Izinkan Aku Bahagia Sekali Saja

Izinkan Aku Bahagia Sekali Saja

BAB 1

Imelda, hanya itu namanya yang artinya berjuang. Yah dia sedang berjuang melawan ketidakadilan yang menimpa dirinya sejak dia masih 13 tahun, saat itu ibunya yang seharusnya menjadi pelindung terakhir malah membuangnya dan hari ini, hal yang sama menimpanya sekali lagi dan dia begitu hancur.

"Lebih baik aku mati.. aku tidak sanggup hidup lagi, ya Tuhan... Izinkan aku bahagia sekali saja, aku mohon.." Lirihnya sambil berlutut menatap langit dan mengangkat wajahnya melihat kegelapan diatas sana. Imelda sengaja naik ke atap gedung apartemen yang dia tinggali bersama paman dan keluarganya setelah hal menyakitkan itu terulang lagi.

"Aku tak sanggup lagi." Lirihnya dengan airmata yang terus berlinang tanpa henti, kemudian dia memejamkan mata, berdiri, melangkah dan dia terjun dari atas gedung itu.

Imelda membuka matanya karena dia merasa melayang, ada sesuatu yang menariknya pelan kembali keatas, dia bingung dan takut lalu dia dibawa kembali ke atap gedung, dia terduduk lemas dan "Itu apa... haaaaaaaaa...!" Teriaknya begitu melihat akar itu hidup merambat masuk kembali ke pot bunga yang di pegang oleh seorang wanita cantik yang berdiri didepannya.

"Kamu gak papa kan?" Tanya wanita itu dan Imelda masih membeku di tempat. "Kenapa kamu melompat? kamu akan mati jika melompat dari sini." Tanya wanita itu lagi dan Imelda tetap tak bergerak bahkan matanya tak berkedip sama sekali.

"Jangan takut, aku Flora, siapa namamu?" Tanyanya lagi dan Imelda memegang dadanya dan masih terduduk lemas atas apa yang baru saja dia alami.

"Ka kamu siapa?" Tanyanya dan Flora tersenyum.

"Sudah terlanjur ya udah aku jujur saja deh. Aku Flora dan aku seorang peri bunga." Jawabnya memperkenalkan diri.

"Pe pe peri.." Imelda gugup, "Mana ada peri di dunia ini.. " Gumamnya dan Flora menggeleng menatapnya lalu ikut duduk di depan Imelda yang masih ketakukan.

"Ada, aku.. dan masih banyak lagi di dunia ku. Aduuhh..." Flora terkejut karena terkena rintik hujan yang tiba-tiba saja jatuh mengenai kulitnya padahal sejak tadi malam begitu cerah.

"Sebentar ya..." Flora kemudian menggunakan jarinya dan bunga ungu di tangannya berubah menjadi besar dan kelopak bunga itu menjadi payung lalu daunnya menjadi karpet lembut tempat mereka duduk.

"Nah, percaya kan? Aku ini peri bunga yang cantik dan baik hati. lalu kenapa kau mau mati?" Tanya Flora lagi pada Imelda yang masih kaget tak percaya dengan penglihatannya.

"Sudahlah, nanti kau akan terbiasa melihatnya. Ayo cerita, aku ini sangat kepo dengan dunia manusia." Ucap Flora dengan sedikit memaksa dan Imelda menarik napasnya panjang.

"Sepertinya dia baik, sudah lah apa lagi hal buruk yang akan menimpaku.." Ucap Imelda dalam hati.

"Namaku Imelda, kata ayah arti namaku ini adalah berjuang dan memang benar. Aku selama ini berjuang untuk menahan rasa sakit dan penderitaan hingga aku tak tahan lagi untuk memperjuangkan hidupku. Apa ayahku salah memilih nama untukku? Hingga aku harus berjuang hingga mati?" Jelas Imelda dan dia meneteskan airmatanya lagi.

