Imelda : "Aku wanita kotor, aku tidak tau apa itu bahagia. sejak kecil aku sudah kehilangan ayahku dan ibuku menikah lagi. Di umurku yang baru menginjak remaja 13 tahun aku di perkosa oleh ayah tiriku tetapi bahkan ibuku tidak membelaku, dia malah lebih percaya pada suaminya yang menuduhku menggodanya"
Stefano Aelisius Hastanta : Anak ke 3 dari keluarga Hastanta yang kaya raya tetapi dia rela menjadi seorang menajer cafe demi dekat dengan wanita yang dia cintai, Imelda. Dia tidak peduli masalalu gadis itu karena dia mencintainya, dengan berbekal motor biasa dan tinggal di rumah kontrakan kecil dia berusaha mendekati Imelda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CibulXie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Fano dan Bian sudah ada di dalam mobil menuju kembali kerumah, Bian memberikan map berisi informasi lengkap yang baru dia dapatkan dari Cintya dan juga pembantu rumah Cintya agar mendapatkan informasi valid. Fano membaca semua informasi itu dan dia benar-benar marah.
"Bagaimana gadis sekecil itu melewati semua ini Bian?" Tanya Fano tak percaya apa yang telah dilewati Imelda. Bian juga membisu, tak sanggup membayangkan jika jadi Imelda apakah dia sanggup bertahan hidup?
"Mami... " Panggil Fano dan Lusia yang ada dikamar sedang rebahan pun kaget melihta Fano anak kesayangannya telah pulang.
"Kenapa sudah pulang?" Tanyanya dan Fano malah naik ke atas kasur dan merebahkan kepalanya di pundak Lusia dan memeluknya.
"Mami, kenapa gadis kecilku bisa hidup begitu menderita? Aku bahan tak sanggup membanyangkan jika Tatiana atau mami yang hidup seperti itu." Ucap Fano dengan suara bergetar, Lusia tak pernah melihat anaknya ini begitu rapuh.
"Hei anak nakal, itu tempatku menyingkirlah." Usir Ken cemburu begitu masuk ke dalam kamarnya. Lusia menyuruhnya diam dan jangan mengganggu.
"Ini apa?" Tanya Lusia mengambil map yang dipegang Fano sejak tadi. Dia membuka dan membacanya, "Astaga!" Lusia memekik dan Ken yang penasaran juga ikut membacanya dari sisi Lusia yang satunya.
"Jadi ini yang membuatmu rapuh begini?" Tanya Lusia tapi Fano diam dan hanya mengangguk.
"Kasihan dia, bagaimana anak 13 tahun melewati ini? Dan ibu macam apa yang tega? Aku pasti membunuh suamiku jika ini terjadi pada Tatiana." Ucap Lusia geram, dia menangis menemani Fano yang masih memeluknya.
"Peri kecil, jangan nangis yah.. kamu dulu juga menderita dengan keluargamu." Ucap Ken kini mengusap airmata Lusia di pipinya.
"Mami juga menderita?" Tanya Fano yang sudah duduk sejajar dengan Ken dan Lusia masih berselonjor santai menyenderkan punggungnya di dipan tempat tidur.
"Iya, peri kecilku ini juga kerja keras membayar hutang dan kehidupan keluarga palsunya, bahkan sempet hampir dijual menjadi istri ke 4 atau 5 saat itu ke pria tua, lalu papi datang menyelamatkan." Jelas Ken.
"Iya dan mami di jebak untuk nikah dengan papimu ini, tanda tangan surat pembatalan nikah tapi malah tanda tangan surat nikah dengannya." Cibir Lusia dan Ken hanya terkekeh senang.
"Wah, papi curang kalau gitu.. gak ada usahanya mengambil hati mami." Timpal Fano memicingkan matanya meremehkan Ken.
"Hei, peri kecilku ini memang sudah cinta sama papi, cuma dia gak mau ngaku aja." Bantah Ken dan akhirnya mereka bisa tertawa lagi bersama.
"Lalu apa yang akan anak kesayangan mami ini lakukan? Kau mau tinggalkan gadis malang ini atau berjuang?" Tanya Lusia dan Fano tampak ragu menjawabnya.
"Kenapa kau ragu? Kalo sama hal bisnis aja cepet." Ejek Ken melihat keraguan itu.
"Kalau kamu ragu jangan diteruskan, hanya akan menambah luka gadis malang ini nak.. tapi kalau kamu benar cinta sama dia, perjuangkan dan iklaskan masa lalunya."
Lusia menatap mata anak ketiganya, mata itu yang biasa begitu dingin pada orang lain dan hangat pada keluarganya, sekarang terlihat sendu dan ada keraguan disana.
