NovelToon NovelToon
Mr. Ibram

Mr. Ibram

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lel

Hidup sebatang kara, dikhianati oleh keluarganya, bahkan diusir dari rumah peninggalan orang tua oleh sang tante, membuat Ayuna Ramadhani terpaksa harus bekerja keras untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah sebanyak mungkin di tengah kesibukkannya kuliah. Ditambah pengkhianatan sang pacar, membuat Ayuna semakin terpuruk.
Namun titik rendahnya inilah yang membuat ia bertemu dengan seorang pengusaha muda, Mr. Ibram, yang baik hati namun memiliki trauma terhadap kisah cinta. Bagaimana kelanjutan kisah Ayuna dan Mr. Ibram, mungkinkah kebahagiaan singgah dalam kehidupan Ayuna?
Selamat membaca
like like yang banyak ya teman-teman
terimakasih

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TANTE LUCKNUT

"Tante, keluarga tante, bahkan 7 keturunan tante tidak akan pernah menjadi orang kaya, hidup miskin, hingga mengemis kepadaku nantinya!" ucap Ayuna dengan mata mendelik, menahan segala amarah, namun sumpah serapah bisa tercetus begitu saja.

Gadis yang sudah tidak memiliki orang tua, bahkan keluarga besarnya pun ikut memihak sang tante, dengan alasan usaha yang dibangun oleh sang ayah ada sebelum sang ayah menikah dengan ibu Ayuna. Usaha itu diambil oleh keluarga besar sang ayah, mereka berebut menguasai tempat usaha, uang tabungan serta tanah milik sang ayah. Paling parah, malah Ayuna diusir oleh sang tante dari rumah, milik orang tuanya.

Tepat sore ini, Ayuna diusir, dan diberi bekal uang 10 juta saja. Keluarga besarnya tak mau tahu di mana Ayuna akan tinggal. Mereka tak merasa kasihan sama sekali, bahkan tak takut akan sumpah serapah yang diucap Ayuna.

Anak bau kencur saja, doanya tak mungkin dikabulkan Tuhan, bagi mereka itu hanya ungkapan emosi dari gadis kecil yang tak mau hidup serba kekurangan. Ayuna keluar rumah hanya membawa 2 koper besar, dan tas ransel serta dendam dalam hati.

"Sesuai lokasi ya Mbak?" tanya sopir online memastikan tujuan sesuai titik lokasi.

"Iya, Pak!" ucap Ayuna sembari menahan isak tangis. Selama perjalanan, Ayuna hanya memejamkan mata. Bayangan kebahagiaan bersama ibu dan ayah menari di pelupuk mata. Mereka memang hidup sangat bahagia. Sang ayah memperlakukan Ayuna layaknya seorang putri, apalagi Ayuna anak tunggal.

Ayuna pun berpikir sejenak, selama ini sang ayah tak pernah berbuat jahat dengan adik-adiknya. Bahkan beliau selalu membantu kehidupan keluarga mereka, maklum hanya sang ayah yang menjadi pengusaha sedangkan kedua adiknya, Tante Melina dan Om Yasa adalah seorang ASN. Seharusnya sebagai ASN hidupnya terjamin dong, dan kenyataannya harta anak yatim pun dirampas juga. Miris.

"Gak akan berkah!" lirih Ayuna dengan mendekap tas ransel. Di dalam tas itu ada uag segepok dan beberapa berkas penting atas nama Ayuna, seperti buku deposito dan beberapa gram emas atas namanya. Beruntung sang tante tak menggeledah tas ranselnya tadi.

Ayuna pun sampai di depan kos sahabatnya, Ersa. Gadis cantik dan sexi itu sudah menunggu Ayuna. Harap-harap cemas karena Ayuna bilang mau ngekos.

"Gila emang tante lu, anak yatim diusir dari rumahnya sendiri. Kiamat hidup mereka, gue yakin habis ini harta lu gak tersisa karena keserakahan. Padahal mereka udah ASN kok bisa sih setega itu sama ponakan sendiri, emang gaji mereka gak cukup buat biaya hidup. Hem pasti gaya hidupnya setinggi langit tapi uangnya seuprit. Gak usah khawatir Ay, selepas wisuda lu bakal dinikahin pangeran tajir, punya perusahaan gede, dan cakep banget, atau gak dokter ganteng, eh iya sih cowok lu emang tajir sih!" Ersa main nyerocos, Ayuna pusing dibuatnya. Geret koper dengan menahan emosi juga, kenapa secerewet gini sih, tapi Ayuna tak sampai hati mengomel juga. Malam ini, Ersa yang bisa membantunya, bahkan dia pun berhasil membooking kamar kos yang baru 2 hari ditinggal pemilik sebelumnya. Untuk tempat tinggal, Ayuna aman. Meski agak mahal, setidaknya ia tidak menjadi gelandangan.