"Tidak, ada arti Imelda yang lain. Dari bahasa italia Imelda adalah bunga kecil yang cantik seperti dirimu. Kau terlihat sangat cantik Imelda." Ujar Flora membuat Imelda sedikit tersentuh. "Ayo lanjut, rasa penasaranku ini bisa membuatku kesal nanti." Ujar Flora lagi dan Imelda mulai ceritakan masa lalunya.

+++ 4 tahun lalu +++

Imelda kecil yang baru 10 tahun menangis pilu waktu warga desa membawa jasad ayahnya yang sudah kaku dan sangat kotor akibat tertimbun tanah longsor semalaman, dia tidak sanggup melihatnya dan tetangganya memeluk dan menutup matanya agar dia tidak melihat ayahnya dalam keadaan seperti itu tapi terlambat, dia sudah melihatnya. Imelda menangis terus dan ibunya Yulia juga tak henti-hentinya histeris sambil memanggil nama suaminya.

Tiga hari berlalu dan para tamu masih berdatangan, ada om Tian yang menjadi penghibur tersendiri bagi Imelda.

"Om Tian." panggil Imel saat Tian baru saja masuk ke kamarnya, Tian baru bisa datang hari ini karena sedang ada di Amerika dan tidak ada tiket tercepat untuk kembali karena mereka sekeluarga sedang liburan, jadi akhirnya hanya Tian yang pulang sendiri.

"Hai gadis cantik.. Keponakan Om yang paling cantik sedunia." Puji Tian melihat Imel kecil sangat senang melihatnya karena Tian sangat mirip dengan ayahnya. Imel memeluknya dengan erat seperti memeluk ayahnya yang sudah 3 hari tak ada lagi disisinya.

"Sudah malam kenapa belum tidur?" Tanya Tian dan Imel hanya menggeleng, Tian tau kalau Imel pasti merindukan ayahnya. "Om temani ya..." Imel mengangguk dan benar saja hanya 10 menit Imel sudah tertidur pulas sambil memeluk lengan Tian seperti dia memeluk ayahnya.

"Yulia.. kamu harus kuat demi Imel." Ujar Tian yang kini duduk bersebrangan dengan Yulia yang masih syok dan tidak mau makan atau tidur, dia selalu ditemani oleh adik lelakinya yang memang tinggal disana bekerja dengan William sudah hampir 3 tahun.

"Bagaimana ini..Will cepat sekali pergi.. aku tidak sanggup." Tangisnya pecah lagi dan adiknya Deon selalu menenangkannya. Mereka akhirnya membahas bagaimana masa depan Imel dan perkebunan yang dikelola oleh William kedepannya demi kelangsungan hidup mereka dan banyak pegawai yang masih bergantung pada mereka.

Sebulan berlalu dan Tian masih berada disana untuk mengajari Deon dan Yulia untuk mengelola perkebunan, memang Tian sangat handal karena dulu dia dan William lah yang bersama ayah mereka mengelolanya sampai Tian ke kota untuk membuka perusahaan Teh dengan hasil kebun dari William dan mereka berhasil bersama. Perusahaan Tian mengambil hasil dari kebun Will dan mereka sama-sama berhasil.

"Baiklah kalian sudah paham dan aku akan pergi besok untuk kembali ke kota." Ujar Tian dan Yulia juga Deon sangat berterima kasih padanya.

Hari dimana Tian pergi membuat Imel kembali menangis sedih, sosok Tian menjadi pengganti ayahnya kini juga akan pergi meninggalkannya. Dia masih 10 tahun dan dia tidak bisa mengeluarkan pendapatnya karena Imel memang pendiam dan tidak terlalu dekat dengan orang lain, Will selalu menjaganya dari segala hal buruk karena dia tau Imel sangat cantik dan berbeda dari gadis kecil pada umumnya.

Beberapa tahun berlalu, Imel tumbuh menjadi gadis remaja yang sangat cantik bahkan sudah dilamar oleh banyak orang untuk menunggunya dewasa tapi semua ditolak oleh Yulia dan Deon.

Deon juga sudah menikah dan tidak bekerja dengan Yulia lagi dan pindah ke kota tapi dia masih sering berkunjung melihat keadaan Yulia, Imel dan perkebunan.

