Freya, seorang gadis ceria dan penuh ambisi memiliki sifat layaknya seorang remaja pada umumnya. Gadis itu sangat mengidolakan Arvin Mahardika, seorang aktor sekaligus model yang sangat tampan, sehingga tak heran jika dirinya memiliki banyak fans fans dari kalangan seusianya. Namun, dari sekian banyak fansnya, hanya satu yang bikin sang aktor pusing, yaitu Freya. Gadis yang menurutnya memiliki gangguan jiwa karna kelakuannya yang menurutnya terlalu berlebihan sebagai seorang fans. Segala cara ia lakukan agar gadis itu berhenti mengejarnya, mulai dari sifat tegasnya sampai mempermalukannya di media hingga membuat Freya sempat menyerah. Namun, tak sengaja ia mendengar percakapan salah satu seorang aktor yang merupakan sahabat dekat sang idola, membuatnya bertekad menyelamatkan sang idola sekaligus pujaan hatinya. Berbagai cara ia lakukan agar bisa memantau kegiatan sang idola, sampai pada akhirnya ia memilih pergi dan menjauh dari kehidupan Arvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rezqhi Amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
job stabil
"Ayolah pak, kasih kesempatan sekali lagi kepada kami. Kemarin itu musibah pak. Saya janji setelah ini Arvin akan profesional lagi. Lagian brand bapak masih membutuhkan model seperti Arvin kan pak?" ucap Freya yang membujuk salah satu klien yang kecewa dengan Arvin. Sementara Arvin hanya menyimak obrolan kedua orang itu. Sebenarnya ia gak suka jika Freya sampai ngemis-ngemis begitu. Itu sama sekali bukan gayanya. Selama ini tidak pernah memohon-mohon kepada klien. Biasanya klien lah yang memaksa-maksa cowok itu untuk menerima tawarannya.
Namun Freya tetap memaksa agar semua job yang udah deal dari sebelum kecelakaan itu harus tetap terlaksana.
Pak Broto yang merupakan klien itu nampak menghembuskan nafasnya berat. "Baiklah, saya akan memberikan kalian kesempatan sekali. Tapi lain kali kalo ada halangan harap konfirmasi dulu, jangan seenaknya saja tidak mengangkat panggilan atau membalas pesan."
Freya yang mendengar itu tersenyum lega, perjuangannya tidak sia-sia. Ia sudah bertekad akan memperbaiki semuanya, ia tidak ingin karir cowok yang dicintainya itu hancur begitu saja. Terlebih lagi ada seseorang yang menginginkan kehancuran itu.
"Terima kasih banyak pak, kami akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin," ucap Freya dengan senangnya.
***
"Harusnya lo gak usah mohon-mohon kek tadi. Kalau dia gak mau, ya gak usah. Gak rugi juga kok," ucap Arvin di sepanjang perjalanan.
"Itu namanya tanggungjawab Vin," ucap Freya.
"Aku gak mau karir kamu hancur begitu saja. Apalagi saat ini ada seseorang yang menginginkan kamu di keadaan itu," ucap Freya sambil menoleh ke arah jendela mobil.
Arvin yang mendengar itu mengernyitkan dahinya pertanda cowok itu sedang bingung.
"Menginginkan karir gue hancur?" tanya Arvin sambil menoleh ke arah Freya.
"Iya," jawab Freya singkat.
"Perasaan gue gak pernah musuh," jawab Arvin.
"Justru itu kamu harus hati-hati. Terkadang orang yang menjadi orang terdekat kita itu bisa jadi musuh dalam selimut. Makanya itu kita tidak boleh terlalu percaya sama orang, meski itu orang terdekat kita," ucap Freya serius.
"Tapi lo tahu dari mana kalau ada orang yang menginginkan kehancuran gue?" ucap Arvin penasaran.
"Ya insting doank sih hehehe," jawab Freya sambil menyengir. Gadis itu belum siap memberitahukan Arvin siapa musuh dalam selimut itu. 'Belum saatnya kamu tahu Vin. Karena aku yakin kamu gak akan percaya sekarang karena aku gak punya bukti,' batin Freya sambil menatap dalam cowok yang sedang menyetir disampingnya ini.
"Udah, kamu gak usah kamu pikirin. Tugas kamu cuma fokus sama semua jadwal yang udah aku atur. Selagi ada aku, semuanya insyaallah aman," ucap Freya lembut sambil membelai rambut cowok disampingnya. Arvin yang mendengar itu tersenyum. Kemudian sebelah tangannya mengambil tangan Freya yang sedang ada dikepalanya dan mengecup penuh kasih sayang tangan itu. "Makasih ya, aku beruntung bisa di cintai tulus sama kamu. Aku kira kamu itu sama kek cewek-cewek lainnya karena kamu dulu obsesi banget kejar aku segitunya. Makin kesini aku makin tahu cewek yang benar-benar tulus itu ada," ucap Arvin lembut.
