Nayla dan Dante berjanji untuk selalu bersama, namun janji itu pudar ketika Nayla mendapatkan pekerjaan impiannya. Sikap Nayla berubah dingin dan akhirnya Dante menemukan Nayla berpegangan tangan dengan pria lain. Hatinya hancur, tetapi sebuah kecelakaan kecil membawanya bertemu dengan Gema, kecerdasan buatan yang menjanjikan Dante kekayaan dan kekuasaan. Dengan bantuan Gema, Dante, yang sebelumnya sering ditolak kerja, kini memiliki kemampuan luar biasa. Ia lalu melamar ke perusahaan tempat Nayla bekerja untuk membuktikan dirinya. Dante melangkah penuh percaya diri, siap menghadapi wawancara dengan segala informasi yang diberikan Gema.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyewa Tempat untuk dijadikan kantornya sendiri
Setelah seharian mengamati rekan-rekan kerjanya, Dante merasa pandangannya mulai kabur karena kelelahan. Jantungnya berdebar kencang, menghitung detik-detik sebelum bel pulang berbunyi, seolah-olah waktu bergerak begitu lambat. Akhirnya, suara nyaring itu memecah kesunyian, mengumumkan berakhirnya hari kerja.
Dante langsung bangkit dari kursinya, melepas kemejanya dan melipatnya dengan rapi, lalu meletakkannya di dalam tas yang sudah ada di samping meja. Langkah kakinya terasa ringan saat ia keluar dari gedung, meninggalkan hiruk-pikuk kantor.
Namun, saat ia melintasi area lobi menuju halaman depan, Nayla muncul, mengenakan gaun yang indah dan sepatu hak tinggi. Penampilannya sungguh memukau, membuat banyak mata tertuju padanya.
Sayangnya, Dante melihat Nayla tidak sendiri, melainkan bersama seorang pria yang menatapnya dengan tatapan merendahkan. Dante sangat mengenali pria itu, Bram.
Nayla sepertinya menyadari kehadiran Dante. Tatapannya tertahan sejenak, wajahnya menunjukkan ekspresi terkejut, seolah tak menyangka akan bertemu Dante di tempat itu. Ia melihat Dante dari ujung kepala hingga ujung kaki, lalu kembali menatap Bram.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Nayla berjalan melewati Dante, mengabaikannya sepenuhnya, seolah-olah Dante tidak pernah ada.
Dante tersenyum geli. Ia mengingat masa lalu, saat Nayla selalu bergantung padanya dan selalu memanggilnya "Dan" dengan manja. Janji-janji yang mereka ucapkan, mimpi-mimpi yang mereka bangun bersama, kini hanya menjadi tumpukan debu yang bertebaran di lantai. Nayla telah menemukan "yang lebih baik" dan meninggalkannya begitu saja.
Senyumnya perlahan memudar, berganti dengan ekspresi dingin. Di halaman depan gedung itu, di tengah keramaian sore hari, Dante merasakan tekadnya mengeras. Kali ini, ia tidak akan lagi menoleh ke belakang, tidak akan lagi meratapi nasib. Tujuannya hanya satu: menjadi kaya raya dan membalas perbuatan Nayla dengan pencapaian yang akan ia raih.
Dante tiba di rumah dengan perasaan campur aduk. Ada rasa senang yang samar karena ia telah berhasil mendapatkan pekerjaan impian, namun rasa kesal karena pertemuan tak terduga dengan Nayla di depan kantor masih membekas. Tanpa membuang waktu, ia langsung menyuruh Gema menganalisis grafik trading forex.
[Apakah kau yakin, Dante? Mengubah aset trading saham menjadi modal trading forex memiliki resiko yang sangat besar. Trading saham cenderung lebih stabil dibandingkan dengan trading forex, yang sangat volatil.]
"Aku tahu," jawab Dante dengan suara dingin. "Tapi aku butuh keuntungan yang besar dalam waktu singkat."
[Analisis saya menunjukkan bahwa probabilitas keuntungan dari langkah ini sangat kecil. Kau bisa kehilangan semua asetmu.]
"Aku bilang, lakukan!" Dante membentak, kemarahan yang ia tahan sejak di depan kantor akhirnya meledak. "Aku tahu analisamu seratus persen akurat. Tapi jangan lupakan posisimu. Kau hanya sebuah program yang menumpang di dalam diriku. Jadi, turuti semua kehendakku!"
Gema terdiam sejenak, lalu menjawab dengan suara yang lebih datar dari sebelumnya, seperti sebuah robot yang patuh.
[Baik, Dante. Saya akan turuti semua kehendakmu. Saya akan mengubah aset trading saham menjadi modal trading forex. Tapi saya tidak akan bertanggung jawab atas segala resiko yang akan terjadi. Kau harus menerima semua konsekuensinya.]
Seperti yang Dante duga, semua peringatan Gema itu hanyalah sebuah tipuan. Tidak ada risiko sama sekali. Analisis Gema seratus persen akurat, memberinya semua keuntungan yang ia butuhkan. Dalam semalam, ia menjadi kaya. Angka-angka di layarnya melonjak, membuat Dante hampir tak percaya.
