencegahnya untuk menghukumku sih.' gerut Jessica dalam hatinya.

"Justru karena gue tidak bersalah makanya gue tidak koar-koar kayak lo yang emang salah!" sahut Laura dengan enteng.

'Orang aneh, lihat saja Jessica kamu tidakakan lolos dengan mudah kali ini.' Laura tersenyum penuh kemenangan.

"Baiklah karena kamu tidak terima jika saya hukum membersihkan gudang."

"Serius pak saya tidak jadi di hukum." potong Jessica dengan cepat.

"Siapa bilang, karena kamu sedari tadi membantah maka hukuman kamu saya tambah membersihkan gudang + membersihkan toilet." terang Glen.

"Hahahahah, emang enak seorang Jessica akhirnya di hukum juga, selamat bersenang-senang Jessica." bisik Laura tepat di telinga Jessica.

Jessica bahkan merasakan sebuah ancaman dari bisikan yang dia dengar dari mulut Liana.

Tak menunggu lama mereka berdua sudah berada di dalam gudang, di sini Laura memang tidak bersalah tapi dia sama sekali tidak membela diri, karena Laura bisa menilai guru bk baru itu tidak bisa diajak bernegosiasi.

"Heh Liana kerjain ini!" suruh Jessica pada Laura.

"Ingat ya lo yang harus bersihin isi gudang ini, gue akan istirahat di sana."

Laura tersenyum semanis mungkin, "Jangan mimpi lo Jessica! baiklah sepertinya gue harus mengulangi kejadian beberapa minggu lalu, apa yang sudah lo dan sahabat lo lakuin ke gue."

"Aku tak sabar ingin bermain-main, hahahahaha." Laura sudah menyiapkan air bekas pelan untuk Jessica.

Byur!

Satu ember air langsung Laura siramkan pada Jessica. "Apa yang lo lakuin Liana!" maki Jessica. "Jangan macem-macem lo Liana, atau lo bakal tahu akibatnya, lo lupa siapa bokap gue di sekolah ini hah!"

"Sayangnya gue sama sekali tidak takut dengan ancam murahan lo itu Jessica."

Plak.

Plak

"Ini untuk nyawa gue yang hampir lu habisi." Laura bukan hanya menampar Jessica tapi juga menendangnya, untung saja Laura tak menggunakan semua tenangnya.

"Lo dengar baik-baik Jessica! Gue bukan lagi Liana yang dulu, Liana yang lemah dan dengan gampang lo tindas, gue sekarang akan membalas siapa saja yang berani ngusik gue."

"Gue masih berbaik hati Jessica masih membiarkan lo hidup, ingat satu hal jangan pernah lo bilang siapapun, kalau gue sudah menghukum lo, kalau lo berani maka gue yakin lo akan menyesal seumur hidup."

Kali ini sifat angkuh Jessica tidak bisa keluar lagi sungguh dia begitu takut dengan sikap Liana yang berubah drastis 195° dari sebelumnya.

'Awas kamu Liana lihat saja setelah ini aku akan membalas semua perlakuanmu hari ini, kita lihat siapa yang akan menyesal nanti.' sedari tadi Jessica terus mengumpat Liana di dalam benaknya.

###

Pulang sekolahpun tiba Liana dijemput oleh papa nya, karena dia akan pergi ke perguruan Kalam kilat untuk mendaftarkan diri menjadi salah satu murid di perguruan itu.

Liana bisa pulang tepat waktu karena dia hanya diberi hukum untuk membersihkan gudan sedangkan Jessica masih membersihkan WC, tentu saja Jessica menyuruh Gina membantunya.

Tak berapa lama akhirnya Liana dan papa Banu sampai di perguruan terbesar di kota mereka, perguruan Kala kilat yang begitu terkenal.

"Permisi saya mau mendaftarkan anak saya untuk berguru di perguruan Kalam kilat." ucap Banu dengan sopan pada penjaga disana.

"Silahkan masuk pak, nanti ada petugas yang akan mengarahkan bapak dan anak bapak untuk melakukan pendaftaran." jelas penjaga.

Papa Banu dan Liana sama-sama masuk ke dalam perguruan itu. 'Tempat ini tak pernah berubah.' batin Laura sambil menatap sekeliling.

Mereka diantar oleh seorang petugas untuk melakukan pendaftaran di salah satu ruangan terbuka. 'Kira-kira siapa yang bertugas menerima murid baru hari ini?' batin Laura.

Pertanyaan yang tadi berada di dalam benak Laura akhirnya terjawab saat melihat ada tiga orang yang sedang bertugas di sana.

Ada Filia dan Sinta juga satu orang yang tidak terlalu Laura kenali. "Permisi saya mau mendaftarkan anak saya." ucap Banu ramah.

"Silakan duduk pak." sahut Filia sopa.

Filia langsung mengembangkan senyumnya saat tahu siapa anak yang baru saja bapak ini maksud.

"Datang juga rupanya kamu, punya nyali rupanya." sindir Sinta pada Liana.

Tapi Laura tetap bersikap tenang. "Tolong jaga sikap anda ketua Sinta, disini ada tak ada hal apa-apa walaupun anda ketua, saya sudah berbaik hati pada anda!" peringat Filia.

"Cih, hanya kepercayaan untuk menerima murid baru saja sombong."

Filia menghembuskan nafas pela dia begitu merasa tidak enak pada pak Banu, bapak dari Liana, "Maaf atas ketidaknyamanannya pak." sesal Filia.

"Tak apa nak saya maklum."