NovelToon NovelToon
Tiba-tiba Jadi Istri Rival

Tiba-tiba Jadi Istri Rival

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Romantis / Time Travel / Enemy to Lovers / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: zwilight

Saat membuka mata, Anala tiba-tiba menjadi seorang ibu dan istri dari Elliot—rivalnya semasa sekolah. Yang lebih mengejutkan, ia dikenal sebagai istri yang bengis, dingin, dan penuh amarah.

"Apa yang terjadi? bukannya aku baru saja lulus sekolah? kenapa tiba-tiba sudah menjadi seorang ibu?"

Ingatannya berhenti disaat ia masih berusia 18 tahun. Namun kenyataannya, saat ini ia sudah berusia 28 tahun. Artinya 10 tahun berlalu tanpa ia ingat satupun momennya.

Haruskah Anala hidup dengan melanjutkan peran lamanya sebagai istri yang dingin dan ibu yang tidak peduli pada anaknya?
atau justru memilih hidup baru dengan menjadi istri yang penyayang dan ibu yang hangat untuk Nathael?

ikuti kisah Anala, Elliot dan anak mereka Nathael dalam kisah selengkapnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zwilight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6. | Akhirnya di Putusin Juga

"Aku pulang duluan ya, Mamaku udah jemput. Dadah Nathael..."

"Iya, Dadah."

Sama seperti hari biasanya. Nathael selalu merasa iri dengan teman-teman yang dijemput oleh Mamanya sedangkan ia sama sekali belum pernah. Bocah kecil itu tertunduk lesu, tangannya masih memegang rantai ayunan dengan erat.

"Kata Papa anak cowok nggak boleh cengeng! sebentar lagi pasti Papa datang," ia bicara sendirian saat semua teman sudah meninggalkan sekolah. Hanya sisa beberapa orang dan para guru yang masih lengkap.

Bu guru yang melihat Nathael bermain sendirian menghampirinya dan bertanya perlahan. "Papa Nathael belum datang ya?"

Nathael mendongak menatap Bu guru lalu mengangguk ringan. "Iya, Bu guru."

"Ya udah kita tunggu sebentar lagi ya, Nathael jangan sedih dulu. Nanti Bu guru bantu telfonin Papa kalau belum datang juga, ya?"

Nathael tersenyum dan mengangguk ringan. Setelah bu guru pergi ia kembali tertunduk. Kakinya di hentakkan ke tanah hingga ujung sepatunya mulai kotor.

Suasana yang sebelumnya terasa menyesakkan, perlahan berubah jadi cerah ketika satu suara datang menghampiri rasa sepinya.

"Nael, ayo pulang..."

Suara itu seperti terpaan angin yang menyejukkan gersangnya jiwa. Dengan perlahan, Nathael mengangkat pandangannya menatap seseorang yang tiba-tiba muncul sambil mengulurkan tangannya. Matanya melebar, senyumnya perlahan memuncak.

"Mama?!"

"Iya sayang ini Mama, ayo kita pulang." katanya lembut dengan senyuman manis. "Maaf ya tadi Mama belanja dulu makanya telat jemput Nael."

Nathael masih tak percaya, dengan ragu ia memegang uluran tangan Mamanya lalu perlahan turun dari ayunan. Ia mendongak memastikan kalau ini benar-benar Mamanya.

"Halo buk selamat siang, mohon maaf sebelumnya kami sebagai guru hanya ingin mengkonfirmasi, apa ibuk keluarganya Nathael?"

Anala terkejut saat seorang buk guru menanyai hubungannya dengan Nathael. Namun tanpa berpikir buruk ia langsung mengulurkan tangannya dan tersenyum ramah. "Saya Anala, Mamanya Nathael."

Bu guru itu pun membalas uluran tangan itu lalu tersenyum dan mengangguk mengerti. "Oh astaga, maafkan saya buk."

"Tidak apa-apa, Bu guru pasti heran karena biasanya Nathael selalu dijemput oleh Papanya."

