Istri mana yang terima bila diduakan dengan orang yang ditolongnya? Apalagi alasannya karena untuk membungkam mulut orang yang mengatakannya mandul. Hingga akhirnya sang suami melakukan perbuatan yang sangat dibencinya.
"Baiklah, aku beri kau 2 pilihan, terima Ima dan anaknya, atau ..." Nafas Adnan tercekat saat hendak melanjutkan ucapannya.
"Aku pilih yang kedua, BERPISAH." potong Aileena cepat tanpa basa-basi membuat Adnan bagai tersambar petir di siang bolong.
'Hebat banget kamu, Mas. Kamu lebih memilih menjandakan istrimu sendiri demi janda lain.' lirih Aileena Nurliah.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.7 Mencari Rumah Baru
Gema suara adzan subuh mengalun indah. Membuat 2 insan yang sedang terlelap mengerjapkan matanya. berulang kali. Mereka adalah Aileena dan Khanza. Mereka berdua duduk di atas ranjang dan mencoba merenggangkan otot-otot yang kaku. Setelah dirasa nyaman, secara bergantian mereka masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus bersuci. Setelah selesai, mereka pun menggelar sajadah dan melaksanakan kewajibannya terhadap Sang khalik.
Begitu banyak rencana yang telah Aileena buat untuk ia kerjakan hari ini. Beruntung hari ini Aileena tidak memiliki jadwal mengajar, jadi ia bisa mencari rumah untuk ia huni nanti. Ya, Aileena sudah membuat keputusan akan menjual rumah penuh kenangan itu dan membeli yang baru.
Sebenarnya Aileena bisa saja menempati rumah lama sang ibu. Tapi rumah itu telah dihuni tetangga ibunya karena mereka tidak memiliki tempat tinggal. Jadilah beberapa hari yang lalu mereka menyewa rumah itu. Aileena tidak membebankan biaya yang besar untuk rumah itu. Asalkan rumah itu dijaga dan dirawat sebaik mungkin, Aileena sudah cukup bahagia. Aileena juga tidak tega mengusir mereka karena itu lebih baik Aileena mencari rumah baru. Ia akan membayar uang mukanya dahulu, nanti setelah rumah lamanya terjual maka barulah ia akan melunasi semuanya.
Aileena sedang mematut penampilannya di depan sebuah cermin rias di kamar Khanza. Dia kini tengah mengenakan dress selutut berwarna merah muda milik Khanza membuat penampilannya makin cantik dan mempesona. Lalu tangannya terangkat dan mengusap pelan perut ratanya seraya tersenyum manis.
"Hai sayang, baik-baik di dalam perut bunda ya! Bunda sayang banget sama dedek. Mulai hari ini, kita mulai lembaran baru ya ,sayang. Jadilah sumber kekuatan bunda, sayang. I love you " ucapnya lirih.
Setelah selesai berpakaian, ia keluar dari kamar bersama Khanza.
"Pagi paman, bibi." sapa Aileena seraya tersenyum lebar. Membuat Orang tua Khanza menoleh serentak.
Seakan tidak ada yang terjadi kemarin, Aileena melangkahkan kakinya menuju orang tua Khanza. Ia terlihat lebih segar dari semalam saat ia baru datang ke rumah Khanza. Walaupun binar matanya masih terlihat sendu, tapi ia berusaha sekuat tenaga agar terlihat baik-baik saja.
"Eh, nak Aileena, pagi sayang. Kapan kamu datang? Kok paman dan bibi nggak tau kamu datang, nak?" tanya bi Arum, ibunya Khanza.
"Silahkan duduk, nak. " ucap paman Satria, ayah Khanza.
"Ai datang semalam paman, bibi.m, udah agak larut jadi paman dan bibi udah tidur."
"Oh, pantesan paman liat mobil kamu di depan. Mau tanya Khanza , tapi dia belum keluar kamar juga." ujar paman Satria.
"Yuk Ai, kita sarapan dulu." ajak Khanza. Lalu ia membantu Aileena mengambil nasi goreng dan telur dadar dan menyodorkannya ke Aileena.
"Makasih , Za. " ucapnya tulus.
"Nak Aileena mau kemana udah cantik gini? Nggak ngajar ya hari ini?" tanya bi Arum karena melihat penampilan Aileena sudah seperti ABG yang mau pacaran.
"Ai mau cari-cari rumah, bi." ujar Aileena jujur.
"Rumah? Oh, kalian akan pindah ke rumah baru ?" terka bi Arum.
"Iya, bi. Kami akan mencari rumah baru."
"Suami kamu mana? Kok nyari rumah nggak nemenin?" tanya paman Satria.
Khanza menoleh ke arah Aileena dan menggenggam tangannya, membuat paman Satria dan Bi Arum bingung, seperti ada sesuatu yang mengganjal.
"Aileena udah kisah sama suami Ai, paman, bibi "
"Lho kok?"
"Ma ..." sergah Khanza agar kedua orangtuanya tidak banyak bertanya.
Aileena menoleh ke arah Khanza lalu tersenyum dan menggeleng seakan mengatakan tidak apa-apa, Za.
"Suami Ai lebih memilih wanita yang tengah hamil anaknya, bi." ujar Aileena sendu.
"Astaga, ..." seru Bi Arum. "Maafin bibi ya, nak. Bibi nggak tau." ucap bi Arum penuh penyesalan.
"Nggak papa kok, bi. Kan emang belum tau." sahut Aileena seraya tersenyum seolah tak ada apa-apa.
"Terus kata kamu tadi, kalian akan mencari rumah baru itu, kamu sama siapa?" paman Satria bingung.