Fano kembali mengambil map itu dan membacanya berulang-ulang dan menatap foto Imel dan membayangkan wajah Imel tadi pagi, tak ada sedikitpun wajah bahagia disana.
"Fano akan perjuangkan dia mami, Fano akan membuat wajah sedihnya menjadi ceria. Dia tidak pernah tersenyum lebar dan tulus, belum pernah ada yang melihatnya." Lirih Fano lalu memeluk Lusia, maminya mengelus punggung anaknya dan Ken menepuk pundaknya.
"Papi bangga padamu nak, kau harus bahagiakan dan perjuangkan gadis yang kamu cintai dengan cara apapun." Timpal Ken, ya seperti dirinya menggunakan cara licik untuk menikahi Lusia.
"Tapi jangan pakai cara papimu ya yang nyosor terus, kondisi mental Imel dan mami berbeda jadi pelan-pelan membuat dia yang membuka dirinya padamu." Pesan Lusia karena dia mengerti kondisi Imel pasti sangat rapuh dan ketakutan, apalagi pada pria.
"Pertama, Fano akan cari tau dulu siapa mereka yang membuatnya menderita lalu kembali ke singapura, Fano akan secepatnya kembali." Ujar Fano dan Lusia mengelus wajah Fano yang paling tampan diantara 3 anak lelakinya.
"Tapi kenapa cuma Fano yang tidak mirip dengan kita ya? Lihat Damian dan Morgan mirip denganku, bahkan Tatiana. Kamu ini anak siapa sih? Kelakuan juga gak mirip papi." Tanya Ken yang langsung mendapat cubitan dari Lusia.
"Kalau bukan anakmu anak siapa? Kan kakak yang nyosor terus jadinya 1 tahun aku lahirkan 1 anak." Kesal Lusia membuat Fano tertawa ngakak melihat Ken di hajar habis-habisan.
"Aw awh aduh peri kecil, sakit." Ken mangaduh kesakitan tetapi masih sempat nyosor mengecup bibir Lusia.
"Kata kakek Fano tuh mirip ayahku lah, kan kakak lihat sendiri foto orangtuaku, ayah sangat tampan bahkan lebih tampan dari kakak, makanya Fano juga sangat tampan." Lusia mengelus wajah Fano yang menjadi anak kesayangannya. Sosok ayah yang dia rindukan melekat penuh pada Fano.
"Denger pi.. Fano lebih tampan dari papi." Goda Fano membuat Ken cemberut tapi tetap suka nyosor mencuri ciuman dari istrinya.
Fano dan semua saudaranya sudah biasa dengan pemandangan itu makanya kelakuan Morgan benar-benar sangat mirip dengan Ken.
\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~
"Ah.. aku lega masih bisa kuliah tanpa bayar. Jadi sekarang harus semangat dan cari kost-an yang murah dan aman." Ucap Imel yang sedang jalan kaki sejak dari kampusnya menuju salah satu rumah kost yang telah dia hubungi.
Setelah sampai dan melihat-lihat, ternyata ini kost campur dan banyak warung tempat nongkrong anak muda pengangguran dan dia sangat takut.
"Cari yang lain saja ah.. disini terlalu ramai." Imel masih berjalan menuju kost-an lain dan akhirnya setelah mendatangi rumah kost ke 5 dia menemukan yang pas.
Tidak terlalu masuk ke dalam gang, ada mini market di persimpangan, ramai keluarga yang ada ibu-ibu dan anak kecil, kost khusus wanita dan aman karena ada pintu gerbangnya yang tertutup rapat dan penghuni tidak bebas membawa tamu, jenis kost yang sangat ketat dan Imel suka.
Setelah membayar 1 bulan diawal, Imel kembali ke hotel untuk mengambil kopernya dan kali ini dia menggunakan ojek untuk mencapai hotel dan dari hotel dia terpaksa menggunakan taxi.
"Ahh akhirnya rebahan juga..." Ucap Imel setelah dia masuk kedalam kamar yang luasnya hanya 2,5x3 meter karena terpotong untuk kamar mandi mungil yang berada didalam. Ini cukup untuk Imel sendirian dan paling penting ada jendelanya.
Kost dengan fasilitas kasur bawah, kebetulan Imel mendapat kasur bagian bawah, jendela besar seukuran kamarnya, kamar mandi dalam, lemari 1 pintu. tidak ada meja ataupun ambalan untuk meletakkan apapun, ya karena harganya murah juga.
Terjadi kegaduhan setelah 1 minggu Imel tinggal di kost itu, dia juga hampir dilecehkan oleh suami dari ibu kost yang memang masih berumur 30tahunan. Lagi-lagi dia yang disalahkan.
