Ratih yang tidak terima karena anaknya meningal atas kekerasan kembali menuntut balas pada mereka.
Ia menuntut keadilan pada hukum namun tidak di dengar alhasil ia Kembali menganut ilmu hitam, saat para warga kembali mengolok-olok dirinya. Ditambah kematian Rarasati anaknya.
"Hutang nyawa harus dibayar nyawa.." Teriak Ratih dalam kemarahan itu...
Kisah lanjutan Santet Pitung Dino...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Menahan rasa sakit
Sinta langsung membuka matanya, matanya mendelik, tanganya langsung memegangi perutnya erat.
"Kang Mas... kang Mas, tolong kang Mas!" Sinta merintih, ia memegangi perutnya yang begitu sakit hinga wajahnya pucat pasi.
Tuan Zacky langsung membuka matanya, "Kamu kenapa?" Tuan Zacky panik, karena melihat wajah Sinta langsung berubah pucat.
Tuan Zacky langsung bergegas mengompres perut Sinta dengan air hangat.
Sesaat rasa sakit itu datang begitu sakit, karena rasanya hanya bisa dirasakan oleh Sinta.
"Bagimana sudah mulai mereda?" Mata, Tuan Zacky menatap Sinta dalam cahaya lampu kamar tidur yang nampak temaram.
Sinta mengaguk. "Sudah, sudah sedikit mendingan Kang Mas. Terimakasih."
"Apa yang kemarin kamu makan Sinta? sampai sakit perutmu begitu separah ini?"
Sinta terdiam, ia tidak mungkin menjelaskan itu semua pada suaminya, karena sejak ia mimpi perutnya di cengkram Ratih sampai seluruh isi dalam perutnya keluar, ia jadi sering sakit perut jika tidur dan bermimpi hal yang sama.
"Kamu tidak mendengar aku bertanya?" Tuan Zacky kembali menatap kearah Sinta.
Sinta tersentak, "Eh-maaf Kang Mas, aku tidak memakan apapun, mungkin saja karena aku telat makan." Sinta berusaha menyembunyikan semuanya dari sang suami, karena ia tidak mau sampai suaminya tahu semuanya, bahkan sampai Tuan Zacky kembali bertemu dengan Ratih di desa ini.
"Kalau begitu kamu kembalilah tidur hari sudah larut." Kata Tuan Zacky menarik selimut menutupi tubuh istrinya.
"Tunggu sebentar Kang Mas." Sinta tiba-tiba meraih tangan Tuan Zacky.
Tuan Zacky menoleh, kembali menatap Sinta. "Ada-apa?"
"Aku mau besok Kang Mas pulang saja ke Semarang, aku sudah tidak papa, lagipula ada Bima dan Jono yang menemaniku." Sinta berusaha tersenyum, agar Tuan Zacky tidak curiga.
Tuan Zacky hanya menganguk, karena ia sebenarnya lebih senang dengan pekerjaanya. "Baiklah jika itu yang kamu mau." Tuan Zacky kembali berbaring, ia memunggungi Sinta.
Sinta merasa lega ketika Tuan Zacky setuju untuk pulang ke Semarang besok. Dia tidak ingin Tuan Zacky tahu tentang apa yang sedang terjadi, dan dia tidak ingin Tuan Zacky berada di dekatnya ketika Ratih melakukan aksinya.
Sinta menatap punggung Tuan Zacky, dan dia merasa sedikit sedih. Dia tahu bahwa dia harus melakukan ini, tapi dia tidak ingin menyakiti Tuan Zacky.
Tuan Zacky akhirnya tertidur, dan Sinta masih terjaga. Dia menatap ke arah jendela, dan dia melihat bahwa malam masih gelap. Dia tahu bahwa Ratih akan datang lagi dalam mimpinya dan dia siap untuk menghadapinya.
Sinta tersenyum, mata yang dingin dan tanpa emosi. Dia tahu bahwa dia akan melakukan apa saja untuk melindungi dirinya.
Tiba-tiba, Sinta mendengar suara di luar rumah. Suara itu lembut, tapi jelas, dan Sinta merasa tengkuknya menebal.
Sinta merasa jantungnya berdetak, peluh bening menetes di pelipis, sesaat kemudian ia mendengar suara tangisan seorang wanita.
"Apakah itu suara Sati?" Sinta mengecap salivanya, ia begitu takut, lampu di teras luar juga terlihat berkedip.
Sinta melirik kearah jendela, yang dimana mengunakan Gorden berwarna putih. Ia melihat bayangan yang melintas.
Nafasnya tersengal tak. beraturaan, kakinya begitu lemas saat ia kembali melirik kearah jendela, terlihat sosok yang mengerikan sosok itu perutnya hinga sampai kebagian punggungnya membusuk bahkan terlihat belatung-belatung dari perut sosok itu tercecer di lantai.
