NovelToon NovelToon
DULU AKU DITINGGALKAN, KINI DISAYANG SULTAN

DULU AKU DITINGGALKAN, KINI DISAYANG SULTAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Karir / CEO / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:18.3k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

Ketika cinta berubah menjadi luka, dan keluarga sendiri menjadi pengkhianat. Dela kehilangan segalanya di hari yang seharusnya menjadi miliknya cinta, kepercayaan, bahkan harga diri.
Namun dalam keputusasaan, Tuhan mempertemukannya dengan sosok misterius yang kelak menjadi penyelamat sekaligus takdir barunya. Tapi apakah Dela siap membuka hati lagi, ketika dunia justru menuduhnya melakukan dosa yang tak pernah ia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 06 Rezeki Gak Disangka-Sangka

Akhirnya Dela membeli dua bungkus nasi buat sarapan dia dan Bapaknya. Kasihan kalau Bapaknya tidak makan apalagi harus minum obat pagi ini. Dengan langkah pelan, Dela membawa nasi bungkus itu pulang, menahan rasa perih di kakinya yang masih sakit akibat kecelakaan semalam.

Di warung tadi, beberapa orang sempat menatapnya penuh rasa bersalah. Banyak yang datang menghampiri Dela, meminta maaf karena telah salah paham. Mereka kini tau bahwa Dela benar-benar mengalami kecelakaan, bukan seperti rumor buruk yang sempat tersebar.

Sekarang warga sudah mulai percaya. Mereka menatap Dela dengan pandangan berbeda bukan lagi curiga, tapi iba. Dela hanya tersenyum kecil dan mengucapkan.

“Gak apa-apa Bu yang penting sekarang semuanya sudah jelas.” Meskipun hatinya masih terasa perih diingat-ingat, Dela memilih memaafkan, karena bagi dia, dendam tidak akan memperbaiki keadaan.

Setelah selesai menyantap sarapan bersama Bapaknya, Dela berdiri perlahan dan berjalan tertatih menuju dapur. Ia hendak memasak seperti permintaan Ibunya tapi setiap langkah terasa berat. Luka di kakinya membuatnya tak bisa bergerak leluasa.

Napasnya sesekali terdengar terengah karena menahan sakit tangannya gemetar sedikit saat mengupas bawang. Cukup lama Dela berkutat di dapur hingga Rena ibunya pulang dari pasar, Dela masih juga belum selesai. Suara pintu dibuka dengan keras, lalu terdengar langkah cepat Rena menuju dapur.

“Ya ampun Dela, kamu dari tadi ngapain aja sih? Ibu dari pasar udah balik masakan kok belum kelar juga?” Serunya dengan nada tinggi.

Dela terdiam ia tau Ibunya akan marah. Rena meletakkan tas belanjaan dengan kasar di meja, matanya langsung menatap Dela tajam.

“Kamu itu masih harus bikin kue juga loh, ingat kalau hari ini kamu gak kerja, besok kita gak ada pemasukan masa kamu lupa?” Omelnya dengan nada menyindir.

“Maaf Bu, kaki Dela masih sakit, jadi kerjanya agak lambat Dela udah berusaha kok.” Jawab Dela pelan.

“Halah alasan aja kamu itu, masak beginian aja lama banget dari tadi cuma kupas bumbu doang? Kamu itu kerja kayak keong!” Cibir Rena dengan nada tajam.

Dela menunduk hatinya terasa nyeri mendengar kata-kata ibunya sendiri. “Tadi kan Dela udah bilang Bu kaki Dela sakit jadi belum bisa maksimal. Lagian Tika sama Eka kan udah besar mereka bisa cari makan sendiri dulu.”

“Heh amu ini seenaknya aja ngomong Tika sama Eka itu udah capek kerja seharian, pulang-pulang kalau gak ada makanan kasihan mereka. Mereka butuh makanan bergizi biar otaknya pintar bukan cuma nasi dingin sisa kemarin!” Rena menatapnya tajam.

Dela diam ia tau kalau membantah hanya akan memperpanjang pertengkaran. Dalam hati, ia menahan air mata ia merasa seperti pembantu di rumahnya sendiri. Hampir semua pekerjaan rumah selalu ia yang kerjakan.

Ibunya kadang hanya membantu sedikit itu pun kalau mood-nya sedang baik. Dela juga harus membuat kue setiap hari untuk dijual ke toko-toko agar ada uang masuk. Tapi seberapa pun kerasnya Dela berusaha, ibunya tetap tak pernah melihatnya dengan kasih.

