Lina adalah pewaris kekuatan supranatural Dorong & Tarik yang hebat, sebuah energi kinetik yang hanya mengalir di garis keturunan perempuan keluarganya. Jika Lina fokus, ia bisa memindahkan truk. Tapi karena ia ceroboh, ia lebih sering menghancurkan perabotan rumah, membuat Ayah dan adiknya, Rio, selalu waspada.
Kekuatan yang harus ia sembunyikan itu, ia gunakan secara terlalu ikhlas untuk membantu seorang kakek mendorong gerobak rongsokan, yang menyebabkannya melesat kencang di jalanan.
Insiden konyol ini ternyata disaksikan oleh CEO Aris, seorang pebisnis jenius nan tampan yang sedang diburu musuh misterius. Aris langsung terobsesi dan merekrut, apa yang terjadi di kehidupan lina Bersiaplah mengikuti drama komedi supranatural ini.lerstgooo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9,Satu selimut dengan pak ceo
Lina berdiri di ambang kamar tidur utama Aris. Ruangan itu didominasi warna gelap dan minimalis, dengan jendela kaca setinggi langit-langit yang menawarkan pemandangan kota. Tempat tidur king size-nya tampak begitu mewah—dan sangat intim.
“Tuan Aris, ini ide gila,” bisik Lina, mencoba menjaga suaranya tetap formal meskipun jantungnya berdetak tidak karuan.
Aris sedang sibuk mengaktifkan beberapa panel di dinding yang menampilkan pemindaian termal. “Ini bukan ide gila, Lina. Ini survival. Kamar ini dilapisi titanium dan memiliki lapisan anti-kinetik yang kusimpan di balik panel kayu. Jika mereka menyerang lagi, ini satu-satunya tempat yang tidak bisa mereka tembus.”
Lina menghela napas. Dia tahu Aris benar, tetapi tidur sekamar dengan pria yang baru beberapa hari ini ia kenal—pria yang memiliki chemistry mematikan—adalah risiko emosional yang jauh lebih besar daripada risiko fisik.
“Baiklah, tapi kita perlu Aturan Tambahan Darurat,” tuntut Lina, mengambil bantal dan memukul kasur dengan keras di tengah. “Ini Batas Aman Kinetik. Anda di sisi sana, saya di sisi sini. Jika Anda melewati garis ini, saya akan pastikan Anda terbangun di planet Mars.”
Aris tertawa renyah, tawa yang membuat Lina sedikit bergidik. “Aku menghargai usahamu, Lina. Tapi kau lupa Aturan Radius Aman-ku. 10 sentimeter.”
“Sepuluh sentimeter?!” Lina memekik.
“Ya. Musuh sangat canggih. Jika kita tidak berada dalam jarak sentuh, Anda tidak bisa menggunakan Dorong & Tarik untuk melindungiku jika aku diserang dalam tidur. Itu melanggar Kontrak Bodyguard,” jelas Aris, matanya serius, tetapi ada sedikit flirting di dalamnya.
Lina merengut. Aris selalu punya alasan logis untuk setiap langkah intimnya. Permainan tarik ulur chemistry Aris memang sangat efektif.
Lina berganti pakaian dengan baju tidur oversize miliknya di kamar mandi. Ketika ia kembali, Aris sudah berbaring di tempat tidur, hanya mengenakan celana training—menampilkan fisiknya yang atletis.
Lina langsung memalingkan wajah, jantungnya berpacu lebih kencang. Ia memposisikan dirinya di tepi kasur, seolah-olah ia bisa jatuh dari tebing kapan saja.
II. Komedi Tengah Malam dan Snack Kinetik
Keheningan malam itu terasa tegang. Lina berusaha keras tidur, tetapi ia terlalu sadar akan keberadaan Aris di sebelahnya—hanya dipisahkan oleh 'Batas Aman Kinetik' yang tak terlihat dan janji 10 sentimeter.
Tiba-tiba, perut Lina berbunyi nyaring. GRUUUUUK!
Lina menutup mulutnya dengan malu. Ia lupa makan malam dengan benar karena panik.
Aris terkekeh di sampingnya. “Bodyguard saya kelaparan. Itu melanggar Aturan Jaga Diri.”
“Diam, Tuan Aris! Saya malu!” bisik Lina.
“Tidak perlu malu. Aku juga lapar,” kata Aris, santai. Ia menunjuk ke meja di ujung ruangan, di mana ada toples kaca berisi keripik kentang kesukaan Lina (yang ia bawa dari rumah).
“Lina, gunakan skill yang sudah kita latih tadi. Mode Sentuhan Kinetik.”
Lina menatap Aris. Lagi-lagi ia memintaku menggunakan kekuatan untuk hal sepele. Tapi ia lapar.
