NovelToon NovelToon
Tears Of Loss

Tears Of Loss

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Duda / Cintapertama
Popularitas:223
Nilai: 5
Nama Author: HM_14

Setelah Lita putus asa mencari keberadaan Tian, suaminya yang tidak pulang tanpa kabar, Lita tidak tahu harus kemana dan bagaimana agar bisa mencukupi kebutuhan hidup karena tidak bisa bekerja dalam kondisi hamil, tetapi juga tidak bisa melihat anak sulungnya kelaparan.

Di ujung keputusasaan, Lita bertemu Adrian, pria yang sangat ia takuti karena rasa sakit dan kekecewaan di masa lalu hingga membuatnya tidak mau bertemu lagi. Tetapi, Adrian justru bahagia bisa bertemu kembali dengan wanita yang bertahun-tahun ia cari karena masih sangat mencintainya.

Adrian berharap pertemuan ini bisa membuat ia dan Lita kembali menjalin hubungan yang dulu berakhir tanpa sebab, sehingga ia memutuskan untuk mendekati Lita.

Namun, apa yang Adrian pikirkan ternyata tidak seindah dengan apa yang terjadi ketika mengetahui Lita sudah bersuami dan sedang mencari keberadaan suaminya.

"Lita, jika aku harus menjadi suami ke-duamu, aku akan lakukan, asalkan aku bisa tetap bersamamu," ucap Adrian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HM_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Obrolan Dava Dan Adrian

Adrian tersenyum sinis, menertawakan pikirannya sendiri yang tiba-tiba teringat Lita hanya karena melihat wajah seorang anak kecil yang tidak ada hubungannya dengan Lita.

"Bagaimana bisa aku mengingat Lita hanya karena melihat wajah bimbang anak ini?" ucap Adrian dalam hati sambil menggelengkan kepala karena heran pada pikirannya sendiri.

Adrian masih ingin menggoda anak yang baru saja ia temui, karena, entah kenapa ia merasa nyaman menggoda dan melihat wajah yang sedang berpikir, hingga lupa bahwa ia sedang dalam perjalanan ke rumah sakit untuk bekerja.

"Kenapa kamu tidak menjawab? Apa ibu dan ayahmu berbohong tentang penculik?"tunduh Adrian, bergurau.

Tentu saja Dava tidak terima dua orang yang ia cintai dibilang pembohong, sehingga ia melayangkan protes untuk membela kedua orang tuanya. "Tidak, Om, Mama dan Ayahku tidak pernah berbohong!"

"Bagaimana kamu bisa begitu yakin?"

"Karena ibu dan ayahku bilang kalau mereka berbohong, keluarga monster akan datang dan menghisap darah mereka," jawab Dava, polos.

Adrian mengerutkan kening penasaran dengan jawaban Dava, yang ia yakini sebagai kebohongan yang diucapkan orang tuanya untuk menakut-nakuti. "Anak sekecil ini sudah ditakuti-takuti hal yang tidak ada. Apa kedua orang tuanya tidak pernah berpikir anaknya akan menjadi penakut jika terus dibohongi hal menakutkan?" pikirnya menyalahkan kedua orang tua Dava lalu kembali bertanya. "Siapa keluarga monster itu?"

"Mamaku bilang keluarga monster itu adalah keluarga jahat yang banyak dibenci orang, karena mereka suka berbohong, marah, dan memukul siapa pun. Jadi mereka akan mencari orang yang suka berbohong, jahat, marah, dan suka memukul untuk menghisap darah mereka sampai kering, kemudian mengaduk isi perut mereka untuk dimasak. Mama dan Ayahku belum pernah dihisap darahnya, karena mereka tidak pernah berbohong," jawab Dava, antusias.

Adrian tersenyum manis melihat wajah antusias Dava saat membela orang tuanya.

"Di mana keluarga monster itu? Apa mereka punya rumah?" tanya Adrian lagi.