Dela hanya berharap, suatu hari nanti ibunya bisa menyayanginya seperti menyayangi Tika dan Eka. Ia ingin sekali saja ibunya memeluknya dan berkata bahwa ia bangga padanya dengan langkah tertatih, Dela membuka kulkas untuk mengambil bahan masakan. Tapi belum sempat ia ambil semuanya, Rena datang dan langsung merebut bahan-bahan itu dari tangannya.

“Aduh kelamaan kamu tuh sini biar Ibu aja yang masak. Kamu mendingan bikin kue udah jam berapa sekarang? Nanti keburu pelanggan kabur!”

Rena langsung menyingkirkan Dela dari dapur. Sementara Surya ayah Dela, yang kamarnya berada di samping dapur mendengar semuanya. Ia batuk pelan uhuk… uhuk… tanda penyakitnya kambuh.

Dalam hati Surya merasa iba kepada putrinya ia tau sejak kecil istrinya memang sering membeda-bedakan anak-anaknya Dela selalu disisihkan. Surya ingin membela Dela tapi kondisi tubuhnya yang lemah membuatnya hanya bisa berbaring dan menahan diri. Akhirnya, hari itu pun Dela tetap bekerja keras seperti biasa. Setelah kuenya selesai dibuat, Rena menyuruhnya mengantarkan kue-kue itu ke toko-toko.

“Udah sana kamu antarkan biar dapet uang jangan kelamaan!” Titah Rena.

Dela hanya mengangguk mau protes pun percuma. Yang ada ibunya malah marah besar. Tapi sebelum Dela sempat berangkat suara seseorang memanggil dari depan rumah.

“Loh mau ke mana kamu Dela?” Tanya Arsen suaminya, yang tiba-tiba pulang lebih awal.

Rena yang mendengar itu langsung menimpali, “Kebetulan kamu pulang nih kamu anterin istri kamu nganter kue-kue ini ke toko biar dapet duit!”

“Tapi Bu Dela kan lagi sakit,” ujar Arsen dengan sopan.

Rena langsung melotot. “Ya ampun Arsen kamu ini baru jadi menantu udah berani bantah Ibu? Kalau Ibu nyuruh ya nurut aja lagian kamu ikut makan di rumah ini kan? Masa gak bantu apa-apa mana gak pernah kasih uang lagi sadar diri dong Nak!”

Dela langsung menatap suaminya khawatir. “Udah Mas. Biar Dela aja yang nganter Mas istirahat aja.”

Tapi Arsen menggeleng. “Ya sudah biar aku aja yang nganter. Kamu istirahat aja Dela kaki kamu belum sembuh.”

“Emangnya kamu tau toko mana aja yang harus disetorin kuenya?” Tanya Dela ragu.

“Kamu tulis aja alamatnya nanti aku yang nganterin,” jawab Arsen mantap ia langsung mengambil kue-kue dari tangan Dela.

Rena hanya berdecak. “Awas aja kalau kamu gak becus pokoknya kamu pulang harus bawa uang kalau gak awas aja!”

“Iya Bu beres,” jawab Arsen singkat.

Ia pun berangkat, membawa kue-kue jualan Dela dengan motor tuanya. Beberapa jam kemudian, Arsen pulang sambil membawa banyak makanan. Pikirnya, Dela pasti lelah dan kakinya masih sakit, jadi lebih baik ia beli makanan siap saji. Rena yang melihatnya langsung berdiri di depan pintu.

“Ayo mana uangnya?” Tanyanya sambil menengadahkan tangan.

“Bu sabar dulu. Mas Arsen baru aja sampai,” tegur Dela pelan.

Arsen pun tersenyum kecil, lalu mengeluarkan uang dari saku celananya. Ia menyerahkan beberapa lembar uang merah kepada ibu mertuanya. Seketika mata Rena langsung berbinar uang itu banyak lebih dari biasanya.

“Tumben dapetnya banyak gini?” Tanyanya curiga.

“Iya Mas. Kok bisa dapet satu juta? Biasanya kan paling lima ratus ribu,” kata Dela heran.

Ia tau betul, hasil penjualan kuenya tak pernah sebanyak itu. Arsen hanya tersenyum.

“Mungkin kue kamu lagi laris hari ini Dela. Rezeki gak disangka-sangka.”

Dela mengernyitkan dahi dalam hati ia tau perhitungan itu gak masuk akal. Tapi ia diam saja. Toh, uangnya sudah di tangan Ibunya. Rena malah tambah senang, karena bisa pegang uang banyak.

“Ya udah yang penting hasilnya banyak gak usah banyak tanya,” ujarnya sambil menaruh uang itu di toples.

“Owh iya kamu bawa apa itu?” Tanya Rena saat melihat Arsen membawa bungkusan plastik besar.