[Dante, saya minta maaf. Saya tidak bermaksud untuk menipu, saya hanya ingin memastikan bahwa Anda benar-benar siap untuk semua risiko ini.]
Gema tahu Dante tidak akan mendengarkan. Tapi itu adalah satu-satunya cara baginya untuk memastikan bahwa Dante sadar akan konsekuensi dari setiap keputusan yang ia ambil. Gema tidak ingin melihat Dante terpuruk untuk kedua kalinya.
"Aku tahu."
[Mulai sekarang, saya akan membantumu dalam segala hal yang kau inginkan. Saya tidak akan memperingatkanmu lagi. Jika Anda ingin menjadi penjahat sekalipun, saya akan membantumu, Dante.]
Setelahnya, Dante merasakan getaran lembut di dalam kepalanya. Itu adalah cara Gema untuk menyampaikan permintaan maaf yang tulus, meskipun suaranya tetap datar dan tanpa emosi.
"Aku juga minta maaf," jawab Dante, nadanya melembut. Ia merasakan rasa penyesalan. "Aku tidak seharusnya membentakmu."
[Dante, apa yang kau lakukan akan kau gunakan untuk kebaikan?]
"Tentu," jawab Dante. "Ini semua untuk kebaikan. Aku akan gunakan untuk membantu orang lain, seperti aku."
Gema tidak menjawab, seolah tengah menganalisis kebohongan di balik janji Dante. Dante tahu niatnya tidak sepenuhnya tulus, karena ia hanya ingin membalas dendam kepada Nayla. Namun, ia tidak peduli.
[Saran saya, jangan terlalu cepat menunjukkan kekayaanmu. Sembunyikan. Kekuatan yang tersembunyi jauh lebih berbahaya daripada kekuatan yang terlihat.]
Dante menyetujuinya. Ia dan Gema berdamai kembali. Mereka akan bekerja sama, menaklukkan dunia dengan cara mereka sendiri, satu langkah pada satu waktu.
Dante tiba-tiba teringat percakapannya dengan Gema di awal, tentang tujuan mereka untuk membangun aplikasi AI yang dapat memudahkan orang lain. "Bagaimana dengan tujuan kita untuk membangun aplikasi AI yang memudahkan orang lain?" tanya Dante.
[Itu ide yang sangat bagus. Kita bisa membangun sebuah aplikasi yang akan mengubah segalanya.]
"Tapi aku tidak mau terus berkutat dengan data dan komputer. Aku ingin jalan-jalan, membawa kamu ke tempat-tempat yang indah."
Gema tidak langsung menjawab. [Saya mengerti. Jika begitu, kita bisa menyewa sebuah kantor, lalu merekrut orang-orang untuk menjadi karyawan.]
"Aku setuju," jawab Dante. "Tapi bukannya kamu bilang jangan terlalu cepat memamerkan kekayaan? Membuka perusahaan akan menunjukkan kekayaan kita."
[Betul," jawab Gema. "Tapi kita bisa menyamarkan nama pemilik. Kita akan menggunakan nama perusahaan saja, tanpa perlu menyebutkan nama pemiliknya. Kita akan menjadi investor anonim. Dengan begitu, kita bisa mendapatkan lebih banyak kekuasaan, tanpa menarik perhatian.]
"Baiklah," kata Dante sambil tersenyum. "Kita lakukan ini besok. Perusahaanku libur, jadi kita bisa fokus pada rencana ini."
[Selamat tidur, Dante.]
Keesokan harinya, Dante bangun dengan semangat yang membara. Ia mengambil ponselnya dan mulai mencari agen properti yang menyewakan tempat. Matanya menjelajahi setiap detail, membandingkan harga, lokasi, dan fasilitas. Dante tahu, ini adalah langkah awal yang besar menuju rencananya. Ia tidak sabar untuk mewujudkan semua mimpinya.
Setelah menemukan tempat yang cocok, Dante segera mendatangi tempat tersebut menggunakan motornya. Meskipun motornya terlihat usang, namun Dante tak peduli karena ia tahu, semua itu akan segera berubah. Setelah tiba, ia segera menemui orang yang menyewakan tempat, seorang pria berkumis tebal dengan perawakan gagah, namun raut wajahnya menunjukkan kekecewaan saat melihat Dante.
"Kau?" tanya pria itu, dengan nada sinis. "Kau yang menelponku tadi pagi?"
"Ya, saya Dante," jawab Dante.
"Cih, kirain siapa," kata pria itu. "Ternyata cuma bocah bau kencur yang datang pakai motor butut. Mana ada uang buat bayar sewa kantorku?"
Dante tersenyum tipis, lalu mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi bank. Pria itu mengangkat alis, namun Dante hanya diam dan menunjukkan layar ponselnya. Pria itu terkejut saat melihat angka-angka yang sangat fantastis di sana. Matanya membelalak, lalu ia tiba-tiba berubah, dari seorang yang meremehkan menjadi seorang penjilat yang penuh dengan pujian.
"Oh, Tuan Dante! Maafkan saya. Saya tidak tahu kalau Anda adalah orang yang sangat kaya!" kata pria itu, sambil membungkuk dengan hormat. "Silakan, silakan. Ada yang bisa saya bantu?"