JUARA 2 KONTES BERTEMA BERBAGI CINTA
NOTE : Ide kisah ini berdasar pengalaman author sendiri yang dikembangkan sebagus mungkin.
Season 1 :
Perjuangan seorang wanita cantik bernama Sena yang berusaha menggapai cinta sang suami, Regan Anggara. Regan merupakan mantan dosen killernya yang harus menikah dengannya akibat perjodohan. Sudah 2 tahun hubungan pernikahan mereka namun Sena tak membuahkan hasil untuk mengambil hati dari sang suami, namun alangkah terkejutnya saat Sena memergoki sang suami yang tengah mesum dengan rekan kerjanya. Hati Sena mendadak sakit, pantas saja selama ini tak mau menyentuhnya, rupanya Regan sudah mempunyai wanita lain dan mengaku sudah menikah sirih dengan Maya dan kini tengah mengandung anak dari Regan. Parahnya, orang tua Regan yang selama ini baik dengan Sena ikut menyembunyikan rahasia itu.
Dan jangan lupakan Devan! Pria duda yang selalu ada untuk Sena bahkan siap menjadi suami baru untuk Sena.
Season 2 :
Ketika semuanya tak bisa ia gapai. Dia hanya bisa berusaha untuk tegar. Lika-liku kehidupan ini membuatnya menjadi sangat kuat.
Sena dan Devan berjuang keras untuk mendapatkan momongan.
Namun...... semuanya tak semudah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Warna janda
"Ada apa ini? Kenapa kalian membuat onar di perusahaan saya?" ucap Devan, seorang direktur utama.
Sena dan Aura berhenti bertengkar, mereka membenarkan penampilan masing-masing. Sena menunduk hormat lalu Devan menghentikannya.
"Siapa yang menyuruh kau pergi?" tanya Devan.
Sena terhenti dari langkahnya.
"Segera naik ke kantor saya!"
Devan langsung pergi meninggalkan kantin, Sena langsung menatap tajam Aura dan mengatakan semuanya belum berakhir. Sena mengikuti Devan, entah apa maksud sang bos namun ini pertama kalinya pria itu keluar dari ruangan mewahnya, apalagi turun sendiri menuju ke kantin.
Sesampainya di ruangan itu. Devan duduk di kursi direkturnya dan menatap penampilan Sena dari atas sampai bawah.
"Pak, maaf, saya dipanggil ke sini untuk apa? Jangan pecat saya!" Sena bicara dengan bibir yang bergetar.
"Saya mendengar gosip jika kamu ada hubungan khusus dengan manajer saya."
"Pak, itu mertua saya."
Devan menatap tajam Sena, Sena semakin bergidik ngeri. Jika dia sampai dipecat karena hal itu pasti dia akan memaki Regan, Maya, dan Aura.
"Pergilah! Saya tidak ingin kejadian tadi terulang lagi. Saya tidak suka pegawai saya melakukan kekerasan seperti tadi."
Sena sangat berterima kasih, dia menunduk hormat berkali-kali lalu berpamitan untuk keluar. Sena bisa bernafas lega karena dirinya tidak dipecat oleh direktur utamanya.
Sena kembali ke ruangannya, teman-temannya tidak menyapanya sedikitpun termasuk Gladis. Sena tak menghiraukan dan segera kembali bekerja, ia berharap sore cepat datang supaya dia bisa pulang.
Waktu cepat berlalu, ia bersiap untuk pulang. Dengan langkah cepat dia berjalan walau pegawai lain masih berbisik membicarakannya. Sena tak mau ambil pusing, ia terus melangkah sampai dia tidak sengaja berpapasan dengan Devan. Pria itu sangat tampan dengan 2 lesung pipi di kanan dan kiri.
"Papa ...."
Seorang anak kecil berkucir dua langsung memeluknya, Devan tersenyum senang melihat anaknya sudah pulang dari les piano.
"Pas sekali, Papa juga mau pulang."
Sena memandang Bapak dan anak itu, ia langsung kepikiran Regan. Jika Regan mempunyai anak pasti akan manis seperti itu. Anak kecil itu lalu menatap Sena yang memandangnya sambil melamun. Gadis kecil yang bernama Askia atau di sapa Kia itu tersenyum manis padanya. Sena terkejut namun Devan yang menyadari langsung membawa Kia keluar dari gedung itu.
Sena menuju ke motornya, sepertinya hari ini akan hujan. Dia takut jika tiba-tiba Regan menjemputnya. Gas motornya ia mainkan lalu bergegas meninggalkan gedung itu.
Jalanan ramai lancar dan sempat tersendat. Klakson dari belakang terus berbunyi membuat Sena muak sendiri. Sena yang kesal lalu mampir ke salon lagi sambil menunggu kemacetan lega.
"Hai cantik, datang ke sini lagi?"
"Hem, iya. Aku mau cat rambut lagi. Warna janda."
"What?!"
Sena menunjuk sebuah foto yang menempel di dinding, foto itu menunjukan warna rambut ungu muda.
"Yakin mau di cat ungu?"
"Iya."
