Brian Kurnia adalah laki laki dari keluarga miskin yang sedang mengambil kuliah disalah satu universitas kedokteran di kota jasin. Karena kebutuhan mendesak untuk membayar pengobatan ibunya, dia nekat melakukan rekaya kecelakaan dijalan raya. Namun naasnya dia bertemu pengendara yang salah, alih alih menginjak rem pengendara itu malah menginjak gas dalam dalam sambil menutup mata dengan kedua tangannya. dengan perasaan menyesal Brian tertabrak mobil tersebut dengan kencang. Setelah Brian ditabrak, dia tidak sadarkan diri dan dalam alam bawah sadarnya dia mendapatkan sebuah warisan jurus medis kuno. Setelah mendapatkan warisan itu dia mengetahui segala hal mengenai semua jenis ilmu pengobatan dan jurus bela diri yang luar biasa dan berhasil membuat banyak wanita suka kepada nya. Dalam perjalanannya Brian berhasil membuat namanya menjadi dikenal diseluruh dunia dengan kemampuan pengobatan dan ilmu beladirinya yang hebat. sampai suatu ketika terjadi invasi dari alam lain
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RivaniRian21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sembilan Jarum Penyelamat
“Apa? Resep Ajaib Hua Tuo tidak bisa menyembuhkan penyakit itu?”
Ekspresi Xandro tiba tiba berubah, “Sobat, kamu pasti salah. Resep Ajaib Hua Tuo tercatat di dalam buku buku kuno. Jelas ini adalah resep Ajaib, bisa digunakan untuk mengobati penyakit ganas.”
“Kalian semua salah paham,” kata Brian sembari menggelengkan kepalanya.
Bubuk opium dan Resep Ajaib Hua Tuo yang terkenal di dunia berasal dari Akademi Pengobatan Kuno, sebagai pewaris dari Akademi Pengobatan Kuno, bagaimana mungkin Brian tidak mengetahui tentang khasiat dari Resep Ajaib Hua Tuo.
Ia lanjut menjelaskan, “Memang tidak salah menggunakan Resep Ajaib Hua Tuo untuk mengobati penyakit ganas, tapi khasiat sebenarnya bukan untuk menyembuhkan penyakit, melainkan membantu pasien stadium akhir untuk menghilangkan rasa sakit.”
“Dari segi farmasi, sama saja dengan penggunaan bubuk opium, hanya saja bubuk opium digunakan untuk operasi pembedahan, sedangkan resep Ajaib Hua Tuo digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pada pasien yang kondisinya parah di stadium akhir.”
“Untuk penjelasan kasarnya, resep itu hanya untuk menghilangkan rasa sakit, yang bisa digunakan untuk berbagai penyakit, termasuk pereda nyeri untuk pasien kanker stadium akhir, resep ini jauh lebih berkhasiat dari pada obat pereda nyeri yang dikonsumsi pasien kanker saat ini, selain itu tanpa efek samping.”
“Ini…. bagaimana mungkin?”
Xandro terlihat tidak percaya, “Tidak mungkin, kalau tidak bisa menyembuhkan penyakit, kenapa dinamakan sebagai Resep Ajaib Hua Tuo?”
“Untuk pasien yang sangat kritis, seperti mereka yang menderita kanker stadium akhir seperti pankreatitis rasa sakitnya benar benar sangat sengsara,” kata Brian.
“Resep ini sangat efektif meredakan nyeri, hanya yang pernah merasakan nyeri seperti itu yang tahu khasiat dari obat ini, jadi ini disebut dengan Resep Ajaib Hua Tuo.”
“Ini…..”
Xandro benar benar terpana, resep sebelumnya tidak lengkap, sehingga dia tidak bisa menentukan kondisi dan khasiat dari obat itu, akhirnya dia salah mengartikan catatan di buku buku kuno.
Berdasarkan penjelasan Brian, khasiat obat ini juga sangat berharga.