"Kamu perempuan murahan yang menggoda suami saya!" Hardik ibu kost muda itu, Imel sudah menjelaskan tetapi dia masih saja membela suaminya.
"Saya tidak melakukan apapaun mba, saya hanya menjemur disana seperti biasa dan bapak yang datang lalu meluk saya." Jelas Imel tapi ibu kost tetap tidak percaya melihat kecantikan Imel saja membuatnya gerah, menyesal dia membiarkan perempuan ini kost ditempatnya.
"Hallaaahh jangan alasan, karna kamu cantik jadi dikira semua lelaki yang duluan menggoda? Dengan wajahmu aja sudah bisa menggoda lawan jenis, kamu pergi dari sini sekarang juga." Usir nya lalu melemparkan beberapa lembar uang untuk mengembalikan sisa biaya kost Imel. Semua orang disana sudah ramai dan berbisik-bisik dan menatap Imel dengan jijik.
"Apa salahku kalau cantik? Aku juga gak mau..." Lirihnya sambil berjalan kembali setelah memungut uangnya. Untung saja Imel tidak membongkar semua kopernya dan kali ini dia harus mencari kost-an lain lagi, padahal hari sudah sore.
Imel menggeret 2 kopernya dan pot bunga, memakai ransel dan tak lupa maskernya. Dengan celana panjang dan sepatu satu-satunya dia berjalan mencari tempat aman dulu untuk membuka aplikasi lagi.
Imel memilih duduk di salah satu mini market dan membuka hpnya dari sana untuk mencari kost-an murah dan dekat kampus tapi sangat sulit jika mencari dalam waktu mendadak seperti ini. Baru 5 menit dia duduk sudah ada beberapa pria menghampirinya dan mengajak kenalan, Imel diam dan ingin pergi tapi salah satu pria malah memegang tangannya dan mengambil salah satu kopernya.
"Fano.. itu sepertinya gadismu deh, sedang diganggu tuh.." Ucap Bian dan Fano langsung menoleh dan benar saja itu Imel sedang berusaha melepaskan diri dari 3 pria yang sedang mengganggunya.
"Bian, singkirkan mereka." Titah Fano dan dia memakai masker hitamnya lagi. Bian keluar dan menghajar ke 3 pria itu dan Imel makin ketakutan.
"Nona, jangan takut. Tuan saya tadi melihat anda di ganggu dan menyuruh saya datang menolong." Jelas Bian sambil menunjuk ke arah mobil hitam yang terparkir di pinggir jalan. Fano memang menyuruh Bian untuk membelikannya minuman dingin karena dia merasa sangat haus.
"Terima kasih Tuan.." Kata Imel lalu ingin pergi dari sana.
"Nona mau kemana, biar kami antar." Tawar Bian tetapi Imel tidak mau dan memilih berjalan pergi.
"Tapi kalau ada yang mengganggu anda lagi tidak ada yang menolong, apalagi ini sudah gelap." Sambung Bian membuat Imel berhenti dan benar ini sudah gelap.
"Baiklah, bisa antarkan ke salah satu hotel saja. Yang murah, hotel kecil." Kata Imel dan Bian mengangguk dan mempersilakan Imel untuk masuk ke mobil.
"Tidak apa-apa nona, Tuan saya orang baik dan memang sedikit pendiam." Ujar Bian melihat Imel ragu untuk naik ke mobil. Bian dibantu supir menaikkan 2 koper dan 1 ransel Imel ke bagasi dan pot bunga masih di pegang olehnya.
"Terima kasih Tuan sudah mau membantu saya." Ucap Imel sambil menunduk sedikit, posisi duduknya juga menempel ke pintu dan tidak berani mendekat pada Fano yang masih diam dan hanya sesekali melirik Imel.
"Nona, tidak ada hotel kecil disini.." Kata Bian dan Imel mendesah pelan. "Tapi kita cari lagi ya, nona sabar dulu.." Sambungnya lagi.
Setelah jalan lagi 15 menit, terlihat Imel ketiduran dan kepalanya menunduk menganyun ke kanan dan kekiri, Fano tersenyum melihatnya lalu mengambil pot di pangkuan Imel dan memberikannya pada Bian. Lalu kepala Imel di sandarkan di bahunya.
Mereka sama-sama menggunakan masker tapi Fano tau kalau Imel sangat lelah, dia menyingkirkan rambut di sekitar wajah Imel lalu melepaskan maskernya agar gadis itu bisa tidur dengan nyaman.
"Bian, kita ke hotel biasa saja." Ucap Fano singkat dan Bian mengerti, supir pun mengarahkan mobil ke hotel milik Arche.