"Iya buk, saya juga rencana mau nelfon Pak Elliot karena para guru sudah harus pulang." Mereka bicara santai dan saling lempar senyuman. Anala juga tidak tersinggung karena memang itu salahnya tidak pernah muncul disekolah anaknya hingga para guru jadi tidak mengenalnya.

Setelah bicara cukup lama dengan para guru disekolah kanak-kanak itu Anala membawa Nathael pulang. Diperjalanan ponselnya berdering, ada panggilan masuk dari nomor yang ia beri nama 'sumber masalah'

Matanya membelalak saat memastikan bahwa foto profil yang digunakan oleh nomer pembuat masalah itu adalah foto anak dan suaminya. Anala meneguk ludah dengan kasar, batinnya langsung mengumpat.

Dasar istri gila, nomer suami dikasih nama pembuat masalah. Giliran selingkuhan dikasih nama takdirku.

Dengan hati-hati ia mulai menekan ikon hijau dilayar ponselnya. Ia berdehem pelan lebih dulu, menarik napas panjang lalu bicara dengan mendayu.

"Halo suami, masih siang udah kangen aja."

Nathael yang duduk disebelah pun ikut menoleh tak percaya. Bocah kecil itu mengernyit heran saat Mamanya memasang ekspresi malu-malu dengan suara yang dibuat imut. Ini beneran mama yang dulu suka bentak-bentak Papa?

"Nggak usah sok akrab," balas Elliot diseberang sana. Tangan Anala yang sebelumnya sibuk mengapit rambut ditelinga mendadak berhenti bergerak. "Bener kamu yang jemput Nael disekolah?"

"Astaga, iyaa. Kenapa malah heran kayak gitu sih?"

"Ya heran lah, orang yang biasanya nggak peduli soal anaknya tiba-tiba datang ke sekolah tanpa perlu diminta. Bisa jadi kiamat makin dekat."

Anala memutar matanya dengan malas, ucapan Elliot selalu terdengar menyebalkan. "Ya udah terserah kamu deh, intinya Nael ada sama aku."

"Oh!" katanya singkat, diikuti dengan nada panggilan yang terputus.

Anala menarik napas dalam-dalam lalu menatap ponsel, ia mengepalkan tangan sambil meninju pelan layar ponsel yang kini menampilkan foto profil Elliot. Batinnya tak henti mendumel kesal.

Suami nyebelin!!

Sementara itu, Nathael hanya tersenyum ringan melihat tingkah Mamanya yang nampak kesal setelah bicara dengan Papa. Anak kecil itu mengalungkan tangannya dilengan Anala, lalu sedikit meninggikan tubuhnya untuk mengecup singkat pipi kanan Anala.

"Jangan marah lagi, Mama."

Kecupan singkat itu berhasil membuat Anala terpana. Tubuhnya menegang saat merasakan rasa hangat yang menjalar dihatinya. Bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis, ia menoleh pada Nathael lalu membalas dengan kecupan lain di seluruh wajah anak manisnya itu.

"Manisnya anak Mama, jangan jadi kayak papa ya sayang. Cukup wajah kalian aja yang mirip, sifat nyebelin nya itu jangan."

"Nael kan anak Mama dan Papa."

Sungguh Nathael rasanya bahagia sekali saat apa yang selama ini dia impikan mulai jadi kenyataan. Mama yang dulu begitu jauh dan sulit didekati, mulai terasa dekat—bahkan sangat dekat hingga bisa digenggam sesuka hati.

***

Waktu berlalu cepat, setelah pulang dari sekolah Nathael, Anala menyiapkan makan siang anaknya lalu belajar sebentar karena Nathael meminta untuk belajar bersama. Ditengah itu, Nathael tertidur sehingga Anala terpaksa memindahkannya ke tempat tidur.

"Udah jam segini, waktunya ketemu Yohane." ia bergumam pelan sambil menatap jam weker yang berdiri kokoh disebelah nakas tempat tidur Nathael.

