Maura Geraldin, wanita cantik yang berprofesi sebagai Dokter kandungan, akhirnya menerima lamaran dari sang kekasih yang baru di kenalnya selama 6 bulan, yaitu Panji Kristian anak terakhir dari keluarga Abraham yaitu pemilik perusahaan batu bara.
Namun tidak menyangka Panji, Laki-laki yang di cintai Maura ternyata mempunyai wanita lain di belakang Maura, padahal mereka berdua sudah bertunangan, akan kah Maura membatalkan pertunangannya, atau malah mempertahankan hubungan mereka.
Jika kalian penasaran simak terus yukk perjalanan mereka.. jangan kasih kendor.. Dan jangan lupa untuk like nya juga.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 7
"Sayang besuk kita bisa bertemu kan, besuk aku libur, aku ingin menghabiskan waktu bersama mu." Maura yang sedang berbicara lewat telfon.
"Aduh sayang.. besuk aku ngga bisa, besuk aku ada kelas pagi, lain kali saja ya." Panji yang menolak ajakan Maura dengan sangat lembut.
Maura yang mendapat tolakan dari tunangannya pun akhirnya merasa pasrah, akhir-akhir ini Panji selalu sibuk, tapi Maura selalu berfikir positif, maklum saja Panji sudah semester akhir, banyak yang harus ia kerjakan.
"Ya udah sayang aku gak pa-pa, kita bisa bertemu lain waktu saja." ucap Maura dengan lembut walaupun hatinya sedikit kecewa.
Hari sudah semakin malam, Maura dan Panji pun segera mengakhiri telfon mereka, seperti biasa dengan alasan Panji sudah mengantuk, dan Maura mau tidak mau harus menurutinya.
Maura pun sudah meletakkan ponsel di sebelahnya, ia melanjutkan menonton drama Korea kesukaannya, sambil berfikir apa yang akan ia lakukan besuk saat libur bekerja kalau tidak bertemu dengan kekasihnya, tidur di kamar seharian itu membuat Maura bosan dan kesepian, ia paling tidak suka dengan suasana sunyi.
Namun saat Maura sedang fokus menonton film kesukaannya, sambil menangis-menangis karena baper tiba-tiba ponselnya berdering, Maura pun seketika langsung menoleh ke arah ponsel dan di layar ponsel tertera jelas nama Tasya sahabatnya.
"Tasya.. ngapain malam-malam Tasya menelfon ku?." Maura yang sudah meraih ponselnya.
Maura yang awalnya sedang tidur santai kini beranjak untuk duduk. "Hallo Sya?. " Muara yang sudah mengangkat telfon.
"Hallo Ra.. apa kamu besuk bisa kumpul sama temen-temen? kita mau kumpul nih." ucap Tasya di dalam telfon.
Kebetulan sekali besuk Maura libur bekerja dan tidak bisa pergi dengan Panji. "Bisa-bisa.. kebetulan besuk aku libur, tadinya sih aku mau pergi sama Panji, tapi Panji gak bisa katanya ada kelas pagi, ya sudah dari pada aku besuk gabut di rumah mending kita kumpul saja, sudah lama kan kita ngga kumpul bareng." Maura yang begitu bersemangat.
"Wah pas dong, ada yang ingin aku bicarakan sama temen-temen denganmu." ucap Tasya.
"Hah.. bicara apa?arisan?." tanya Tasya. "Bukanya arisan nya masih bulan depan ya?." Maura yang mengingat kalau grup mereka ada acara arisan bersama.
"Tidak.. bukan itu, besuk kamu juga tahu sendiri, besuk langsung datang ke cafe Laccy ya, kita kumpul di sana saja sambil makan-makan."
"Baiklah.. jam berapa?." tanya Maura.
"Nanti di grup aku ser jam berapa, tungguin aja." jawab Tasya.
"Oke sya..". Maura yang sudah mematikan sambungan telfon.
Di tempat lain.
Tasya, Mala, dan Agnes sedang berkumpul di rumah Tasya, mereka sengaja membuat agenda kumpul bersama besuk untuk memberi tahu bahwa tunangan Maura itu berselingkuh.
"Bagaimana, apa Maura mau?." tanya Mala yang melihat Tasya baru selesai berbicara dengan Maura di telfon.
"Bisa.. besuk Maura libur kerja, katanya mau pergi dengan Panji, tapi tidak jadi, untung aja tidak jadi." jawab Tasya.