"Kak, yakin akan menikah dengan Satrio? Dia itu terlihat masih labil loh?" Tanya Deon terakhir kali berkunjung disana.

Iyalah.. dia bisa nerima kakakmu yang janda dengan 1 anak saja uda syukur dan lagi dia gantengkan dan kakakmu ini juga masih cantik." Jawab Yulia yang sebenarnya sudah sangat ingin cepat menikah karena sangat mencintai Satrio kekasihnya.

"Tapi Imel gimana kak? Gak mudah lo gadis remaja 13 tahun punya ayah tiri dan Imel tuh cantiknya luar biasa jangan ada hal aneh nanti." Deon cemas tetapi Yulia malah anggap remeh dengan pesan dari Deon.

"Ah gak lah, aku juga cantik dan Satrio udah bucin tauk." Balasnya dan Deon hanya berdoa supaya tidak terjadi hal yang dia takutkan.

"Imel.. dah pulang?" Tanya Deon dan Yulia menaikkan bahunya tanda tidak tau, mereka memang sejak tadi berada di kantor dekat kebun teh dan Deon hanya menggeleng kesal melihat kakaknya yang sangat cuek pada anak gadisnya sendiri. Deon memilih kembali ke rumah untuk melihat apakah Imel sudah pulang sekolah atau belum.

"Om Deon kapan datang? Kok ga bawa Chaca?" Tanya Imel begitu membuka pintu melihat Deon di depan.

"Hai Imel, makin cantik aja ponakan om, Chaca kan masih kecil ga bisa dibawa jalan jauh dan lagian om cuma sebentar." Jawab Deon dan mereka duduk mengobrol dan becanda.

Imel memang lebih dekat dengan Deon ketimbang Yulia yang sibuk kerja dan pacaran. Tapi Imel memang anak yang pengertian dan dia selalu berkelakukan baik dan penurut.

Setelah hampir sejam Deon pamit balik ke kota dan dia juga akan pindah ke kota yang lebih jauh karena tugas dari perusahaan. Hal itu membuat Imel sedikit sedih.

.

.

.

"Imel.. udah kenal kan sama Satrio? Sekarang dia ayah baru kamu ya dan akan tinggal disini." Ucap Yulia pada suatu malam dan Imel sedikit terkejut karena yang dia tau Satrio ini suka mengganggunya dan main-main dengan banyak gadis di desa, itu yang sering dia lihat pas pulang sekolah.

"Tapi bunda..." Imel terhenti saat Yulia mengibaskan tangannya dan menyuruh Imel masuk ke kamarnya. Imel menurut, dia masuk dan mengunci pintu kamarnya seperti yang selalu diajarkan Deon.

Sudah beberapa bulan mereka bertiga tinggal bersama, sebanarnya ada mbok Pini tapi mbok sudah 2 hari izin sakit dan dibawa ke kota untuk berobat jadinya Imel kesepian dirumah. Yulia dan Satrio selalu pergi pagi dan pulang malam karena bekerja jadinya Imel hanya sendirian dari pulang sekolah hingga mereka ibunya kembali.

Imel juga tidak suka dengan Satrio yang selalu memandangnya dengan tatapan aneh, seperti ingin menelannya hidup-hidup. Remaja 13 tahun seperti Imel belum mengerti akan hal dewasa maka dia hanya cuek saat Satrio melihatnya dengan tatapan mesum itu.

Imel selalu menjaga diri seperti pesan Deon, dia selalu memakai pakaian sopan dan longgar, baju kaos dan celana panjang jika di luar kamar, tapi jika di dalam kamar dia suka pakai baju terusan ala remaja dan tidur tanpa dalaman, tentu setelah mengunci pintu kamarnya.

Siang ini Imel pulang sekolah dan merasa sangat gerah sehabis pelajaran olahraga dan dia segera mandi lalu ganti pakaian paling nyamannya dengan daster lucu dan setelah kunci pintu dia tertidur pulas, tapi ada sesuatu mengganggunya.