"Ai sama calon anak , Ai, paman. Alhamdulillah, setelah sekian lama penantian, Ai hamil." lirih Aileena.
"Masya Allah, mantan suami kamu tau?"
Aileena menggeleng, "Dia lebih mengutamakan wanita itu. Ai nggak mau bertahan hanya karena anak, paman. Mendengar fakta mas Adnan menghamili Delima, orang yang sudah Ai tolong saja mengguncang batin Ai, bagaimana Ai bisa bertahan dalam rumah tangga Ai kalau ada orang ketiga di dalamnya. Ai nggak sanggup, paman." lirih Aileena.
"Ya udah, kamu jangan sedih, sayang. Kamu tenang aja, kami semua akan selalu ada untuk kamu. Jadi nggak perlu bersedih. Akan ada pelangi, sehabis badai. Liat, di saat kamu hancur, justru si baby hadir. Dia nggak mau kamu sedih dan kesepian. Dia akan jadi sumber kekuatan kamu. Bibi yakin, kamu pasti sanggup jalani ujian ini. Terlebih, ada buah hati kamu di dalam sana yang selalu setia menemani kamu." ujar bi Arum seraya menunjuk perut Aileena dengan dagunya.
"Iya, bi. Terima kasih atas perhatiannya." ujar Aileena seraya tersenyum manis.
...***...
Aileena kini dalam perjalanan menuju kantor developer. Ia telah membuat janji temu dengan salah seorang yang bertugas memberikan saran rumah sesuai keinginan Aileena. Ia juga sudah meminta seseorang untuk menawarkan rumahnya agar dapat segera di jual.
Hanya dalam 30 menit, Aileena telah tiba di kantor developer yang cukup bonafit. Setelah menelpon, orang yang ditunggu pun datang.
"Silahkan masuk nyonya." ucap karyawan developer tersebut.
"Kayaknya kita seumuran deh jadi nggak usah panggil nyonya, panggil Aileena aja , atau disingkat Ai." ujar Aileena ramah.
"Oh, iya, baiklah. Kalau begitu panggil saja saya Rama." sahut Rama yang memang baru ini mereka berkenalan. Aileena tau kantor developer itu dari Khanza.
Setelah perkenalan singkat, mereka pun masuk ke gedung itu dan duduk di kursi yang memang disediakan untuk membahas mengenai rancangan rumah.
Rama tampak mengeluarkan beberapa maket yang bisa Aileena jadikan bahan pertimbangan.
"Oh ya Ram, ada nggak rumah yang sudah hampir jadi, jadi aku nggak perlu tunggu lama?" tanya Aileena.
Rama tampak berpikir, "Ada sih. Sebenarnya bukan hampir jadi tapi udah jadi, rumahnya nggak terlalu besar. Pembelinya tempo hari mendadak harus pindah ke luar kota jadi mereka membatalkan kontrak. Kalau kamu mau, nanti kami bisa menunjukkannya. Paling kamu tinggal renovasi aja sesuai keinginan kamu." ujar Rama.
Aileena tampak menimbang, "Ada lahan lebihnya nggak? Rencana saya mau membuat taman bermain sama kebun mini? Terus jumlah kamarnya ada berapa?" tanya Aileena.
"Ada, di depan rumah ada, di belakangnya juga ada jadi di depan bisa kamu jadikan taman bunga dan dibelakang bisa kamu jadikan taman bermain. Kamarnya ada 3. Di setiap kamar udah dilengkapi kamar mandi. Lantai satu ada satu kamar dan di lantai 2 ada 2 kamar sama ruang keluarga."
"Wah, bagus tuh! Kapan aku bisa kesana?"
"Kapan pun kamu mau. Nanti entah saya sendiri atau orang kami yang akan menemani kamu ke sana." ujar Rama.
"Baiklah. Bagaimana kalau besok siang? Sepulang saya mengajar." tanya Aileena.
"Oh kamu seorang guru?" tanya Rama dan Aileena mengangguk. "Baiklah nanti saya kabari lagi."
Setelah selesai melakukan pembicaraan, Aileena pun pamit pulang sebab ia ingin bertemu dengan calon pembeli yang ingin melihat-lihat rumahnya.
Saat sedang membereskan surat-surat dan maket yang tadi dibawanya, tiba-tiba seorang pria menghampirinya.
"Calon pembeli?" tanya orang itu pada Rama.
"Iya, pak. Cantik ya pak." ujar Rama membuat pria itu mendengus.
"Masih single atau udah berkeluarga?"
"Cie cie si bapak, tumben tanya-tanya, biasanya juga nggak." ledek Rama membuat pria itu melotot tajam, Rama pun langsung menutup mulutnya. "Nggak tau pak, tapi dia temen dekat pacar aku, kalau bapak mau, aku bisa selidiki!" tawar Rama.
"Oke."
"Oke apa? Mau? Bapak mau saya selidiki tentang dia?"
"Apa lagi? Kan saya sudah bilang oke." pria itu mendelik.
Rama mendengus mendengar sergahan pria itu yang merupakan pemilik kantor developer itu.
"Wani Piro?" ujar Rama sambil memainkan alisnya.
"Bertugas aja belum udah minta duit. Dasar anak buah nggak ada akhlak." pungkas pria itu membuat Rama tergelak.
"Cie ... pak bos akhirnya mau juga keluar dari zona nyaman. Zonanya Jodi." ledek Rama tergelak lalu ia langsung kabur saat melihat atasannya sudah mengangkat map plastik dan bersiap melemparkannya ke arah Rama.
"Kabooorrr."
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Janjangan Delima mantannya Radika.. dan Doni kk nya Radika.. 😱😱😱