Bagi ku restu orang tua adalah hal yang terpenting dalam hidup.. hingga aku berfikir kebahagiaan itu akan selalu berada di pihak ku.. dengan melihat senyum ibu ku.. dan menerima laki-laki pilihan nya, aku percaya Tuhan akan selalu memberiku ridho dalam setiap perjalanan hidup ku... hingga aku berani melepas kan semua impian ku, melupakan indah nya masa lalu ku, dan meninggalkan dia... CINTA PERTAMA KU dan aku sadar, dia tak akan pernah bisa terganti... hingga akhir nya cinta pertama ku kembali hadir di saat aku mulai menyerah pada hidup
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iis Surya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia yang selalu ada
Hampir satu bulan, aku menemani maria di sekolah.. meskipun hanya bisa melihat nya dari luar kelas . itu sudah cukup membuat maria merasa aman.. dan beberapa teman nya pun sudah kembali menyapa dan mau bermain dengan nya..
"Alhamdulillah ya bu kiran,.. sekarang maria sudah ceria seperti biasa .. " ujar bu Wina menghampiri ku setelah kelas berakhir.
"Iya bu Alhamdulillah.. "
"Mama... kita pulang sekarang..? " ajak maria riang
Aku mengangguk dan berpamitan pada bu Wina.
"Mama... mama tau nggak.. tadi ayah datang ke sekolah sama istrinya.. "
reflek langkah ku terhenti dan langsung menatap wajah anakku..
"Mau apa ayah ke sekolah? " tanyaku dengan hati-hati..
"Ayah nggak berbuat aneh-aneh kan? "
Maria menggeleng kan kepala nya cepat
"Nggak kok.. ayah ke sekolah bukan untuk bertemu aya.. " tiba-tiba maria menundukkan kepalanya terlihat kesedihan yang berusaha dia tahan.
Aku menghela napas pelan.. ada rasa sakit saat melihat putri kecilku tertunduk tanpa berani menatap ke arah ku
"Aya mau es krim..? " ucapku berusaha mengalihkan pembicaraan
Maria mengangguk cepat dengan senyum nya yang menggemaskan
"Ya udah kita pulang dulu, nanti kita beli eskrim di perjalanan ya..ok..?? " ajakku berusaha menahan perasaan ku yang tak karuan
"ok.. mama... " maria kembali tersenyum riang..namun belum bisa menghilangkan rasa sedih yang masih tampak jelas di wajah kecilnya
...****************...
"Mama... itu om dokter.. " tunjuk maria saat motor kami melewati rumah Adrian
"Om.. dokter..!! " panggil maria
Adrian menoleh dan langsung menyuruh kami untuk mampir
"Mama... ayo kita ke rumah om dokter.. "
Aku mengangguk dan memarkirkan motor ku di halaman rumah Adrian..
"Om... dokter.. " sapa maria sambil berlari ke arah Adrian yang langsung menyambut Pelukannya
"Apa kabar cantik... lama kita nggak ketemu ya... maaf om dokter sibuk.. " jelas Adrian
"gak apa-apa om.. aya juga sibuk.. " sahut aya sambil menutup mulut nya yang tertawa kecil
"Apa kabar kiran ? "
"baik.. " jawab ku acuh tak acuh..
"Mama kok gitu jawab nya... yang sopan dong. . " protes maria
Adrian tersenyum..
"Nggak apa-apa mungkin mama kamu bosan di tanya kabar terus sama om.. "sahut Adrian sambil melirik ke arah ku
Adrian membawa kami masuk ke dalam rumah nya
"Waah.. rumah om besar ya... " maria langsung turun dari pangkuan Adrian dan berlari kecil mengitari rumah Adrian
Adrian menatapku dan tersenyum..