Ia pun keluar dari kamar lalu bersiap untuk menemui orang gila yang selama ini jadi selingkuhannya.

"Tolong ya Bi, nanti kalau Nael bangun bilangin saya lagi keluar buat ketemu temen,"

"Baik, Nyonya."

Sebelum berangkat ia kembali ke kamar Nathael lalu mengecup keningnya pelan. Ia juga menyempatkan diri untuk mengamati penampilannya lewat pantulan cermin, lalu meminta sopir untuk mengantarnya pergi.

Kini, Anala berdiri didepan bangunan restoran mewah yang dijanjikan oleh Yohane. Dandanannya berubah lebih tipis, tidak seperti dirinya beberapa waktu yang lalu. Pakaian yang digunakan juga tidak menampakkan seluruh lekuk badan lagi, Anala lebih memilih midi flare dress karena lebih anggun dan sopan.

Pokoknya hari ini harus selesai! Aku nggak mau berhubungan lagi sama dia.

Ia sudah bertekad bulat. apapun yang terjadi Yohane harus bisa menerima bahwa hubungan mereka berakhir. Setidaknya itu yang kini sedang diusahakan oleh Anala.

Ketika ia hendak duduk, sebuah suara membuatnya menegang. Sosok selingkuhannya itu akhirnya muncul juga dengan tingkah tak tau malunya.

"Hai, Sayang," sapanya dengan nada manis. Senyumnya terpampang lebar. Ia memperhatikan penampilan Anala dari ujung rambut sampai ujung kaki, lalu mengernyit curiga. "Kamu beda banget hari ini."

Anala refleks mengambil langkah mundur, "Aku lebih suka penampilan kayak gini."

Yohane hanya tersenyum, lalu ia melangkah mendekat hingga tangannya bisa dilingkarkan pada pinggang ramping Anala. "Aku kurang suka penampilan kamu yang kekanakan seperti ini. Kamu lebih cocok makai fit dress sayang. Semua orang harus tau seindah apa tubuh kamu." suaranya mengalun pelan ditelinga Anala, sukses membuatnya bergidik ngeri hingga nyaris muntah.

Wanita itu buru-buru melepaskan tangan Yohane dari pinggangnya, ia juga menjaga jarak satu meter. "Nggak perlu urus selera pakaian orang lain. Aku nggak butuh pendapat kamu, lagipula Elliot nggak suka liat aku keluar dengan pakaian kayak gitu."

Yohane mengerang kesal, ia menarik kursi lalu duduk dengan tergesa. "Kenapa tiba-tiba kamu malah bahas orang itu dipertemuan kita, ha?"

Kening Anala berkerut membentuk garis halus. "Kok masih nanya, jelas dong... dia kan suamiku."

Wajah Yohane berubah tegang, matanya menatap Anala seperti seseorang yang bersalah. "Anala, aku benar-benar nggak ngerti apa yang sebenarnya terjadi sampai kamu berubah sejauh ini."

"Kamu nggak perlu ngerti, karena aku mau kita akhiri semua hal gila ini. Aku nggak mau ngelanjutin ini semua!"

Tensinya memanas. Yohane menggeplak meja meski tak terlalu kasar. Beberapa pengunjung mulai memasang atensi pada mereka. "Mana mungkin? kita bahkan udah berencana menikah. apa kamu berontak kayak gini karena masalah sekretaris ku waktu itu?"

"Ha?" Anala mengernyit, bahunya melorot makin tak bersemangat.

Ia meraih tangan Anala, mengusapnya dengan lembut, namun langsung ditepis kasar oleh wanita itu. Yohane pun menutup matanya sekedar untuk menahan emosinya. "Dengar ya sayang, aku emang tertarik sama dia, tapi kan dihatiku cuma ada kamu, Anala. Kemaren aku hanya merasa jenuh."

Yohane kembali mencoba meraih tangan Anala, namun wanita itu semakin memberontak tak suka.