Lina memfokuskan Dorong & Tarik-nya pada toples keripik itu. SRK! Toples itu terbang melintasi ruangan, mendarat mulus di atas selimut, tepat di antara mereka.
Lina dan Aris saling pandang, lalu tersenyum lebar. Momen keakraban yang lucu ini melucuti ketegangan mereka.
Mereka berbagi keripik kentang di tengah kegelapan, saling berbisik tentang hal-hal konyol, seperti apakah squishy alpukat yang selamat dari latihan tadi sudah tidur nyenyak. Lina melupakan sejenak bahwa pria di sampingnya adalah CEO dingin yang sedang diincar.
Tepat saat Lina merasa kantuk, ia merasakan pergerakan. Aris berbalik, wajahnya kini sangat dekat dengannya. Jarak di antara mereka kini hanya sekitar 5 sentimeter—melanggar Aturan 10 Sentimeter Lina.
Lina menahan napas. Ia bisa merasakan kehangatan napas Aris di keningnya. Chemistry itu memuncak, bercampur dengan bahaya.
“Tuan Aris,” bisik Lina, suaranya serak. “Anda melanggar Aturan 10 Sentimeter.”
Aris membuka matanya, matanya menatap mata Lina dalam kegelapan. Tatapan itu terasa menusuk, dalam, dan penuh makna.
“Aku tidak bisa tidur, Lina,” bisik Aris. “Aku memikirkan mereka. Aku memikirkan apa yang mereka inginkan darimu. Aku memikirkan... betapa hebatnya kau tadi malam.”
Aris mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Lina. Kali ini, sentuhan itu bukan untuk menenangkan air mata, melainkan sentuhan yang disengaja dan dipenuhi chemistry tersembunyi.
Tangan Aris yang hangat di pipinya mengirimkan gelombang listrik ke seluruh tubuh Lina. Emosi Lina memuncak. Panik, gembira, dan takut.
Tiba-tiba, kekuatan kinetik Lina bereaksi liar terhadap emosi yang kuat itu. Bukan Dorong. Bukan Tarik. Melainkan Sebuah Gelombang Kejut Panik.
WUUUSSHH!
Aris tidak terdorong keluar jendela. Tetapi Aris terlempar dari kasur dengan suara yang keras, mendarat di karpet mewah di lantai.
Lina langsung panik, terduduk tegak. “ASTAGA! Tuan Aris! Anda baik-baik saja?!”
Aris mengerang di lantai. Ia mencoba bangkit, mengusap kepalanya. “Aku… aku baik-baik saja, Lina. Tapi sepertinya Kontak Fisik Tidak Diperlukan adalah aturan yang harus kau patuhi dengan sangat ketat!”
Lina buru-buru melompat dari kasur, memeriksa kondisi Aris. Momen lucu yang menggemaskan—CEO tampan tergeletak di lantai karena mood swing kinetik bodyguard-nya.
Tepat saat Aris berhasil berdiri, alarm pengaman di kamar itu berbunyi nyaring. Lampu merah berkedip-kedip.
“Mereka datang lagi,” kata Aris, wajahnya langsung dingin. “Dari atas.”
Lina memandang ke atas, ke langit-langit penthouse kaca itu. Di sana, terlihat siluet samar-samar yang tergantung menggunakan tali. Musuh sudah ada di rooftop!
Aris menarik Lina ke arah vault tersembunyi di balik lukisan. “Mereka tidak bisa menembus kamar ini, tapi mereka bisa mencoba memotong listrik dan oksigen. Mereka tahu aku tidak bisa lari.”
“Aku harus keluar!” seru Lina. “Aku bisa mendorong mereka jatuh!”
“Tidak! Itu bunuh diri! Kita harus tetap di dalam kamar!”
Aris memeluk Lina erat-erat, menariknya masuk ke dalam vault kecil yang tersembunyi itu. Pelukan itu erat, nyata, dan protektif. Kali ini, tidak ada lagi Batas Aman Kinetik—mereka sepenuhnya bersentuhan, berbagi ketakutan yang sama.
“Kita terkunci di sini,” bisik Aris, suaranya berat.
Lina menyadari bahwa di ruang sempit dan gelap itu, ia tidak hanya bersembunyi dari musuh, tetapi juga bersembunyi di dalam pelukan pria yang kini menjadi alasan ia mempertaruhkan segalanya.
“Jangan takut, Lina. Aku di sini. Dan kau yang terkuat,” bisik Aris di telinga Lina.
Di luar vault, terdengar suara besi bergeser di langit-langit kamar mereka. Musuh berusaha masuk. Lina memejamkan mata, memeluk Aris kembali, siap menghadapi apa pun—selama mereka bersama.