cerita ini hanya fiktif belaka dan hanya karangan dari Author, apabila ada.kesamaan nama.dan tempat Author minta maaf. Alkisah ada seorang pemuda bernama naga lahir dari seorang ayah bernama Robert dan Ibu bernama Julia, Robert sendiri adalah seorang pengusaha suskses yang mempunyai berbagai bisnis yang berada di beberapa negara, baik Asia maupun Eropa. Dengan status sebagai anak orang kaya dan sekaligus pewaris tunggal Naga adalah anak yang sombong dan angkuh, jika Ia menginginkan sesuatu maka sesuatu itu harus bisa menjadi miliknya apapun cara nya. namun lama kelamaan kesombongan dan keangkuhan Naga mulai luntur karena satu sosok wanita yang mempunyai paras yang cantik bernama Jelita.Jelita sendiri adalah anak sulung dari 2 bersaudara pasangan dari seorang petani bernama pak Karyo dan bu ambar namun karena tekad dan keinginannya untuk membanggakan keluarga ini lah yang membuat Naga jatuh cinta kepada Jelita dan perlahan-lahan berubah menjadi orang yang jauh lebih baik lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira Sakti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENCARI SIAPA DALANG DIBALIK TEROR KATA "MENYERAH"
Malam itu, di bawah cahaya redup lampu ruang tamu, Jelita dan Bu Ambar tenggelam dalam upaya mencari jejak digital yang mungkin ditinggalkan oleh peneror. Mereka memulai dengan menelusuri nama Jelita di berbagai platform media sosial. Jari-jari Jelita dengan lincah mengetikkan nama, kata kunci, dan tagar yang relevan di berbagai platform media sosial. Sementara itu, Bu Ambar duduk di sampingnya, matanya menyipit karena lelah, namun tetap fokus mengamati setiap postingan yang muncul di layar ponsel.
Mereka memeriksa Instagram, Twitter, Facebook, dan bahkan forum-forum daring yang mungkin relevan, berharap menemukan petunjuk yang bisa mengarah pada identitas pelaku. Setiap kali menemukan postingan yang mencurigakan, mereka membukanya dan memeriksa detailnya dengan seksama.
"Lihat ini, Bu," kata Jelita dengan nada prihatin, menunjukkan sebuah komentar anonim di salah satu postingan Instagram-nya. Komentar itu berbunyi, "Jangan terlalu percaya diri, Jelita. Popularitasmu tidak akan bertahan lama."
Bu Ambar mengerutkan kening. "Ini jelas sebuah ancaman terselubung," katanya. "Kita harus mencari tahu siapa yang menulis komentar ini." Jawab Bu Ambar kepada Jelita.
Mereka mencoba melacak akun anonim tersebut, tetapi tidak berhasil. Akun itu baru dibuat beberapa hari yang lalu dan tidak memiliki informasi pribadi yang bisa diidentifikasi. Mereka merasa frustrasi, tetapi tidak menyerah.
Mereka melanjutkan pencarian mereka, mencoba mencari pola atau petunjuk lain yang bisa membantu mereka mengungkap identitas pelaku. Mereka memeriksa tagar yang sering digunakan oleh Jelita, mencari tahu siapa saja yang sering berinteraksi dengan postingannya, dan mencoba menganalisis gaya bahasa dan konten dari komentar-komentar yang mencurigakan.
Semakin lama mereka mencari, semakin banyak postingan negatif dan komentar-komentar pedas yang mereka temukan. Beberapa di antaranya bahkan berisi fitnah dan hinaan yang keji. Jelita merasa hatinya hancur membaca semua itu. Ia tidak menyangka ada orang yang begitu membencinya.
"Kenapa mereka begitu jahat, Bu?" tanya Jelita dengan suara bergetar. "Apa salahku?"
Bu Ambar memeluk Jelita erat-erat. "Kamu tidak salah apa-apa, Nak," katanya. "Mereka hanya iri dengan keberhasilanmu. Jangan biarkan kata-kata mereka menyakitimu."
Namun, Jelita tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa sakit hati. Ia merasa seperti sedang diserang dari segala arah. Ia merasa tidak aman dan tidak berdaya.
"Aku takut, Bu," kata Jelita. "Aku takut mereka akan melakukan sesuatu yang lebih buruk." Ucap Jelita kepada Bu Ambar sambil meneteskan air mata nya.
Bu Ambar mengerti ketakutan Jelita. Ia juga merasa khawatir dengan keselamatan putrinya. Ia tahu bahwa mereka harus bertindak cepat untuk menghentikan teror ini.
"Kita tidak boleh menyerah, Nak," kata Bu Ambar. "Kita harus terus mencari bukti dan mengungkap kebenaran. Ibu yakin, kita akan menemukan cara untuk menghentikan mereka."
Setelah berjam-jam mencari, mereka akhirnya menemukan sebuah petunjuk yang menjanjikan. Mereka menemukan sebuah akun anonim yang sering memposting komentar-komentar negatif tentang Jelita. Akun itu menggunakan foto profil palsu dan tidak memiliki informasi pribadi yang bisa diidentifikasi. Namun, mereka menemukan bahwa akun itu sering berinteraksi dengan beberapa teman sekelas Jelita.
"Lihat ini, Bu," kata Jelita dengan nada bersemangat. "Akun ini sering berinteraksi dengan Rina dan beberapa teman lainnya. Mungkin mereka tahu sesuatu tentang siapa yang meneror aku."
Bu Ambar mengangguk setuju. "Ini bisa jadi petunjuk yang penting," katanya. "Besok, kamu harus mencoba berbicara dengan teman-temanmu dan mencari tahu apa yang mereka ketahui." Perintah Bu Ambar kepada Jelita.
Jelita merasa ragu-ragu. Ia takut teman-temannya akan menolak untuk berbicara dengannya atau bahkan mengkhianatinya.
"Aku tidak yakin, Bu," kata Jelita. "Beberapa temanku menjauhiku belakangan ini. Aku takut mereka tidak mau membantu." Jelas Jelita kepada Bu Ambar.
"Tidak ada salahnya mencoba, Nak," kata Bu Ambar. "Siapa tahu ada yang masih peduli padamu dan mau membantu kita mengungkap kebenaran."
Jelita menghela napas panjang. Ia tahu bahwa ia harus mencoba segala cara untuk membuktikan bahwa Naga bersalah.
"Baiklah, Bu," kata Jelita. "Besok, aku akan mencoba berbicara dengan teman-temanku. Aku akan mencoba mencari tahu apa yang mereka ketahui tentang semua ini."
Bu Ambar merasa khawatir dengan rencana Jelita. Ia takut jika Jelita berbicara dengan teman-temannya, situasi akan menjadi lebih buruk.
"Hati-hati, Nak," kata Bu Ambar. "Jangan terlalu percaya pada siapa pun. Kita tidak tahu siapa yang bisa kita percayai."
Jelita mengangguk setuju. Ia tahu bahwa ia harus sangat berhati-hati dalam bertindak. Ia memeluk ibunya erat-erat dan berbisik, "Terima kasih, Bu. Aku sayang Ibu."