"Dasar gila! aku nggak peduli apapun hubungan kamu dengan wanita lain, pokoknya aku nggak mau lagi berhubungan sama kamu, Yohane!" suaranya tegas dan tatapannya serius. Anala bicara lantang tanpa bisa celah, jelas ia ingin menyudahi segalanya.

"Anala, kamu—"

Anala tak menjawab, dia meninggalkan meja itu dan keluar dengan langkah cepat. Namun tepat didepan restoran, tangannya dicegat oleh Yohane. Tubuh Anala menegang, ia bisa merasakan tangan Yohane mencengkram tangannya dengan keras, tatapan lelaki itu terlihat merah mengandung amarah.

"Sebenernya ada apa, Anala?"

Anala menarik napas dalam lalu menjawab dengan tenang, namun hatinya tetap gelisah. "Nggak ada apa-apa, aku cuma mau fokus ngurus keluarga ku!"

Ia menggeleng cepat, masih tak bisa menerima. "Nggak... kamu nggak bisa mutusin aku gitu aja, kita udah janji buat nikah, Sayang!" tangannya tak dilonggarkan sedikitpun, ia tak membiarkan Anala lepas dari genggaman.

Anala terus memaksa agar tangannya dilepas, namun tenaga Yohane begitu kuat, Anala tak mampu melawan. "Lepasin aku, aku nggak akan ninggalin Elliot demi kamu!"

Hal itu semakin membuat Yohane marah. Ia menguatkan cengkramannya dipergelangan tangan Anala. "Apa kamu bilang?"

Tatapan mata Yohane membuat Anala takut, banyak orang yang memandang tapi tak ada satupun yang mau menolong. "Ikut aku sekarang, kita bicarakan baik-baik dulu." tubuhnya terus diseret kasar, meski susah payah memberontak.

"Aku nggak mau, Yohane! Lupain segalanya!"

"Aku bilang Diam!" bentak Yohane kasar, tangannya makin kuat mencengkram Anala.

Pada akhirnya Anala hanya bisa pasrah ketika Yohane menariknya dengan kasar, ternyata dia terlalu naif saat berfikir bahwa Yohane tak akan menyakitinya. Siapapun tolong bantu aku.

Mobil Yohane sudah berada didepan mata, Anala makin berontak dengan keras, namun tak cukup kuat. "Lepasin! Lepasin aku! dasar gila!"

Namun siapa yang menyangka, saat sejengkal menuju mobilnya, tangan Yohane dicengkeram kuat oleh seseorang. Suaranya terdengar dingin, penuh intimidasi.

"Lepasin tangan kotor itu dari istri saya!"

Anala mematung. Suara itu terdengar familiar, dan ketika ia menoleh mencari tau orangnya, matanya membelalak. Elliot sudah berada didepannya sambil mencengkram tangan Yohane tak kalah kuatnya.

Yohane membelalak saat menyadari tangannya sudah berada dalam cengkraman Elliot. Tanpa sempat mempersiapkan diri, pukulan keras langsung melayang pada wajahnya.

Bugh...

"Dasar sampah!" tukas Elliot dengan kasar. Matanya menatap nyalang tanpa rasa kasihan.

Tubuh Yohane terhuyung kebelakang hingga cengkraman tangannya pada Anala pun terlepas. Tanpa menunggu lama, Anala melesat cepat ke tempat paling aman yang ia miliki didunia ini.

"Aku takut, El... dia... kasar!"

Ia memeluk Elliot, dan membenamkan wajahnya didada bidang yang selama ini terus ia abaikan tanpa sekalipun ia sentuh? astaga Anala, rugi kamu nak...

1
Mayuza🍊
semoga nanti author dan readers dapat suami kayak Elliot yaa😭
__NathalyLg
Aduh, abis baca ini pengen kencan sama tokoh di cerita deh. 😂😂
Mayuza🍊: mana bener lg 😔
total 1 replies
Ahmad Fahri
Terpana😍
Mayuza🍊: haii kaa makasih banyak supportnya ya🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!