NovelToon NovelToon
Ikhlasku Mencintaimu

Ikhlasku Mencintaimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:31.8k
Nilai: 5
Nama Author: fieThaa

Ketika di bangku SMA, Gaffi Anggasta Wiguna dan Bulan Noora selalu berjalan berdampingan layaknya sepasang kekasih yang penuh dengan keserasian. Di balik kedekatan yang mengatasnamakan pertemanan, tersembunyi rasa yang tak pernah terungkapkan. Bukan tak memiliki keberanian, melainkan Bulan Tengah mengejar seseorang. Anggasta memilih jalan sunyi, memendam dan mencoba tetap setia mendampingi sampai kebahagiaan itu benar-benar datang menghampiri perempuan yang sudah membuatnya jatuh hati. Barulah dirinya mundur pelan-pelan sambil mencoba untuk mengikhlaskan seseorang yang tak bisa dia genggam.

Lima tahun berlalu, takdir seakan sengaja mempertemukan mereka kembali. Masihkah cinta itu di hati Anggasta? Atau hanya bayang-bayang yang pernah tinggal dalam diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Menepi

Langkah yang sudah lelah harus terhenti karena ada seseorang yang tengah menantinya dengan wajah datar dan tatapan tajam. Tak ada sapaan walaupun hanya sebuah senyuman.

"Tumben."

Satu kata yang membuat Haidar geram. Urat di kepalanya sudah timbul. Serta tatapannya semakin tajam dari sebelumnya. Tanpa basa-basi layar ponsel ditunjukkan tepat di depan wajah Bulan.

"Aku lelah. Besok saja aku jelaskan."

Langkah yang ingin masuk ke dalam rumah dicekal oleh Haidar. Lengan Bulan dipegang dengan cukup kuat.

"Jelaskan sekarang!"

Ditatapnya Haidar yang sudah menahan marah. Sedangkan wajah lelah Bulan sangat kentara, tapi lelaki didepannya terus memaksa.

"Saking bahagianya aku refleks memeluk tubuh pak direktur." Decihan tak percaya Haidar keluarkan. Kembali lelaki itu menatap Bulan bagai elang yang ingin menghabisi mangsanya.

"Bukankah atasan kamu itu adalah teman dekat kamu sewaktu SMA sampai kuliah?" Sorot mata Haidar seperti menguliti Bulan hidup-hidup.

"Kalau iya kenapa?" jawabnya dengan melontarkan sebuah pertanyaan. Suaranya begitu santai seperti tengah menantang Haidar malam ini.

"Apa kamu lupa apa saja yang aku enggak suka?" Kalimatnya penuh dengan penekanan. tatapan Haidar. Didekatkanlah wajahnya kepada wajah Bulan.

"Salah satunya dia."

Lelaki itu masih mencoba menahan emosi karena semarah apapun Haidar, tak pernah berkata kasar kepada Bulan. Hanya akan ada penekanan di setiap kata atau juga merapatkan giginya jika bicara hal yang membuat emosinya hadir.

Rasa takut di hati Bulan seperti telah hilang. Senyum tipis pun mengembang dengan mata yang mulai menatap tajam lelaki yang juga tengah menatapnya bagai elang.

"Kenapa harus selalu aku yang mengerti ketidaksukaan kamu?" Haidar tak menyangka Bulan akan berkata seperti itu. Sungguh mampu membuat mulutnya kelu.

"Lalu, kapan kamu mengerti dengan ketidaksukaan aku?"

Jleb! Semakin tak bisa berkutiklah Haidar.

"Hanya aku yang dituntut untuk mengerti. Tapi, kamu? Tak peduli dengan perasaan aku."

Keheningan pun tercipta. Bulan memilih untuk meninggalkan Haidar yang mulai menjadi manusia bisu.

"Pulanglah! Aku juga mau istirahat."

Langkahnya terhenti sebelum tangannya menekan knop pintu. Haidar hanya bisa memandangi punggung Bulan sampai menghilang di balik pintu. Baru kali ini ucapan Bulan bagai belati yang sangat runcing. Menatap sampai ke dalam hati.

.

Mata Bulan memicing ketika di meja makan sudah ada Haidar yang tengah berbincang bersama ibundanya. Mereka terlihat sangat akrab. Senyum melengkung di wajahnya tatkala melihat Bulan yang sudah berjalan ke arah dirinya berada.

"Udah hampir satu jam loh Haidar nemenin Mamah." Bulan mencoba untuk tersenyum.

Tak ada perbincangan apapun antara Bulan dan Haidar. Hanya sang ibunda yang memulai obrolan hingga mereka berdua saling bicara.