Namun, dia menggantungkan semua harapan pada Resep Ajaib Hua Tuo ini untuk menyembuhkan teman lamanya. Karena resep ini hanya bisa menghilangkan rasa sakit dan tidak menyembuhkan penyakit, apa lagi yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan orang?
Melihat eksprasi dari Xandro yang frustasi, Brian menghibur, “Pak Xandro, kamu tidak perlu menganggapnya terlalu serius. Meskipun Resep Ajaib Hua Tuo tidak bisa menyembuhkan penyakit, masih bisa menggunakan metode yang lain.”
“Metode lain?” Tiba tiba Xandro menjadi antusias Kembali, “Sobat, bisakah kamu menyembuhkan teman lamaku?”
Brian memiliki Resep Ajaib Hua Tuo yang lengkap, yang membuktikan kehebatan gurunya, sehingga ada secercah harapan yang muncul di hati Xandro.
Brian mengangguk, “Ya.”
Xandro sangat senang mendengar itu dan berkata dengan penuh semangat, “Sobat, kamu yakin bisa menyenbuhkannya? Seberapa yakin kamu bisa menyembuhkannya?”
“Delapan puluh persen!”
Perkataan Brian sangat rendah hati, pihak lain hanyalah mengidap penyakit paru paru, yang merupakan penyakit biasa bagi pewaris Akademi Pengobatan Kuno.
Namun, Xandro sangat bersemangat, ketahuilah bahwa dia telah bekerja keras begitu lama tetapi tidak dapat menemukan obatnya sama sekali, delapan puluh persen keberhasilan merupakan angka yang tidak terbayangkan baginya saat ini.
“Bagus sekali, Sobat! Ikutlah denganku untuk mengobati teman lamaku.”
Brian mengangguk, lelaki tua ini khawatir dengan penyakit temannya ini, jelas bahwa dia adalah pria yang setia kawan, tidak masalah baginya untuk membantunya saat ini.
Xandro mengendarai Audi A6, keduanya meninggalkan Klinik Beika menuju Komplek Perumahan Grand View yang paling terkenal di Kota Jasin.
Xandro bertemu dengan Brian untuk pertama kalinya, dia tidak sepenuhnya pecaraya padanya. Alasan mengapa dia mengundangnya untuk mengobati teman lamanya ini adalah karena dia terpaksa melakukannya karena tidak ada pilihan lain lagi.
Xandro bertanya sambil mengemudi, “Sobat, metode apa yang akan kamu gunakan untuk mengobati teman lamaku ini?”
Pertanyaannya terkesan menguji, ingin melihat apakah Brian hanya membual atau tidak.
“Berdasarkan apa yang baru saja Pak Xandro katakan, metode yang paling cocok untuk kondisi saat ini adalah menggunakan Metode Akupuntur Sembilan jarum penyelamat.”
“Apa? Apa yang kamu katakan?”
Setelah mendengar kata Sembilan jarum penyelamat, tangan Xandro bergetar karena kaget, mobil pun menyimpang dari jalurnya dan hampir bertabrakan dengan sebuah truk besar yang sedang melaju berlawanan arah.
Untungnya, Brian bereaksi cepat, dia segera menjulurkan tangan untuk mendorong setir, sehingga bisa terlepas dari bahaya.
“Pak Xandro, tolong perhatikan keselamatan!”
Brian berteriak, dia merasa geli juga, orang ini sudah cukup tua, mengapa sama sekali tidak tenang.
Xandro mengerem ke sisi jalan, lalu meraih tangan Brian dan berkata, “Sobat, apa yang baru saja kamu katakan? Benar benar Sembilan jarum penyelamat?”
“Ya, apa ada masalah?”
“Ya, ampun! Kamu ternyata menguasai Sembilan jarum penyelamat, kamu tidak berbohong padaku ‘kan?”
