Baca Aku bukan/hanya bayangan biar faham alurnya...
.
.
Melarikan diri demi melupakan masa lalu, tersakiti dan terhianati, oleh kekasih dan sahabatnya sendiri..
"Aku benci penghianat, dan aku benci kalian..aku membencimu!"
Kanaya Prameswari Sadewo.
Kesalahannya adalah membuat semuanya abu-abu tanpa penjelasan, membiarkan cintanya pergi tanpa tau yang sebenarnya.
"Aku akan mendapatkanmu kembali..dan mengantikan bencimu kembali menjadi cinta dan ya, kita tak pernah putus maka kamu masih kekasihku!"
Bagaskara Nandowijaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenapa...?
"Aku benci penghianat, aku benci kalian, dan Ya,.. Aku membencimu.."
"Aku tau" ucap Bagas dengan raut tenang.
"Sekarang lepaskan aku!"
"Tidak sebelum kamu mendengarkan ku" Kanaya menggeleng.
"Dengar Naya.."
Kanaya malah meracau dan berteriak "AKU TIDAK DENGAR.. AKU TIDAK DENGAR.. AKU TIDAK DENGAR.." Kanaya terus berteriak, Bagas menghela nafasnya ini tidak mudah,dan sepertinya ini bukan saatnya ia harus menunggu sampai Kanaya mau membuka hatinya.
Kanaya masih berteriak hingga Bagas membungkam mulut gadis itu dengan sebuah ciuman, Kanaya membelalak saat bibirnya disapu oleh bibir Bagas sedikit kasar "Kamu sangat berisik!" Nafas Bagas memburu seperti manahan sesuatu.
Bagas mengusap bibir Kanaya yang basah karna sali vanya "Rasanya masih sama, seperti dulu.. manis dan menggairahkan"
"Baji ngan, dasar breng sek, sialan lepaskan aku!!" Kanaya terus mengumpat. "Aku bunuh kau, aku membencimu" Kanaya terus menggeliat dan mencoba membuka ikatannya, Air mata Kanaya luruh, ia merasa terhina sekarang,jika dulu Kanaya menyukai ciuman Bagas yang lembut dan selalu mendominasi,namun Bagas selalu manahan gairahnya karna ia mencintai Kanaya dan Kanaya yang selalu bersi keras tak akan ada se x sebelum menikah, dan Bagas mengerti itu, bahkan ia mengatakan bangga pada Kanaya, namun kini Kanaya tau, Bagas memang bisa menahan gairahnya saat bersama Kanaya, namun malah melampiaskan pada Anina.
Kanaya bahkan jijik membayangakan itu "Aku tau, kamu membenciku sekarang, tapi dengar..!" Bagas mendekatkan bibirnya di telinga Kanaya "Aku akan mendapatkan mu kembali dan menjadikan bencimu kembali menjadi cinta dan ya, kita tak pernah putus maka kamu masih kekasihku"
.
.
Bagas mengantar Kanaya pulang, dengan mobilnya, suasana nya masih hening, Bagas masih mengemudi meski fokusnya kini terpecah karna Kanaya berada di sisinya meski tetap diam, Kanaya memalingkan wajahnya dan menatap jendela, ia tak bisa melawan saat Bagas memberi pilihan akan mengantarnya pulang atau Kanaya memilih terus terikat sampai pagi.
Bagas menghentikan mobilnya di depan rumah besar keluarga Sadewo, saat Kanaya akan keluar Bagas meraih tangan Kanaya dan melihat pergelangan tangan Kanaya yang masih memerah akibat tali yang mengikat tangannya. Bagas mengoleskan salep ke tangan Kanaya, tak ada perlawanan dari Kanaya, ia sudah lelah ingin segera berbaring dan menyembunyikan dirinya di balik selimut.
"Maaf.." lirih Bagas sambil mengusap tangan Kanaya.
Kanaya tak menghiraukan dan segera turun dari mobil Bagas, dan masuk ke dalam gerbang rumahnya.
Kanaya berjalan gontai memasuki pekarangan rumahnya,namun sebelum masuk ia menormalkan rautnya agar sang mommy tak Khawatir, "Sayang kamu baru pulang kemana saja, mom Khawatir"
"Aku dari rumah temen dulu mom,ngobrol ngobrol terus gak kerasa ketiduran..maaf"
"Siapa?" tanya Adam "Temen yang mana?"
"Itu.. Mima temen baru aku di Cafe, aku tadi anter dia pulang ke kosan, trus dia ngajak mampir Dad" Kanaya mencoba menghindari tatapan Adam dan mengambil air minum di meja lalu meneguknya "Mom, dad aku ke kamar dulu ya mau mandi gerah" Kanaya berjalan menaiki tangga untuk memasuki kamarnya.