"Maafkan aku."

Bulan tak menjawab. Menoleh pun tidak. Matanya masih terfokus pada pekerjaan yang baru saja Anggasta berikan.

"Sayang."

Sebuah panggilan yang akhirnya Bulan dengar lagi. Sudah sangat lama Haidar tak memanggilnya seperti itu. Namun, kali ini panggilan tersebut tak menyentuh hati sama sekali. Tangan yang sudah Haidar genggam baru mampu mengalihkan pandangan Bulan.

"Jangan marah dong."

Semanis apapun senyuman yang Haidar beri tak membuat bibir Bulan terangkat. Tidak seperti Bulan biasanya. Dering ponsel membuat Bulan melepaskan genggaman tangan Haidar. Malah berbincang dengan penelepon yang tak lain adalah sang direktur. Lelaki yang berada di balik kemudi terus menajamkan telinga karena sesekali Bulan terlihat tersenyum.

"Baik, Pak Anggasta."

"Dari siapa?" sambar Haidar setelah panggilan telepon berakhir.

Dahi Bulan sedikit mengkerut ketika mendengar pertanyaan tersebut. Pasalnya, Haidar tak pernah sama sekali ingin tahu tentang kehidupannya.

"Direktur." Jawaban yang amat singkat dan membuat Haidar menukikkan kedua alisnya.

"Bukannya direktur kamu itu Gaffi?" tanyanya dengan wajah yang sedikit bingung.

Bulan pun mengiyakan tanpa menjelaskan apapun. Biarkan Haidar menerka sendiri. Dua nama yang berbeda, tapi orang yang sama. Mobil sudah berhenti tepat di depan kantor Wiguna Grup. Baru saja membuka seatbelt, tangan Bulan dicekal oleh Haidar.

"Resign-lah!"

Seketika mata Bulan menajam. Senyum tipis pun terukir di bibirnya.

"Haruskah aku terus mengikuti kemauan kamu?" Sebuah pertanyaan yang dijawab dengan keheningan.

"Kerja di kantor kamu disuruh resign. Padahal, aku udah merasa sangat nyaman. Sekarang, kamu nyuruh aku resign lagi." Suasana pun semakin dingin.

"Tanpa kamu tahu bagaimana sulit dan selektifnya Wiguna Grup untuk merekrut karyawan. Harusnya kamu bangga karena aku bisa kerja di perusahaan besar ini." Haidar hanya diam saja.

"Jangan hanya ingin dimengerti. Sesekali coba belajar mengerti." Semakin terdiamlah Haidar. Apalagi, Bulan sudah melepaskan cekalan tangannya dan keluar dari mobil tanpa pamit.

Selama menjalin hubungan, Bulan tak biasanya bersikap seperti ini. Apa yang dikatakan olehnya pasti akan Bulan turuti. Tapi, tidak untuk kali ini. Bulan tidak seperti yang dia kenali.

Menepi sejenak, itulah yang tengah Bulan lakukan. Benar kata Anggasta tak semua bisa dipaksa. Memilih fokus pada pekerjaan apalagi hari ini dia akan bertemu dengan COO Wiguna Grup.

Sebuah keberuntungan untuk Bulan bisa bertemu langsung dengan petinggi perusahaan. Padahal, dia belum lama bekerja di sana. Matanya tak berkedip ketika melihat wajah COO yang hampir mirip dengan Anggasta.

"Terimakasih sudah membuat bangga perusahaan."

Wajah boleh dingin, tapi kalimat yang terucap begitu hangat. Ada rasa haru karena dia bisa menjabat tangan seorang petinggi perusahaan yang katanya lebih dingin dari kutub es. Dan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa bertemu dengannya.

Sudah lebih dari tiga hari Bulan merasakan ketenangan. Ponsel Bulan hanya dipenuhi notif pekerjaan. Sejenak, pikirannya mulai melupakan seseorang.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan. Bulan baru turun dari lantai di mana ruangannya berada. Langkahnya terhenti ketika melihat Seorang lelaki sudah bersandar di samping pintu mobil berwarna hitam mengkilap. Kakinya seakan enggan untuk mendekat.

"Enggak suka aku jemput?" Lelaki itu sudah menghampiri Bulan.

"Pantas saja cuaca malam ini sedikit mendung."

Haidar tak menimpali sindiran Bulan, tangannya sudah menarik tangan tunangannya itu untuk masuk ke dalam mobil. Suasana begitu hening dan Bulan hanya menatap ke arah jendela samping.