"Rumah mereka dekat tempat ayahku bekerja, tapi mereka sering berkeliling mencari orang untuk dihisap darahnya."

Kruuuuuuuk

Tiba-tiba, perut Dava berbunyi, menandakan ia butuh makan, hingga membuat Adrian yang ingin bertanya lagi, malah tersenyum, sedangkan si pemilik perut tidak menunjukkan ekspresi apa pun karena tidak menganggap bunyi perut sebagai hal yang memalukan. Bahkan, Dava sendiri tidak tahu bahwa perut yang berbunyi menandakan ia sedang lapar.

"Apa kamu lapar?" tanya Adrian.

Dava menggelengkan kepala lagi sebagai jawaban. Tatapannya langsung dipenuhi ketakutan begitu mendengar pertanyaan Adrian yang ia pikir Adrian akan memberinya makanan beracun.

Adrian tersenyum lagi dan mengusap kepala Dava untuk menenangkan. "Bukankah kamu baru saja mengatakan bahwa orang yang suka berbohong akan datangi keluarga monster?"

Dava diam karena baru menyadari bahwa dia telah berbohong.

"Apa kamu lapar?" Adrian sengaja mengulang pertanyaan itu agar kali ini Dava bisa menjawab dengan jujur.

Dava mengangguk perlahan karena takut berbohong, tapi jika jujur, ia takut Adrian akan memberinya makanan beracun.

"Mengapa kamu berbohong tadi?"

Dava menunduk karena tidak tahu harus menjawab apa.

"Apakah kamu ingin aku membelikan makanan?" Adrian menawarkan dengan tulus.

Tentu saja, tawaran Adrian membuat Dava semakin yakin bahwa dia akan diracuni, jadi dia memilih untuk perlahan berdiri dan meninggalkan Adrian karena tidak ingin berbicara dengannya lagi. Meskipun luka di lutut masih sangat sakit, tapi ketakutannya pada Adrian membuat ia memilih untuk menahan rasa sakit itu daripada diracuni dan diculik.

Adrian dengan cepat membantu Dava berdiri dengan memegang kedua lengannya karena tidak tega melihat ekspresi dan gerakan lambat yang menunjukkan Dava sedang menahan rasa sakit.

"Kamu mau pergi ke mana?" tanya Adrian tanpa melepaskan pegangannya pada lengan Dava saat dia mulai berjalan pergi.

Dava memilih tidak menjawab dan terus berjalan sambil menahan rasa sakit hingga ia berhasil melepaskan diri dari pegangan Adrian.

Adrian membiarkan Dava pergi karena ia merasa sedikit kecewa niat baiknya diabaikan.

"Dia seperti takut sekali denganku. Apa wajahku terlihat seperti seorang penjahat sampai anak kecil saja takut denganku?" gumam Adrian.

Namun, entah mengapa, Adrian tidak bisa melepaskan pandangan dari Dava meskipun ia sedikit kecewa pada anak itu karena menolak pertolongannya maka, ketika melihat Dava berjalan semakin jauh dengan pincang, ia merasa semakin kasihan padanya.

Dava terus berjalan sambil menahan tangis ketakutannya dan tangis karena rasa sakit di lutut. "Ayah, jemput aku," ucapnya sambil mengusap air mata.

Ketika melihat tangan kanan Dava terangkat untuk mengusap wajahnya, Adrian yakin bahwa Dava sedang menangis, hingga ia terpaksa mengikuti Dava.

Adrian masuk ke mobil dan dengan cepat mengambil kotak obat, lalu berjalan cepat mengikuti Dava karena ia ingin membantu tanpa banyak bicara lagi agar Dava yakin ia bukan orang jahat.

"Tunggu! Biarkan aku mengobati lukamu dulu," kata Adrian sambil berjongkok di depan Dava dengan satu lutut menyentuh trotoar.

Dava berhenti berjalan dan mundur dari Adrian karena yakin Adrian akan mengeluarkan racun dari kotak kecil yang dibawanya.