Sedangkan Adam menghembuskan nafasnya,Adam tadi mendapat laporan jika anak buahnya kehilangan jejak Kanaya yang pulang bersama teman perempuannya dari cafe, mungkin Kanaya berkata jujur, tapi Adam merasa ada yang anaknya sembunyikan.
"Sudah sayang istirahat lah" Alyla sejak tadi gelisah karna Kanaya belum pulang sedangkan dari laporan bodyguard Adam cafe sudah tutup dua jam lalu, Adam bahkan menghubungi terus ponsel Kanaya namun tak tersambung.
"Iya mas".
Kanaya merebahkan tubuh lelahnya diatas ranjang lalu mengangkat tangannya yang tadi sudah di beri salep oleh Bagas, kenapa harus bertemu lagi secepat ini bahkan Kanaya kira ia sudah siap mengahadapi masa lalunya tapi nyatanya tak semudah itu, saat bertemu lagi dengan Bagas kenapa rasanya hatinya masih merasakan sakit.
Tangannya menyentuh bibirnya yang mendapat serangan dari Bagas tadi, bahkan Kanaya merasa ucapan Bagas masih terngiang di telingannya 'Rasanya masih sama manis dan menggairahkan' ,Kanaya melihat tatapan Bagas yang penuh rasa cinta dan penyesalan, lalu kenapa?
Apa yang terjadi dengan Bagas? lalu dimana Anina, saat ia berada di rumah Bagas tadi ia sama sekali tak menemukan Anina,atau bahkan anak mereka.bukankah saat menikah dulu Anina tengah mengandung,apa mereka sudah bercerai? atau memang Bagas dan Anina.. Kanaya menggeleng mengenyahkan segala pemikirannya tentang Bagas dan Anina, itu bukan urusannya, peduli s***n.
Kanaya lalu bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
.
.
Bagas menggeram saat ponselnya bergetar dan menampilkan nama Anina dilayar "Mau apa lagi" tanpa basa basi Bagas langsung mencerca Anina.
"Aku sedang dirumah sakit mas, bisakah kemari temani aku, Queen sedang di rawat, demamnya tak turun sejak kemarin"
Bagas tak lagi mengeluarkan suara nya dan mematikan ponselnya "Akhhh menyebalkan!!" teriaknya, kapan ia terbebas lingkaran ini, Bagas sudah tak bisa bersabar lebih lama lagi, ia ingin mendapatkan kebahagiaannya sendiri, tentunya hanya Kanaya lah kebahagiaan nya.
Bagas memasuki ruang rawat VIP yang sedang di tempati anaknya,Bagas meringis dalam hati menertawakan dirinya , Anak? Ayah mana yang selalu mengabaikan anaknya, bahkan nyaris tak pernah bertemu.
"Papa.." Queen mengulurkan tangannya kearah Bagas bocah yang baru berumur 2 tahun enam bulan itu ingin sekali di gendong oleh Bagas, namun Bagas masih acuh dan menatap anak itu datar, Queen tak mengerti namun ketika tangannya tak bersambut, gadis kecil itu tampak akan menangis.
"Mas..aku mohon" Anina berharap Bagas menggendong Queen untuk kali ini saja.
Bagas mengangkat alisnya lalu dengan terpaksa menggendong bocah itu,Queen benar benar bahagia terlihat dari senyumnya yang mengembang.
Tak berapa lama Queen sudah tertidur lelap,Bagas meletakkan tubuh mungil itu lagi ke ranjang.
Bagas akan keluar namun tangannya tertahan oleh sentuhan Anina "Mas bisakah menginap disini?" lirihnya.
"Jangan berharap lebih Anina, kau tau aku tak akan melakukan itu" Bagas menepis tangan Anina.
"Kamu tega sekali mas Queen itu.."
"Berhenti mengatakan itu Anina, kau fikir siapa yang lebih tega disini,hentikan egomu , lihatlah kau tidak kasihan pada anak itu dan terus menerus meracuninya dengan kebohongan" Bagas menatap tajam Anina
"Aku sudah lelah menunggu Anina,ku beri waktu satu bulan, jika tidak, aku yang akan menyeretnya kemari!" Bagas pergi meninggalkan Anina yang meluruh di lantai.
"Kenapa jadi begini, kenapa kamu tak pernah mau membuka hatimu mas,bahkan ketika Kanaya sudah pergi.." Anina meredam tangisannya dengan kedua tangannya takut anaknya terbangun, sejak tadi Queen terus menangis dan memanggil papanya.
Anina mengelus rambut tipis anaknya "Maafin mama nak,, maaf.. tak bisa membuat papamu berada disini"
__________
Nah loh kenapa tuh? 🤔
Like..
komen..
vote..
🙏🙏🙏