"Apa kamu lupa sudah memiliki tunangan?" Sebuah pertanyaan yang membuat Bulan tersenyum tipis. Namun, tak berniat untuk membalas.

"Kamu dengar aku kan, Bulan?" Suara Haidar sudah mulai sedikit meninggi. Atensi perempuan yang ada di kursi penumpang depan pun mulai beralih.

"Selama ini aku selalu mendengarkan kamu. Bukankah kamu yang tak pernah mendengarkan aku?" Nada bicaranya begitu lembut, tapi mampu menampar Haidar dengan begitu keras.

Bulan menatap Haidar dengan sorot mata yang begitu lelah. Lelah akan pekerjaan dan hati yang harus terus dipaksa mengerti, memahami, dan mengalah. Tanpa pernah adanya berbenah diri dari pihak lelaki.

"Aku hanya ingin memberikan sebuah ketenangan seperti apa yang kamu inginkan."

...*** BERSAMBUNG ***...

Enggak apa-apa sedikit juga komennya. Aku akan tetap lanjut dan insha Allah akan double up

1
Anrezta Zahra
good job alma..
N I A 🌺🌻🌹
good job alma,👍👍👍👍
suryani duriah
orang kayah kalo marah beda bgt ya🤭 tetap elegan😁😁
Nurminah
good laki-laki jenisan Haidar nggak layak buat wanita baik2
dari dulu selalu nahan buat ngehujat si bulan tapi sekarang jujur muak liat wanita oon yg mau aja diperbudak cinta sampe jadi nggak tau malu dan buta hadeh wanita jenisan bulan emang cocok ama laki-laki jenis Haidar sama2 rela jatuhin harga diri demi cinta kemaren sempet agak seneng liat karakternya pas lepasin Haidar sekarang jujur ilfil sudah dan nggak layak buat gagas terlalu berharga keluarga singa cuman dapet menantu sekelas si bulan
Salim S
di balik sikap ceria, bar bar nan absurd nya tersimpan iblis yg sangat kejam 👍👍👍👍bagus lah cocok jadi mantu nya keluarga singa....spill penyakitnya alma dong teh jangan nanti alma nya di buat meninggal ya teh kasihan gagas...sisi lain daei seorang alma, cucunya siapa ya alma tuh pernah nongol di cerita sebelumnya ngga teh kakek nya alma..penasaran
Lusi Hariyani
nah kan tunjukkan kuasamu alma lgan haidar sm bulan g th diri bngt
Riris
sadissss.....
kalau cewe udah terluka
pilihan opa ngga ada yang meleset...
mimih juna
best almaaaaaaa
nonaleutik
wewww aura singa betina nya awur awuran
good job alma👍 gausah jadi manusia gaenakan nanti mereka yg seenak jidat kaya mamak nya si haidar
sum mia
good Alma....emang sudah saatnya kamu tunjukkan taring mu . jangan lagi kau biarkan orang lain menggunjing san merendahkanmu .
lagian tuh ya.... para karyawan gak punya otak kali ya , dimana dia bekerja bisa-bisanya merendahkan dan menggosip pimpinannya , pada udah bosan kerja kali ya .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Quinza Azalea
ya emang manusia kayak haidar gk tau diri harusnya pecat aja Al
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
mari lah kita ikuti kisah nya..semangat
Ida Lestari
wah keren ya Alma.......emang pantes deh kyaknya jdi pasangannya gagas.........
lnjut trus Thor
semangat
Heni Fitoria
kpn giliran gaffi, sebenernya AQ suka gagas sama bulan...
Yus Nita
selalu jd pahlawsn buat orang lain.
psfshal diri ny sen d iri pun menyimpsn luka yg tsk bisa di gambar kan.
Putu Sriasih
cerita yg luar biasa
Amidah Anhar
Sudah sampai puncak kayak nya dekat dekat ending ini mah...
sya dukung gagas sma Alma..
saya pantau terus author nya
Rahmawati
alma udah disakiti masih aja ngelindungi Haidar, km baik bgt al
nonaleutik
nahlohhh cucu singa nih opa yg buat Alma menduakan si Haidar 🤭
jiwa melindungi gagas mencuat 🤭
btw oppa cucu nya abis di siram sama Mak nya Haidar TUHH masa diem2 aje
sum mia
penyakit apa yang diderita oleh Alma , sehingga dia harus mengkonsumsi obat .
jadi orang jangan terlalu baik Al.... sesekali beri mereka pelajaran , biar mereka bisa melek , bisa buka mata lebar-lebar dan bisa melihat siapa yang salah dan siapa pula yang benar .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!