"Kamar ini memang paling mahal, Ay. Elite, makanya mahal, kamar mandi dalam juga, kalau kamar gue tipe biasa, tapi bolehkan kalau di sana antri gue mandi di sini?" tanya Ersa dengan guyonan khasnya.

Ayuna hanya mengangguk lemah, kepalanya berat sekali. Bahkan setelah melihat kasur kos, ia langsung merebahkan tubuhnya. Baik badan dan otaknya lelah setengah mati. "Udah makan, Ay?" tanya Ersa prihatin.

"Lupa, Er," jawabnya singkat.

"Bersih-bersih dulu napa, gue cari makan dulu deh!" ucap Ersa, tak lama ia pun keluar mencari makan buat sang sahabat, setidaknya nasi goreng depan gang masih buka kayaknya.

Ay, kamu di mana sekarang?

Ayuna tersenyum, melihat notif panggilan dan beberapa chat masuk, dari Rajendra, sang kekasih. Ayuna hanya sempat mengabari kalau dia diusir dari rumahnya, setelah itu tak menyentuh ponsel sama sekali.

"Aku sekarang ngekos, Ndra. Di dekat kampus, satu kos sama Ersa cuma beda kamar!" lapor Ayuna setelah panggilannya dijawab Rajendra. Sang kekasih langsung mengubah panggilan video, tampak Rajendra masih di perpustakaan kampus.

"Udah makan?"

"Lupa, kayaknya belum!"

Terdengar Rajendra berdecak sebal. "Kos buka sampai jam berapa?" tanya Rajendra, gak mungkin ia tenang melihat keadaan sang kekasih sekarang.

"Gak tau, jam 9 malam mungkin, kos Ersa lumayan ketat sih."

"Nikah gimana, Ay. Biar kamu dekat sama aku?" tawar Rajendra dengan wajah serius, Ayuna hanya tersenyum malu.

"Ngapain mikir nikah dulu sih, Ndra. Santai saja kali, nikmati tugas akhir kamu, belum juga jadi dokter."

"Ya gimana aku bisa fokus tugas akhir, Ay. Kamu hidup di kos gara-gara keluarga laknat itu, kalau kamu jadi istri aku tentu gak merasakan hidup sengsara seperti ini."

Ayuna tertawa terbahak, "Nikah gak semudah itu bambang, udah ah biar aku menjalani hidup sederhana seperti ini dulu, biar aku tahu rasanya berjuang itu seperti apa. Selama ini jadi tuan putri, sebentar aja merasakan upik abu kayaknya gak pa-pa juga!"

"Besok aku samperin di kampus, sekarang kamu tidur dulu aja. Sabar ya Ayunaku!" ucap Rajendra manis, ada kelegaan dalam diri Ayuna. Kedua orang tuanya sudah tiada, namun kehadiran Rajendra setidaknya menjadi penghibur serta penguat hidup Ayuna. Entah kalau tidak ada Rajendra, ia bisa melewati masa sulit ini atau tidak.

Tiga bulan yang berat, kedua orang tuanya pergi begitu saja, tanpa ada pamit, tanpa ada ucapan terakhir, bahkan Ayuna hanya berdiri, terpaku ketika kedua jenazah orang tuanya berada di depan Ayuna. Hatinya sangat hancur, langit seolah runtuh di atas kepala Ayuna. Entah berapa kali ia pingsan sebelum pemakaman.

Rajendra dan mamanya terus menopang tubuh Ayuna agar tetap berdiri, bahkan Rajendra turut serta turun ke kubur dan mengadzankan kedua calon mertuanya itu. Sungguh, hidup Ayuna sekarang bergantung pada Rajendra, bukan berarti hidupnya ditanggung Rajendra, tidak. Tetapi keluarga Rajendra dianggap Ayuna sebagai sandaran hidupnya sekarang.

"Semoga kamu, mama dan papa kamu tetap seperti sekarang ya, Ndra. Gak tahu lagi hidupku harus bagaimana kalau kalian menghilang juga!" lirih Ayuna sembari menatap layar ponsel, air mata pun turun seketika. Sungguh hidup Ayuna malam ini terasa kosong, tiba-tiba melayang saja. Jalan takdir seterjal ini kenapa juga Ayuna yang harus merasakan.

"Sabar, Ay!" Ersa datang dengan membawa dua bungkus nasi goreng langsung memeluk sang sahabat. Suara tangisan Ayuna begitu menyayat hati. Siapa juga yang siap menjadi anak yatim piatu, meski sudah berusia 19 tahun begini.

"Lu kuat, lu hebat!" ucap Ersa kembali menguatkan sang sahabat.

1
Lestari Setiasih
bagus ceritanya
Rian Moontero
qu mampir kak authoor,,semangat up yach💪💪🤩🤸🤸
Lel: terimakasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!