Tidak heran juga kalau Xandro begitu bersemangat, Sembilan jarum penyelamat dikenal sebagai Teknik akupuntur yang paling menakjubkan dalam sejarah pengobatan Tiongkok, juga pernah memiliki reputasi bisa menarik Kembali roh orang yang sudah meninggal.
Menurut legenda, selama Sembilan jarum penyelamat digunakan, bahkan orang mati pun juga dapat diselamatkan, membuat kedua malaikat kematian pencabut nyawa tidak berdaya.
Brian berkata, “Tentu saja aku tidak berbohong kepada Anda, memang ada metode seperti ini dalam warisan akdemi kami.”
“Bagus, syukurlah, dengan Sembilan jarum penyelamat, nyawa temanku akhirnya bisa terselamatkan.”
Xandro sontak yakin sepenuhnya dengan Brian. Xandro menyalakan Kembali mobilnya dan melaju kencang.
Keluarga Hanata di Kota Jasin merupakan eksistensi yang dijunjung oleh semua kalangan atas di kota Jasin.
Candra Hanata sebagai kepala dari Keluaga Hanata telah meraih jasa kemiliteran yang tak terhitung jumlahnya dan merupakan salah satu dari segelintir veteran berprestasi luar biasa yang masih bertahan hingga sekarang. Dia memiliki pengaruh yang sangat kuat di Kota Jasin dan bahkan di seluruh nusantara.
Ketiga putranya juga luar biasa, putra sulung yang Bernama Tiano Hanata masuk ke kemiliteran dan berpangkat tinggi. Putra Kedua yang Bernama Topan Hanata berkecimpung dalam dunia politik, menjadi pejabat penting di Provinsi Jasin.
Putra Ketiga yang Bernama Tordy Hanata berkecimpung dalam dunia bisnis, menjadi pengusaha kaya raya.
Karena itu keluarga hanata memiliki hak untuk bersuara di seluruh Kota Jasin.
Vila keluarga Hanata adalah bangunan terbagus di Kompleks Grand View, sebuah vila dengan tiga bangunan kecil bergaya eropa di dalamnya.
Xandro jelas sangat familier dengan tempat ini, terbukti dari pengawal di depan gerbang yang tidak menghentikannya.
Setelah memasuki gerbang, seorang pria paruh baya berusia 40-an tahun menyambutnya, dia adalah putra ketiga Candra yang bernama Tordy.
“Paman Xandro, Anda sudah datang.” Tordy berkata dengan wajah sedih, “Aku baru saja mau menelpon Anda. Kondisi ayahku semakin hari semakin buruk akhir akhir ini. Cepat obati dia.”
Jangan khawatir, aku mengajak Brian datang untuk mengobati Candra hari ini.”
Xandro mengenalkan Brian kepada Tordy dan berkata, “Dr. Brian Kurnia.”
“Hah?” Tordy tampak bingung. Sebelumnya, Xandro juga sering membawa beberapa sinse terkenal untuk mendiagnosis ayahnya, tetapi semuanya adalah orang tua yang berusia diatas enam puluh tahun. Sejak kapan ada seorang sinse yang begitu muda?
Xandro mengetahui apa yang Tordy pikirkan sekarang, jadi dia berkata, “Jangan menilai Brian dari usianya, kemampuan medisnya sudah jauh lebih tinggi dari pada aku. Ayo, lihat Candra.”
Setelah memasuki bangsal, Brian melihat seorang laki laki berambut putih dan berjanggut sedang berbaring di ranjang, wajahnya kusut dan pucat, sekarang lelaki tua itu dalam keadaan koma.
Tordy berkata dengan cemas, “Paman Xandro, tolong pikirkan solusi untuk ayahku.”
Xandro memandang Brian, “Brian, tolong bantu diagnosis Chandra.”
Brian mengangguk dan berjalan menuju ranjang Chandra. Dia akan mengulurkan tangannya untuk memeriksa denyut dani ketika seseorang berteriak dari belakang, “Berhenti, jangan sentuh kakekku!”