"Maaf, beberapa hari ini aku hanya menghubungi kamu lewat telepon.. karena ada beberapa seminar yang harus aku hadiri.. "
Aku hanya bisa tersenyum
"Kamu marah ya...? " tanya Adrian dengan langkah nya yang semakin dekat
"jangan Macam-macam ya dri ada aya di sini.. " ucapku mengingatkan
Adrian tersenyum dan mengusap kepala ku
"Nggak Macam-macam kok.. cuma mau dekat kamu aja.. "
"Om... tinggal sendiri..? " tanya maria yang tiba-tiba berlari ke arah kami
"Nggak,.. ada asisten om 2 orang di klinik.. ada bibi juga yang bantuin om beres-beres.. dan mamang sopir.. " jelas Adrian seraya menuntun aya untuk duduk
"Mama sama ayah om..? " tanya maria polos
"Mama sama ayah om... "
"Aya.. sini sayang duduk yuuk.. jangan banyak nanya nanti om nya kesal, kan om nya lagi cape.. " jelasku cepat.. menuntun aya untuk segera duduk di sofa
Aku tidak mau Adrian berbohong lagi tentang keluarga nya.. terlebih aku juga tidak ingin Adrian terpaksa jujur karena itu hanya akan membuka luka lama nya
"Aya mau minum apa...? "tanya Adrian seraya tersenyum ke arah ku
"Terima kasih om.. tapi aya udah beli es krim.. udah minum air putih juga.. iya kan ma... "
Aku hanya mengangguk, tersenyum melihat kedekatan keduanya
"Jangan banyak-banyak makan es krim ya..."tegas adrian
"Iya om.. aya tau... nanti gigi nya rusak.. nanti batuk.. gitu kan om.. " celoteh maria membuat kami tertawa
"Tenang om tadi mama beliin eskrim cuma untuk nenangin aya aja kok.. " Adrian mengernyitkan dahinya
"Memang nya aya kenapa? "
"Aya nggak apa-apa kok Adrian.. "ucapku sebelum maria sempat menjawab nya.
Maria menatap ke arah ku dan tersenyum
" Rumah om besar ya...? "gumam maria lagi
"Iya kenapa aya mau tinggal di sini? " ajak Adrian Tiba-tiba.
Reflek aku melotot ke arah nya membuat dia tertawa kecil..
"Jangan ngada-ngada ya kamu.. " bisik ku saat maria meminum jus nya yang sudah di antarkan bibi tadi.
Cukup lama kami di sana Maria pun tampak riang bercerita tentang sekolah nya,.. sementara Adrian sesekali tertawa mendengar celotehan maria
"Aya sudah siang ayo kita pulang.. "ajak ku kemudian
Adrian menatapku sementara maria langsung menghampiri ku
"Nggak kerasa ya mah.. " sahutnya sambil tersenyum manis
"Om dokter Aya pamit dulu ya... "maria menghampiri Adrian dan mencium tangan nya
"O, iya cantik.. nanti main lagi ya.. " ujar Adrian.. mata nya tak lepas menatap ku
"Aku pamit dulu ya.. "
Adrian mengangguk..
"Nanti aku telepon kamu,.. awas aja kalau nggak di angkat " bisiknya
aku tersenyum dan bergegas menghampiri maria yang sudah duduk di atas motor.
"Bye.. bye om dokter.. "
"Bye.. bye.. Hati-hati cantik.. "
...****************...
Hari mulai gelap saat ponselku berbunyi
"Halo.. kiran.. aya sudah tidur..? " tanya adrian to the point
"sudah,baru saja tidur ada apa..? "
"aku lupa, kemarin aku beli boneka untuk aya.. tadi nya malam ini mau aku kasih.. "
"Modus.. bilang aja suruh aku yang ngambil kan...?"tebak ku sambil menahan senyum
"Ih.. nggak juga.. siapa yang modus.. " sanggah nya
"Ya udah, kalau nggak modus besok aja di kasih ke aya nya.. " sahut ku
"Ok.. ok.. kiran... ok.. bisa kamu ambil boneka nya sekarang.. "
"nggak ah udah malam.. "
"baru jam 9...kiran.." jelas Adrian sedikit kesal
"nggak ah,.. aku takut keluar nya.."gurau ku
"Hmmm ok.. aku jemput di luar.. " tegas Adrian enggan mendengar alasan ku lagi
Baru saja aku melangkah ke luar,aku melihat mobil Adrian sudah terparkir di depan pintu pagar ku
"kok pake mobil.. bukan nya cuma mau ngambil boneka ke rumah nya..? " gumam ku pelan
"Ayo,.. naik.. "ajak Adrian setelah melihat ku.. aku langsung naik dan duduk di sebelah nya
"kenapa pake mobil segala,.. bukan nya cuma ngambil boneka.. ? "
"Sekalian jalan-jalan.. sudah lama kan kita nggak jalan-jalan malam hari.. " ucap Adrian sambil memasangkan sabuk pengaman ku..