Pegawai salon segera melakukan apa yang harus dia lakukan. Entah apa yang dipikirkan Sena kenapa dia malah mengecat rambutnya dengan warna tak lazim itu. Pikirannya sudah meracau tidak jelas, ia hanya ingin kepuasan untuk dirinya sendiri.
Tak berselang lama kemudian. Regan menelponnya, Sena dengan malas mengangkatnya.
"Kau di mana? Aku ada di depan kantormu? Jalanan sangat macet. Kita bisa naik mobil lewat jalan pintas."
"Urus urusanmu sendiri! Bye!"
Sena menutup ponselnya dengan kesal. Dia meneteskan air mata untuk kesekian kalinya.
Sena, kau harus kuat. Kau harus mencari tahu konsekuensi apa yang akan diberikan Regan jika kami bercerai. Sepertinya besok aku harus mulai mengurus surat perceraian di pengadilan. Bukti-bukti juga sudah ada.
3 jam kemudian.
Setelah melewati waktu yang membosankan untuk menunggu. Akhirnya warna rambut Sena terlihat jelas juga, Sena begitu puas dengan pelayanan salon ini. Warna rambutnya begitu terang dan membuatnya sangat cantik.
Setelah itu Sena membayar, memang cukup mengocek kantong harganya namun ia tetap menggunakan kartu milik Regan.
Setelah itu, ia kembali ke kost tempat Ningsih. Dia akan menginap kembali ke sana namun siapa sangka Regan sudah berada di depan motornya. Regan menatap secara datar penampilan terbaru Sena, Sena tak menggubris lalu mendorong Regan untuk menjauh dari motornya.
"Minggir!"
"Apa kau yang menulis artikel di web kampus?"
Sena terdiam sejenak namun dia tak menggubris dan malah naik ke motornya.
"Untung saja bukan aku yang dimaksud postingan itu. Terima kasih atas postinganmu karena dosen lain yang tertangkap," ucap Regan.
Sena terkejut. Dia lalu menatap Regan seolah tak mempercayainya.
"Kenapa kau kaget? Kau ingin menjatuhkan suamimu sendiri dan menghancurkan karirnya? Bahkan Tuhan saja masih berpihak padaku." Regan berbicara dengan nada dingin.
"Jangan bawa nama Tuhan jika kelakuanmu sangat busuk! Gara-gara adik dari istri keduamu itu aku hampir saja dipecat, untung saja bosku baik. Sudah baik, tampan, mapan, senyumannya manis tidak sepertimu yang busuk seperti sampah," jawab Sena.
Sena segera menghidupkan motornya namun dia terkejut saat kunci kontaknya sudah ada di tangan Regan. Sena mencoba merebutnya tapi tak semudah itu.
"Berikan padaku!"
"Masuklah ke mobil! Kita bicarakan di rumah saja, kau tidak lihat akan turun hujan?"
Sena menatap langit malam yang sangat mendung, bahkan kilatan cahaya petir mulai terlihat. Regan menarik tangan Sena untuk masuk ke mobilnya, Sena yang tenaganya tidak kuat hanya bisa pasrah.
"Jangan mengkawatirkan motormu! Aku akan menyuruh orang lain untuk mengambilnya."
Sena hanya diam sambil menatap kaca mobil. Regan segera melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah. Regan menatap wajah Sena yang begitu sedih, ia pun menjadi tidak tega.
"Kau sudah makan? Ingin mampir makan dulu?" tanya Regan.
Hening, Sena tak menjawab. Regan tak membutuhkan jawaban dari Sena segera mampir ke cafe untuk sekedar menghilangkan rasa lapar.
Sesampainya di cafe.
Cafe itu begitu ramai, banyak pemuda-pemudi yang menghabiskan waktu di sana. Regan memesan ruangan VIP supaya bisa mengobrol berdua tanpa gangguan orang lain. Tak lupa ia memesan beberapa makanan dan camilan.
"Kau orang yang dingin dan kaku tahu cafe ini juga?" tanya Sena tanpa menatap Regan.
"Maya yang pertama kali mengajakku ke sini."
Lagi-lagi nama wanita itu yang tersebut oleh Regan, rasanya menyesakkan dada Sena. Mereka berada di dalam ruangan yang tertutup dan tak ada yang bisa melihat mereka.
"Besok aku akan mengurus surat perceraian kita," ucap Sena.
"Oh ya? Lakukanlah jika kau memang nekat," jawab Regan dengan santai.
"Aku tidak takut dengan konsekuensi yang kau berikan."
"Hem..."
Sena sangat kesal karena jawaban Regan seolah asal. Tak lama berselang, pintu terketuk dan pelayan datang dengan seseorang.
"Maaf, Kak. Ada ponsel tertinggal di sini? Punya pelanggan sebelumnya ponselnya tertinggal di sini," ucap pelayan itu.
Sena lalu menatap pria yang berdiri di belakang sang pelayan. Matanya langsung terbelalak.
Pak Devan? Batin Sena.
untung sena udah cerai....
jadi ga ketularan virus edan
obral janji sana.sini...
q baca aja ikutan emosi😡😡
kok bapaknya sena dibawa2