"A-aku kamu?" ucap Freya gugup. Ini pertama kalinya ia mendengar Arvin mengubah kosakatanya.
"Iya mulai hari ini aku akan pakai kosakata itu hanya untukmu. Itu sebagai tanda kamu memiliki tempat yang spesial di sini," ucap Arvin sambil meletakkan tangannya dan tangan Freya yang masih digenggamnya di dada cowok itu.
"Ishh, sekarang kamu pintar gombal ya," ucap Freya menarik tangannya dan membuang wajahnya kesamping untuk menutupi rasa malu dari gadis itu. Ia yakin pipinya saat ini berwarna merah.
"Tapi kamu harus ingat, kalau udah bahaya kamu jangan bertindak sendiri. Kamu harus tanya ke aku," ucap Arvin kembali tegas.
"Iya iya bawel, mending fokus nyetir aja deh," ucap Freya. Arvin yang mendengar itu mengacak-acak gemas rambut gadis disampingnya dan membawa kepala gadis itu bersandar dipundaknya kemudian mengecup sekilas rambut Freya dan kembali fokus kedepan untuk menyetir. Freya yang mendapat perlakuan itu tidak dapat menyembunyikan perasaannya. Gadis itu rasanya ingin melompat saking senangnya. 'Ya Allah, makasih karena engkau telah mengabulkan doa-doaku. Engkau emang maha baik,' batin gadis itu.
Mungkin rasa nyaman atau lelah yang menyerang gadis itu sehingga rasa ngantuk menghampirinya. Tak lama gadis itu pun menguap. "Kamu tidur aja, nanti aku bangunin kalo udah sampe aku bangunin," ucap Arvin yang mendengar Freya sedang menguap. Tak lama dari itu Freya memejamkan matanya.
'Aku berjanji gak akan menyia-nyiakan kamu Frey. Aku benar-benar udah jatuh sedalam-dalamnya pada pesonamu. Kamu selain cantik juga tulus. Akan aku pastikan mulai hari ini tidak akan ada kesedihan dan air mata di wajahmu selama kamu di sisiku, i love you more Freya,' batin Arvin sambil mengecup rambut gadis itu sekali lagi.
Lima belas menit kemudian kedua remaja itu tiba di apartemen yang mereka tinggali. Arvin melihat gadis disampingnya nampak begitu terlelap, ia tak tega membangunkan gadis tersebut. Pada akhirnya cowok itu memilih menggendong Freya ala bridal style, dia gak peduli tatapan orang-orang yang berada di apartemen itu.
Sesampainya di kamar Freya, Arvin meletakkan tubuh gadis itu dengan pelan. Membuka sepatu gadis itu mengatur suhu AC dan menarik selimut menutupi tubuh gadis itu. Kemudian cowok itu keluar menuju dapur dan kembali membawa susu hangat serta roti yang memang telah distok dan meletakkannya di meja kecil yang terdapat di kamar Freya. Tak lupa ia membelai wajah dan rambut gadis itu lalu mengecupnya lembut dengan durasi yang lama. Setelahnya ia keluar dari kamar itu dan menuju ke apartemen disebelahnya.
***
"Sial, kenapa jadi begini sih. Harusnya si sialan itu sudah hancur. Kenapa semuanya stabil," teriak Ryan frustasi di kamarnya. Ia baru saja mendengar kabar bahwa Arvin telah berhasil mengendalikan semua jobnya dengan baik. Lihat saja kamar cowok itu benar-benar berantakan. Cermin udah retak akibat tinjuan dari sang pemilik, seprei yang berantakan, bantal guling berserakan dilantai. Untung saja kamarnya kedap suara jadi gak akan ada yang dengar suara cowok itu.
"Ini semua pasti gara gara-gara cewek itu. Gak bisa dibiarin, pasti cewek itu yang mohon-mohon kepada klien. Kalo Arvin gak mungkin, gengsinya terlalu tinggi," ucap Ryan lagi geram.
"Gue harus misahin mereka dulu. Tapi gimana caranya ya," pikir Ryan.
"Gue ingat, Laras pasti suka sama Arvin. Gue manfaatin aja dia untuk memisahkan si sialan itu dari Freya," ucap Ryan kembali semangat.
"Pokoknya kali ini harus berhasil, gue gak akan tinggal diam gitu aja," ucap Ryan lagi menampilkan senyum devil nya.