"Jangan, Om!" larang Dava ketakutan saat melihat Adrian membuka kotak kecil di tangannya.

Melihat wajah Dava semakin ketakutan, Adrian tersenyum manis, berharap senyumnya dapat menenangkan anak itu, lalu mengeluarkan obat untuk luka.

"Tenang, ya," kata Adrian sambil membuka tutup botol obat untuk luka.

Dava mundur lagi saat melihat Adrian mengeluarkan botol kecil.

Dava tiba-tiba teringat kata-kata Lita, yang menyuruhnya berteriak jika ada orang asing yang mencoba menyakitinya agar ia bisa meminta bantuan orang dewasa.

"Tolong!! Ada yang mau menculikku!" teriak Dava.

Mendengar teriakan Dava, Adrian sama sekali tidak panik karena yakin tidak ada yang akan mendengar suara anak kecil itu sebab tidak ada orang yang lewat kecuali kendaraan.

Adrian menarik napas dalam-dalam, berusaha bersabar dengan kepanikan anak yang ingin ia bantu, hingga hatinya mendesis kesal, "Huuuuuuuuh. Semalam Lita berteriak saat melihatku, sekarang anak ini juga berteriak saat melihatku. Apa ketampanan terlihat seperti wajah penjahat?"

"Tolong!!!" Dava berteriak lagi karena Adrian masih ada di depannya.

"Tol—"

"Berhenti!" Adrian menyela saat melihat mulut Dava terbuka untuk berteriak lagi. "Siapa namamu?" tanyanya.

Dava menggelengkan kepalanya dengan takut karena tidak ingin memberitahu namanya.

Sekali lagi, Adrian teringat kenangannya dengan Lita ketika melihat Dava merespons dengan cara yang persis sama seperti Lita saat dia menanyakan namanya pada pertemuan pertama mereka.

Saat itu, Adrian terkejut melihat seorang gadis tengah malam ada di dapurnya ketika ia bangun dari tidur untuk mengambil minum.

Lita yang sedang menuangkan air untuk minum langsung berlari pergi saat melihat ada orang lain di dapur, yang ia yakini sebagai salah satu penghuni rumah.

Melihat wanita itu hendak pergi, Adrian dengan cepat menarik lengannya sambil menatap kesal

"Siapa kamu? Apakah kamu ingin mencuri di sini?" tuduh Adrian marah.

"Maaf, Tuan," jawab Lita takut-takut.

"Apa yang kamu lakukan di dapurku?"

"Aku hanya ingin minum?"

"Bohong!" bentak Adrian.

"Aku tidak berbohong."

"Dari mana kamu datang?"

Lita menunjuk ke pintu dapur dengan satu tangan sebagai jawabannya.

"Siapa namamu?"

Lita tidak ingin Adrian mengetahui namanya karena takut Adrian akan melaporkannya kepada penghuni rumah lainnya, jadi ia menjawab dengan menggelengkan kepala tanpa melepaskan tatapan takutnya.

"Kenapa kamu tidak mau memberitahu namamu?"

"Tuan, tolong biarkan aku pergi. Aku takut ada yang melihat kita di sini lalu salah paham," pinta Lita memohon.

"Kamu berada di dapurku di tengah malam saja sudah membuatku salah paham."

"Aku tidak melakukan apa-apa selain minum, Tuan."

"Yang ingin aku tahu bukan hanya apa yang kamu lakukan di sini, tapi juga bagaimana kamu bisa masuk ke rumah ini dan siapa namamu?"

Lita teringat kata-kata ibunya yang melarang berinteraksi atau berkomunikasi terlalu banyak dengan anak-anak pemilik rumah, hingga ia terpaksa menarik tangan Adrian dari lengannya lalu menggigit sekeras mungkin.

1
AcidFace
Tidak sabar lanjut baca
Hoa xương rồng
Serius, ceritanya bikin aku baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!