Satrio yang pulang siang itu demi melancarkan aksinya, dia sudah tidak tahan dengan Imel yang selalu mengganggu pikirannya, wajah cantik Imelda perpaduan dari wajah oriental William dan sedikit jawa dari Yulia membuatnya sangat cantik, dengan kulit putih mulus bercahaya, rambut hitam sebahu dan meskipun dia baru 13 tahun tapi tubuhnya sudah terlihat montok berkat turunan dari Yulia yang mempunyai tubuh indah sempurna.

"Om ngapain?!" Teriak Imel saat membuka mata dan ada Satrio di tempat tidurnya dan dia langsung bergerak dan ingin lari tapi Satrio menariknya kembali dan menindihnya, menciumi wajahnya dan lehernya tapi Imel terus berontak hingga Satrio dengan beringas mengangkat rok daster Imel dan menarik turun ****** ********.

Dia menyentak kuat memasukkan miliknya kedalam Imel yang masih remaja dan tidak mengerti apapun tapi karena teriakan Imel yang sangat kesakitan membuat Yulia yang pas juga baru pulang membuka kamarnya dan melihat kejadian itu.

"Apa yang kalian lakukan?" Teriak Yulia dan Satrio yang terkejut langsung melepaskan Imel yang kini bergerak dan meringkuk kesakitan sambil menangis.

"Sayang... Yulia, maafkan aku, itu karena dia yang menggodaku. Lihat bajunya saja begitu." Ujar Satrio menunjuk ke Imel yang sedang menangis dan meringkuk memeluk lututnya sendiri.

Yulia melihat pakaian Imel, dress terusan tanpa lengan, biasanya juga dia memakai kaos dan celana panjang kenapa hari ini dia pakai baju seperti itu?

"Dasar anak kurang ajar! Satrio itu ayahmu, suami ibumu, benarni kau menggoda ayahmu! PLAKK"

Sebuah tamparan keras dari Yulia menghampiri pipinya. Imel terus menangis.

"Gak bundaaa... tadi Imel lagi tidur dan bangun sudah ada Om Satrio di kamar." Lirih Imel tapi Yulia malah lebih percaya pada Satrio. Yulia mengurungnya di kamar dan tidak memperbolehkan Imel keluar.

Sakit, sangat sakit yang Imel rasakan, kesuciannya direnggut paksa tetapi ibunya sendiri malah menyalahkannya, sakit di tubuhnya tak seberapa, sakit di hatinya lebih besar lagi dirasakan olehnya.

Tian yang mendengar hal yang dialami Imel langsung saat itu juga dia berangkat dan menemui Imel. Dia tidak percaya Imel akan melakukan hal seperti yang diceritakan Yulia. Keponakannya masih 13 tahun dan hal itu sangat tidak mungkin.

"Imel.." Panggil Tian mengetuk pintu kamar Imel di malam harinya. Imel yang mendengar suara Tian langsung membuka pintunya dan memeluk Tian dan menagis pilu, Tian juga tak kuasa menahan air matanya dan memeluknya.

"Bukan Imel om, Imel gak lakukan apapun. Imel hanya tidur siang dan sudah kunci pintu seperti yang diajarkan om Deon." Ujar Imel sambil mennagis, kini mereka duduk di tepi ranjang Imel.

Tian tau Imel tidak berbohong, karena dialah yang selalu berpesan pada Deon untuk menjaga Imel. Keponakannya memang sangat cantik dan auranya berbeda dari gadis seusianya, itulah yang selalu ditakutkan oleh William adiknya sejak Imel lahir. Tian begitu sakit hati tidak bisa menjaga keponakannya setelah adiknya meninggal.

TBC~

Terpopuler

Comments

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

PAPA TIRI ANJING & IBU KANDUNG IBLIS, ANAK YG DIPERKOSA SUAMI BARUNYA, MLH ANAK YG DISALAHKN...

2023-01-21

0

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa

2022-12-25

0

juliya

juliya

👍👍

2022-07-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!