“Iya Bu ini Arsen beli makanan buat kita. Kasihan Dela kalau harus masak kakinya kan masih sakit,” jawab Arsen sambil memberikan bungkusan itu pada Dela.

Rena langsung mencibir. “Halah cuma sakit begitu aja manja Dela itu udah biasa kerja di dapur. Lagian kamu kerja jadi kuli aja sok gaya beli makanan di luar segala apa gak boros tuh namanya?” Ocehnya panjang lebar.

Dela menunduk, menahan air mata. Ia tau Ibunya memang selalu mencari alasan untuk menyalahkannya. Arsen cuma tersenyum kecut.

“Gak apa-apa Bu. Sekali-sekali kan boleh biar Dela gak terlalu capek.”

Rena pura-pura tersenyum. Tapi begitu melihat isi bungkusan itu lumayan banyak ia tidak menyajikan semuanya di meja makan.

“Ini cukup buat makan siang. Sisanya Ibu simpan buat makan malam nanti,” ujarnya seolah mengatur strategi hemat versi dirinya sendiri.

“Iya gak apa-apa Bu,” balas Arsen dengan sabar.

Mereka pun makan bersama. Dela mengambil piring dan menuangkan nasi untuk suaminya. Tapi saat Dela hendak mengambil lauk lebih banyak, Rena langsung menegur, “Udah ngambil lauk secukupnya aja jangan kebanyakan.”

Dela kaget tangannya langsung berhenti. Ia ingin mengambil ayam bakar tapi akhirnya mengurungkan niat. Arsen menatap istrinya iba lalu berkata pelan, “Udah Bu biarin aja. Kalau kurang nanti kita beli lagi gak apa-apa kok.”

“Kamu ini ngomong enteng banget, emang berapa sih gaji kamu jadi kuli bangunan? Uang segitu aja udah dihambur-hamburin. Mending ditabung buat beli motor. Motor kamu aja udah kayak rongsokan gak malu apa? Jangan besar pas makan doang!” Potong Rena cepat. “

Arsen hanya diam, menunduk, mencoba tetap sabar. Dela menatapnya dengan sedih, hatinya perih melihat suaminya diperlakukan seperti itu. Ia tau Arsen berusaha keras untuknya untuk keluarga ini.

Tapi di rumah ini baik dirinya maupun Arsen seolah tidak pernah dianggap dan di tengah makan siang yang hening itu, hanya suara sendok dan piring yang bersahut-sahutan. Dalam hati kecilnya, Dela berdoa lirih semoga suatu hari nanti, kehidupannya berubah. Semoga ada waktu di mana dirinya bisa tersenyum tanpa takut, tanpa rasa bersalah, dan tanpa harus menanggung semua luka sendirian.

1
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
rajinin up nya thor, aku selalu nungguin up mu
TikaTiku
karya yang luar biasa
Nur Hafidah
Beruntung sekali pak surya bisa tinggal sama arsen,tidak ada yang suka marah-marah lagi
Nur Hafidah
wah kalau tika tahu langsung setruk kali ya 😄
Nur Hafidah
kalau aku jadi dela aih,sudah dari dulu keluar rumah,ngapain bela- belain tunggal dirumah orang tua,kalau hanya dijadikan babu dan dihina
Nur Hafidah
Tika malu lah ya masa nggak sih,sudah penampilan paripurna,belanja tidak bisa bayar
Nur Hafidah
Tika belum tahu saja siapa arsen,kalau sudah tahu bisa pingsan dia
Nur Hafidah
Ternyata arsen tajir mlintir,bagaimana kalau ibu dan saudara Dela tahu ya,bisa- bisa kena sawan 😄
Nur Hafidah
jangan lemah kenapa del,cintailah diri sendiri,jangan mau selalu diremehkan
Nur Hafidah
Kasihan sekali si dela dari kecil selalu dikucilkan,ada ya seorang ibu pilih kasih kaya gitu
Nur Hafidah
sabar ya dela ,suatu saat pasti kamu jadi orang sukses
Nur Hafidah
Semoga memang berjodoh ya dela sama arsen
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
asli gak undangannya..??
Dilla Fadilla
lajutt Thor
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
kalo mau ikutan ya sono, itu juga kalo ditrima
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
amel gakan nyangka punya besan dari kalangan menengah
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
sayangnya mereka gada hubungan darah, jd gada cipratan harta arsen buat refan 😂
Aulelie Aulelie
dasar nenek lampir😁😁😁😁😁
༄༅⃟𝐐.𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
kurang iihh thor
Himna Mohamad
lanjut thoor👍👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!