Fano menggendong Imel dan semua mata memandangnya heran, seorang Stefano yang tak punya hati dan berwajah tampan namun sedingin kutub itu menggendong seorang wanita, sungguh berita mencengangkan.
Koper imel sudah di bawa oleh bellboy dan pot bunga masih ditangan Bian, begtitu masuk, Fano merebahkan Imel dengan hati-hati ke atas ranjang mewah dan membiarkannya istirahat. Pot bunga juga diletakkan Bian di atas meja dekat jendela.
"Kamu buka kamar sebelah untukku dan pergilah, besok pagi setelah Imel bangun dan mendapatkan tempat aman baru kita berangkat." Titah Fano dan Bian segera keluar dari kamar khusus Fano itu.
Fano perlahan menaiki ranjang dan tidur disebelah Imel tapi tiba-tiba terdengar isakan tangis Imel, dia tidur tetapi menangis, Fano yang tidak tega lalu memeluknya dan Imel membalas pelukannya.
"Ayaahh.. jangan pergi ayah.. Imel takut, mereka semua jahat.. ayah..." Lirih Imel dalam tangisnya, membuat Fano makin mengeratkan pelukannya dan menepuk pelan punggung Imel.
"Iya tidak pergi aku disini.. tenang ya..." Ucap Fano menenangkan Imel dan itu berhasil, Imel kembali tidur dengan lelap. Setelah sejam lebih dan melihat Imel sangat lelap, Fano perlahan melepaskan pelukannya dan bangun agar Imel tidak kaget saat melihatnya.
"Ini tanaman apaan? Kenapa dia sangat menjaganya?" Tanya Fano dalam hati, dia mengamati, itu hanya tangkai dan 3 buah daun tanpa apapun, tingginya juga cuma sekitar 10cm, Fano menyentuh daun kecil itu dan menggoyangkannya sejenak, lalu meninggalkan sebuah catatan di samping pot itu. Setelah Fano membalikan badan untuk keluar tanaman itu tumbuh menjadi lebih tinggi dan daunnya muncul 2 buah lagi, ajaib.
Sudah jam 11 malam dan Morgan lagi-lagi membuat kehebohan di grup chat keluarga,
[Morgan] "Kejutan!"
[Morgan] "Ini sangat heboh."
[Morgan] "Apa ini pertanda?"
[Damian] "Apa sih Morgan? tidur sana."
[Morgan] "Wah kalian harus lihat ini."
[Tatiana] "Apa Morgan? Ganggu aja deh.."
Photo sent
[Damian] "Wah siapa itu?"
[Morgan] "Ini uda heboh 2jam lalu di grup karyawan hotel Arche."
[Lusia] "Fano... jelaskan! Jangan macam-macam nak."
[Lusia] "Inget si bunga kecil malang mu itu."
[Morgan] "Siapa bunga kecil?"
[Lusia] "Imelda.. kan artinya bunga kecil."
[Fano] "Itu Imelda mami... Fano baru nolong dia di pinggir jalan saat diganggu preman."
[Morgan] "Ouh.. kirain bang Fano uda nyerah, biar Morgan salip."
[Fano] "Awas kau Morgan!"
[Morgan] "Eits.. canda bang, jangan marah dong."
[Tatiana] "Hahahah Fano udah bucin kayanya... jadi penasaran sama si bunga kecil."
[Fano] "Jangan macam-macam deh kak, bunga kecilku itu sangat rapuh, nanti kakak tiup dia terbang lagi."
[Tatiana] "Enak aja, emang aku ****** beliung?"
[Lusia] "Udah sana tidur, dan Fano besok kamu berangkat kan? Jangan begadang ya.."
[Fano] "Gak mami, Fano berangkat setelah si bunga kecil aman."
[Lusia] "Hooo anak mami satu ini emang the best."
[Damian] "Mami.. kami juga anak mami loh."
[Morgan] "Iya nih mami napa cuma sayang bang Fano aja deh."
[Tatiana] "Hihihi untung aku kesayangan papi, iya kan piii...."
[Ken] "Kesayangan papi cuma mami."
[Tatiana] "Issshh..."
[Morgan] "hahahah sukurin."
++//++
TBC~
THE BEST ON YOU THOR...🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
TU BISMA AYAH GOBLOK INGIN MAIN2 DGN KLUARGA HASTANTA..
DIBANDINGKN HAZEL SI JANDA ANAK 2, SIAPAKH YG PLING CANTIK, IMELDA ATAU HAZEL..
DLM KISAH INI BRRTI MORGAN SDH MULAI BANTU HAZEL LEPAS DARI NICHO...
MANUSIA ANJING LAKNAT TU INDRA.... MMPUSIN AZA...