Adeline terpaksa harus menikah dengan pria yang tidak dia cintai yaitu anak dari sahabat Papah nya yang ternyata adalah kekasih Kakak perempuan nya.
Adeline adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Dia memiliki kakak perempuan. Adeline yang kerap di panggil Adel masih duduk di kelas 2 SMA, namun dia harus menikah karena permintaan orang tua nya.
Dia tidak bisa menolak permintaan orang tua nya, ada banyak alasan yang membuat dia tidak bisa menolak perjodohan itu.
Apakah Adeline bahagia dengan suami nya? atau justru sebaliknya? Kalau penasaran langsung klik dan baca kelanjutan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syakira edianwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
Bu Yani histeris. Alan dan pak Daniel datang. Mereka langsung membantu Adel.
"apa yang terjadi mah?" tanya Alan.
"Adel pingsan, dia kurang enak badan, darah keluar dari hidung nya." ucap Bu Yani.
Alan terlihat sangat Cuek, namun orang tua nya memaksa membawa ke sofa agar bisa meluruskan badan. Segera di panggil dokter. Alan terlihat biasa saja namun kedua orang tua nya sangat khawatir.
Setelah di periksa oleh dokter ternyata Adel kecapean, dia juga demam karena tidak makan.
"Humm bagaimana bisa kamu seperti ini Adel?" ucap Bu Yani sangat khawatir sekali.
"Alan mana Pah? Kenapa dia tidak mencoba membantu mamah merawat Adel?" ucap Bu Yani kepada Pak Danial.
"Tadi Ijin Keluar sebentar Mah." ucap pak Daniel.
"Ya ampun itu anak benar-benar kelewatan sekali! Bagaimana bisa calon nya sakit dia Malah pergi." ucap Bu Yani.
"Sudah lah mah, kelihatan nya sangat penting." ucap pak Daniel. Setelah beberapa lama akhirnya Adel Sadar.
"Adel akhirnya kamu sadar nak, ayo minum dulu." ucap Bu Yani.
Adel melihat ke sekeliling. "Kamu tadi pingsan baru saja datang, kalau kamu kurang enak badan kenapa tidak bilang dari awal? Tante pasti paham kok." ucap Bu Yani.
"Kelihatan nya juga kamu sangat kelelahan, lain kali jangan di paksain yah nak. Seperti ini Tante yang khawatir." ucap Bu Yani.
Adel melihat wajah kekhawatiran Bu Yani membuat nya terharu. Ternyata ada orang yang masih mengkhawatirkan dia.
"Terimakasih banyak yah Tante sudah merawat saya, maaf juga sudah merepotkan Tante." Adel. Bu Yani mengelus rambut Adel.
"Enggak kok, justru Tante senang karena bisa merawat kamu waktu sedang sakit." ucap Bu Yani..Adel tersenyum.
Adel melihat ke sekeliling. "Kamu cari Siapa?" tanya Bu Yani.
"Kak Alan mana Tante?" tanya Adel.
"Dia ada urusan di luar." jawab Bu Yani.
"Oohh begitu yah." ucap Adel.
"Nanti pasti pulang kok, bentar lagi mungkin." ucap Bu Yani.
"Tante..." Adel memegang tangan bu Yani. "Ada apa ?" tanya Bu Yani.
"Jangan sampai Bunda dan Ayah tau kalau aku sakit sampai di sini yah." ucap Adel. "Loh kenapa seperti itu?" tanya Bu Yani.
"Saya tidak ingin mereka mengkhawatirkan saya." ucap Adel. "Maafin Tante, tapi Tante sudah mengabari mereka. Tapi tenang saja mereka tidak mengatakan apapun kebetulan mereka lagi di luar jadi tidak akan bisa ke sini." ucap Bu Yani.
Adel menghela nafas panjang. "Ya Allah.. Kalau seperti ini aku yang malu. Aku tidak ingin keluarga Bu Yani tau bagaimana kehidupan ku dan hubungan ku dengan keluarga ku." ucap Adel dalam hati.
"Ya udah kalau begitu kamu istirahat ke kamar saja yah, pokoknya sebelum kamu baikan, kamu tidak boleh pulang dulu." ucap Bu Yani.
Adel tidak ingin banyak membantah karena badan nya masih sangat lemas sekali. Adel di biar kan istirahat di kamar.
"Mamah, papah..." Alan baru saja pulang.
"Alan akhirnya kamu pulang juga nak." ucap Bu Yani. Alan tidak melihat Adel.
"Adel lagi istirahat di kamar kamu, dia masih sangat lemas. Bahkan tidak mau makan sama sekali." ucap Bu Yani.