Adrian sengaja mendekat kan wajah nya lama, hingga hidung kami saling bersentuhan.
"Tuh kan modus.. " desah ku pelan
Adrian tersenyum dan mengecup bibirku pelan
"Kiran aku kangen... "
aku hanya menutup mata menikmati kecupan hangat nya
"jangan lama-lama disini nanti ada yang lihat berabe kan..? " bisikku lembut
Adrian menatap dan mencium kening ku ,. tak berapa lama kemudian mobil pun melaju mengitari kota di malam hari..
"Makan sudah,.. Jalan-jalan sudah.. sekarang kamu boleh cerita ke aku.. " ucap nya tiba-tiba
"Kenapa, cerita apa...O..,kamu penasaran kenapa aku ngasih maria eskrim..? " tanyaku yang di sahut anggukan Adrian
Seperti yang ku duga adrian memang termasuk orang yang peka, dia bisa tau saat aku menyembunyikan sesuatu.. begitu pun saat aku berusaha menutupi alasan mengapa aku harus menenangkan maria tadi siang
"Aya bilang, .. tadi ayah dan istri barunya datang ke sekolah tapi bukan untuk menemui nya.. melainkan untuk silvi.. "jelas ku membuat Adrian terdiam menatap ku.
"aku hanya nggak mau Aya kepikiran jadi aku Buru-buru ngasih dia eskrim... " aku menghela napas pelan.. seakan ada rasa sakit yang menghimpit dadaku
Adrian menoleh padaku..
"Lalu ,kapan Aya akan pindah sekolah..? "tanyanya kemudian
"akhir bulan ini.. aku akan memindahkan nya ke sekolah negri... yang di dekat rumah... "
Adrian mengangguk
"Ide bagus... biar dia lebih terpantau.. dan pastinya jauh dari Teman-teman nya yang kemarin.. terutama dari keponakan Siska itu" ungkap Adrian menahan kesal
"Jujur aku merasa bersalah sama Aya.. karena aku rasa semua ini..... "
"nggak kiran, itu bukan salah kamu... " Adrian cepat memotong ucapan ku
"Tapi dri... "
"Nggak.. seharusnya mereka yang merasa bersalah, lagi pula apa maksudnya mereka datang ke sekolah sementara mereka tau Aya lagi down karena tingkah silvi dan teman-temannya... " jelas Adrian
"Lagian aku nggak habis pikir sama mantan suami mu itu... bisa-bisa nya dia datang ke sekolah tapi tidak menemui Aya.. anak kandung nya sendiri... kelewatan.. " lanjutnya geram
"Kamu pasti menderita banget ya kiran.. hidup sama dia dulu..? "tanya nya tiba-tiba
Aku tersenyum dan menyandarkan kepala ku di bahu nya
"Entahlah.. aku sudah mau melupakan semuanya dri... "
"Jika kamu sudah lelah, kenapa kamu nggak ijinkan aku masuk di antara kamu dan maria....?"Adrian menatapku dengan penuh harap
"Belum saatnya dri.. maria mungkin nggak bilang, tapi aku tau dia masih sangat kecewa dengan ayah nya...aku takut dia trauma karena merasa nggak di sayangi lagi.. apalagi saat ini dia masih sangat butuh kasih sayang ku yang full hanya untuknya... dia hanya punya aku dri.. "jelas ku dengan suara parau menahan tangis
"Baiklah., aku mengerti... aku akan menunggumu kiran... sampai kalian benar-benar menerimaku.. sampai maria benar-benar merasakan kasih sayangku yang tulus untuk kalian berdua.. " Adrian mencium kening ku
Tak terasa butiran air mataku membasahi pipi ada rasa sakit di sana.. namun ada kehangatan yang sulit di gambarkan.. Lagi-lagi hanya Adrian yang ada di sampingku saat aku merasa rapuh
"Terima kasih dri... Terima kasih karena selalu mengerti keadaanku.. " ucapku pelan.