Sinta gelagapan, ia ingin memangil suaminya Tuan Zacky yang sedang tertidur di sampingnya, akan tetapi mulutnya tidak bisa bersuara.
Sosok itu mendekat, lidahnya panjang sampai kedada, rambutnya panjang berantakan, bahkan matanya merah penuh darah. Sinta berusaha menjerit tapi suaranya tertahan di tenggorokan.
Tanganya terangkat menutupi wajah sambil bergetar "Jangan, tolong jangan bunuh aku." Dalam hati Sinta amat ketakutan.
Sosok itu terus mendekat ia meraih tangan Sinta yang gemetar dan langsung menempelkan tangan Sinta pada bagian perutnya. "Disini tempatnya seorang bayi, setidaknya kau belum bisa mengandung, tapi karena ulahmu kau buat seorang gadis mengandung, dan setelah itu kau menyuruh mereka untuk melenyapkannya, kau lebih kejam dari iblis Sinta!" Sosok itu berbicara, namun hanya Sinta yang mendengar suara sosok itu.
Sinta tidak sempat bicara ia begitu ketakutan, bahkan seluruh tubuhnya kaku, jantungnya berdebar kencang.
"Kau harus membayar atas apa yang sudah kau lakukan!" Sosok itu melepaskan tangan Sinta, dan menghilang dalam kesunyian malam.
Nafas Sinta masih tersengal- sengal tidak beraturan, lidahnya nampak begitu kalut.
Malam ini tubuh Sinta kembali menggigil.
.
.
Pagi menjelang, langit gelap nampak kembali terang, udara di desa Pengasinan nampak begitu sejuk, sepagi ini Tuan Zacky akan kembali pulang kesemarang. Tuan Zacky berangkat kesemarang seorang diri, karena Bima dan Joko di tugaskan untuk menjaga Nyonya Sinta.
Sinta masih terjaga, dia tidak bisa tidur setelah kejadian malam itu. Dia masih merasa ketakutan, dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tuan Zacky sudah pergi, dan Sinta merasa sedikit lega. Dia tidak ingin Tuan Zacky tahu tentang apa yang sedang terjadi, dan dia tidak ingin Tuan Zacky berada di dekatnya ketika Ratih melakukan aksinya. Ia takut jika kejahatannya bahkan Skandal yang ia lakukan bersama kelima anak buahnya.
Sinta duduk di atas tempat tidur, dia masih merasa ketakutan. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, dan dia tidak tahu bagaimana cara menghentikan Ratih. Agar tidak terus hadir dalam mimpinya.
Sementara itu, Ratih berjalan pagi setelah selesai menancapkan paku bumi pada gerbang desa itu, tujuannya agar Sinta tidak bisa keluar dari desa selama aksi balas dendamnya.
Tettt... Tettt.... suara klakson mobil, mobil berhenti tepat di tengah jalan.
"Ratih..." Tuan Zacky berbinar saat melihat Ratih berjalan di desa itu, awalnya ia merasa salah lihat tapi setelah ia kembali memastikan dengan kacamatanya ia melihat jelas wanita itu adalah Ratih, Wanita yang terpaksa ia tingalkan karena kedua orang tuanya tidak setuju.
Tuan Zacky langsung keluar dari dalam mobilnya, menghampiri Ratih yang masih terpaku dijalan, begitupula dengan Ratih, hatinya berdebar kencang saat Tuan Zacky berjalan kearahnya.
"Duh Gusti, kenapa kita malah kembali di pertemukan." Gumam Ratih, meremas kain jariknya gugup.
"Ratih sungguhkan ini engkau? aku merasa sedang bermimpi Ratih." Ucap Tuan Zacky suaranya hampir menangis.
Ratih masih membisu ia bingung harus mengatkan apa? karena ia juga masih merasa sakit hati pada Tuan Zacky dan orang tuanya, tetapi Ratih tidak dendam akan hal itu. "Maaf Tuan, anda siapa?" Ratih pura-pura tidak. mengenali Tuan Zacky.
"Aku Zacky, kamu lupa? kita pernah berjumpa 14 tahun yang lalu dijawa barat!" Tuan Zacky tersenyum samar, hatinya sedikit berbunga, ia begitu tidak menyangka bisa kembali bertemu Ratih di desa ini, bahkan jika boleh jujur selama 14 tahun itu, Tuan Zacky masih memiliki perasaan yang sama untuk Ratih.
pelan pelan aja berbasa-basi dulu, atau siksa dulu ank buah nya itu, klo mati cpt trlalu enk buat mereka, karena mereka sangat keji sm ankmu loh. 😥