"Duh.. kok aku jadi yang deg-degan ya, ngga sanggup mau bilang sama Maura." Sahut Agnes sambil menggigit ibu jarinya.
"Sama.. aku juga takut, gak bisa bayangin sih ekspresi Maura seperti apa, jadi ngga tega." Mala yang juga merasa galau.
"Udah gak pa-pa gais.. ini juga untuk kebaikan Maura, sebelum Maura melangkah jauh bersama Panji, kalau masih jadi tunangan kan masih mending, coba kalau udah nikah kan kasihan, apa lagi Maura masih muda, ya kali udah mau jadi Janda, aduh gak banget deh, amit-amit." Tanya yang memeluk dua sahabatnya.
"Iya bener.. yang penting Maura tahu dulu, kalau Panji itu tidak baik."
Mereka ber tiga pun memutuskan untuk segera tidur, karena besuk harus bagun pagi, namun saat mereka sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang tempat tidur mereka malah tidak bisa tidur, mereka ber tiga sama-sama menatap langit-langit kamar.
"Menurut kalian, apa besuk Panji benar-benar ada kelas pagi, atau malah bertemu dengan mamanya Maura gais?." ucap Agnes yang sedang tidur di tengah-tengah Mala dan Tasya.
Mala dan Tasya yang mendengar ucapan Agnes seketika menoleh bersamaan ke arah Agnes. "Kok pikiran kita sama sih." ucap Mala dan Tasya bersamaan.
Agnes yang mengetahui dua sahabatnya sama sepemikiran dengannya seketika juga heran, ternyata bukan hanya dirinya saja, Mala dan Tasya juga mempunyai pikiran yang sama.
"Kalau menurut kalian, tante Geraldine dan Panji udah ngapain aja ya?." tanya Tasnya yang mulai berpikiran aneh-aneh.
"Ihh.. kamu ngapain sih Sya, sampai berpikiran sampai sana, jorok tauk." Mala yang sedikit memukul kepala Tasya.
"Ya secara kamu tahu sendiri dong tante Geraldine itu bukan anak gadis lagi, alias udah tante-tante, pengalaman dia sudah banyak beda dengan kita-kita.. ya masak sih mereka cuma pergi nongkrong atau belanja bareng aja, apa kamu lupa dengan ucapan Agnes kemarin, Agnes melihat tante Geraldine dan Panji keluar dari kamar hotel bersama, bagaimana aku bisa berfikir jernih seperti itu." ucap Tasya.
"Ya mungkin mereka hanya..." sebelum Mala melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Tasnya kembali menyahut nya.
"Hanya apa, hanya kasih hay sambil melambaikan tangan gitu, atau cuman cipika-cipiki aja gitu di dalam hotel, ya ngga mungkin lah La.. itu hotel bukan tempat terbuka, apa lagi dua insan yang berbeda jenis, ngapain lagi laki-laki dan perempuan di dalam hotel bersama, di pikir aja deh, masa harus gue jabarin sih." Tasya yang begitu kesal karena Mala.
"Ya bener sih.. tapi kita ngga boleh prasangka buruk dulu, itu tidak baik, tapi kalau di pikir secara logika memang aneh jika mereka berdua belum ngapa-ngapain." ucap Mala.
Saat Mala dan Tasya sedang berdebat membahas nyonya Geraldine dan Panji, justru Agnes sudah tidur lebih dulu, ia sudah terlihat pulas.
Tasya yang dari tadi tidak mendengar suara Agnes pun segera menoleh ke arah Agnes yang tidur di sampingnya. "Yey.. nih anak udah molor aja, kita aja gak bisa tidur, dia malah udah ngorok, dasar kebo."
"Maklum aja dia baru pulang kerja langsung ke sini, mungkin dia capek, ya udah yuk, kita juga ikut tidur, aku juga sudah ngantuk, jangan memikirkan hal-hal yang tidak baik, nanti malah ke bawa mimpi lagi."
"Dihh ogah gua mimpiin Panji yang sok ganteng itu, mending mimpiin pacar gua sih Kenan." Tasnya yang meringkukkan tubuhnya menghadap ke arah lain, sambil menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang merasa dingin.
Mala yang mendengar ucapan Tasya seketika hanya tersenyum, Tanya pun juga meringkukkan tubuhnya menghadap ke arah tembok lalu memejamkan matanya.
.
.
.
Yuk yang belum like, like dulu ya kaka-kaka..
Happy Reading..