"Di kamar ku?" tanya Alan. Mamah nya menganguk.
"Tidak apa-apa sesekali nak, Lagian kamu dengan Adel sudah mau menikah kan?" ucap Bu Yani.
"Mah.. Mamah tau sendiri aku tidak suka kamar ku di masuki oleh orang lain." ucap Alan marah.
"Adel bukan orang lain, dia adalah calon istri kamu, nanti dia jadi nyonya di kamar kamu!" ucap Bu Yani.
Alan malas berdebat dia langsung pergi naik ke atas. Dia masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu.
"Kamu kenapa tidur di kamar saya? keluar kamu!" ucap Alan masuk ke kamar. Dan ternyata Adel sedang mimisan dan sedang mencoba menahan nya.
"Apa yang terjadi?" tanya Alan langsung mengambil tisu banyak menghapus darah yang tidak berhenti mengalir. Alan panik, namun dia berusaha untuk memangku kepala Adel agar lebih tinggi dan tidak keluar.
Setelah beberapa lama akhirnya berhenti juga. Alan melihat darah yang begitu banyak keluar.
"Ada apa nak?" tanya Bu Yani masuk ke kamar, namun melihat Adel lemas dan Alan memangku kepala Adel.
"Adel mimisan lagi mah." ucap Alan. Bu Yani Memeriksa Suhu badan Adel. "Masih demam, bagaimana ini?" tanya Bu Yani.
"aku tidak apa-apa Tante, aku hanya butuh istirahat saja." ucap Adel.
"Sudah biar saja istirahat mah." ucap Alan.
"Ya udah kalau begitu, mamah Titip yah nak, Mamah masak bubur dulu." ucap Bu Yani.
Alan menganguk.
Tidak terasa sudah malam. Adel sudah mulai baik, dia baru saja selesai minum obat.
"Loh kamu mau kemana?" tanya Alan terbangun karena merasakan Adel turun dari tempat tidur.
Dia duduk sambil tidur di sofa. Walaupun seperti itu tetap saja dia sadar kalau Adel bangun.
"Ini sudah malam kak, aku harus pulang, besok aku harus sekolah." ucap Adel.
Alan menghela nafas panjang. "Kamu belum sembuh total, kena angin malam akan membuat semakin parah." ucap Alan.
"Tapi kak."
"Kamu tidur di sini saja malam ini, satu Minggu kedepannya kamu libur karena sudah ijin sampai pernikahan selesai." ucap Alan.
"Satu Minggu?" ucap Adel. Alan menganguk.
"Jangan banyak Membantah! Kamu jangan keras kepala karena kalau seperti ini semua orang akan kesusahan. Orang tua saya tidak bisa istirahat karena mengurus kamu seharian." ucap Alan.
Adel langsung terdiam. "Nih makan malam di antar oleh Mamah, kamu Makan lah." ucap Alan.. Adel mengambil dan langsung memakan nya sampai habis, walaupun sangat enek, dia tetap harus menghabiskan demi menghargai orang tua Alan yang sudah sangat baik kepada nya.
Tiba di hari pernikahan Mereka..
"Kamu tidak boleh membuat bunda dan Ayah malu! Hapus air mata kamu!" ucap Bunda nya kepada Adel yang tidak berhenti menangis ketika di makeup in.
"Ya Allah kalau ini benar-benar jalan yang engkau tetap kan untuk ku, aku sangat pasrah." ucap Adel sudah pasrah dan menghapus air mata nya.
Makeup pun di mulai. Sementara di tempat lain Alan Sibuk menelpon nomor mutiara namun tidak kunjung di angkat.
"Mutiara... Kenapa kamu tidak mengingat aku lagi? Kenapa kamu sangat tega melakukan ini kepada ku Mutiara.." ucap Alan.
"Alan..." Bu Yani mengetuk pintu kamar nya. "Iyah mah." jawab Alan.
"Kamu sudah siap belum? kalau sudah ayo turun." ucap mamah nya. Alan membuka pintu.
"Udah kok mah." jawab Alan.
Bu Yani melihat penampilan Alan.
"Ya ampun anak mamah tampan dan gagah sekali." ucap Bu Yani sambil merapikan dasi Alan.
yg sabr ya kak othor....
sprtiny penulis hnya asl buat novel aj
novel yg buat bngung, emosi dan muak bacany
peran utama ny adel dbuat trlalu bodoh dan mudah ditindas jdi yg membaca pun jadi muak.
perbanyak lgi beljar buat novelny yh Thor jujur saya yg baca jdi emosi dan bukannya mnghibur nih novel kesannya jdi kyk film indosiar istri yg tertindas dan anak yg terzolimi