NovelToon NovelToon
Agent Khusus Yang Diceraikan Istrinya

Agent Khusus Yang Diceraikan Istrinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Anak Lelaki/Pria Miskin / Penyelamat
Popularitas:611
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Yansya diceraikan istrinya karena dia miskin. Setelah menjadi agent khusus, akankah hidupnya berubah menjadi lebih baik? atau menjadi semakin buruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tawaran Lisa Yang Sulit Ditolak

Riak pertanyaan mulai bergulir dalam benak Yansya. Ia tidak dapat menepis perasaan itu, sebuah keganjilan yang merayap perlahan dan mengusik ketenangan hatinya. Biasanya sebuah misi besar selalu memiliki rintangan dan kesulitan yang jauh lebih rumit, tidak sesederhana yang ia hadapi.

Ia menyadari ada sesuatu yang tidak pas, ada potongan puzzle yang belum terpasang dengan sempurna dan mungkin saja mengubah pandangannya tentang semua kejadian yang ia alami. Karena itu, ia akan mencari tahu apa yang terjadi.

Beberapa waktu kemudian, suasana restoran mewah telah menyambut mereka. Lampu gantung kristal memancarkan cahaya hangat ke setiap sudut.

Lisa datang menghampiri mereka dengan gaun malam yang sempurna membalut tubuhnya. Potongan kain yang sederhana itu justru memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sangat indah, membuatnya terlihat begitu anggun dan memesona di antara keramaian. Rambutnya yang hitam legam tergerai lembut di bahu, memantulkan kilau cahaya.

Yansya sesaat terdiam. Ia sempat kehilangan fokus karena memandang kecantikan Lisa yang memukau. Namun, perasaan aneh yang mengganjal dalam benaknya kembali muncul, memecah sejenak kekagumannya terhadap Lisa. Ia menyadari bahwa di balik kemewahan dan kegembiraan yang melingkupi mereka, ada sesuatu yang tersembunyi yang ia harus pahami.

Bukan hanya Yansya yang terpaku, hampir semua mata di ruangan itu secara otomatis beralih menatap Lisa yang memancarkan aura luar biasa, dan ia menjadi pusat perhatian yang tidak dapat dihindari, dan setiap gerakannya selalu menarik pandangan karena ia memiliki daya tarik alami yang kuat. Senyum tipisnya yang melengkung menambah pesona wajahnya yang sempurna, menciptakan kesan elegan yang tak terbantahkan, karena dia adalah seorang yang sangat indah dan mampu membuat siapa pun terpukau, membuat seisi restoran sejenak terdiam dalam kekaguman.

Yansya sendiri sebenarnya tidak kalah menarik malam itu. Ia mengenakan setelan jas hitam yang sederhana namun sangat pas di tubuhnya, menonjolkan bentuk fisiknya yang atletis. Rambutnya yang sedikit berantakan justru menambah kesan kasual yang memancarkan aura cool secara alami. Wajahnya yang tegas dan sorot matanya yang tajam ketika menganalisis sesuatu sebenarnya membuat banyak orang diam-diam menoleh kepadanya, karena ia memiliki daya tarik tersendiri yang ia sendiri tidak menyadarinya, sibuk dengan pikirannya yang terus bergelut mencari jawaban atas keganjilan misi itu.

Saat mereka semua sudah duduk mengelilingi meja, Lisa melirik Yansya yang masih terlihat termenung. Ia tersenyum jahil. "Kenapa, Yansya? Apa masih ada teka-teki yang belum terpecahkan di kepalamu?" tanyanya sambil mengedipkan mata, membuat Delisa dan Rio ikut tersenyum.

Delisa kemudian menambahkan, "Mungkin dia sedang menghitung berapa banyak hidangan yang bisa kita habiskan malam ini, Bu Lisa!" Rio tertawa kecil sambil menimpali, "Atau mungkin Yansya sedang merencanakan misi berikutnya sebelum kita selesai makan."

Yansya hanya tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan pikiran yang masih berkecamuk dalam benaknya, karena ia tahu bahwa di balik keceriaan itu, tugasnya untuk menemukan jawaban atas keganjilan ini baru saja dimulai.

Makan malam pun berakhir dengan canda tawa dan kebersamaan. Namun, ketika mereka akan berpisah, Lisa tiba-tiba mendekat ke arah Yansya dan berbisik pelan, "Pulang nanti, mampirlah ke rumahku, ada beberapa hal yang ingin aku ceritakan kepadamu, terutama tentang apa yang sedang mengganggu pikiranmu itu." Suaranya terdengar lembut, tetapi pandangan matanya begitu tajam, dan ia bisa membaca semua kecurigaan yang bersembunyi di benak Yansya, dan ia juga memberikan senyum penuh rahasia yang membuat Yansya merasakan ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar misi yang berhasil.

Meskipun Yansya masih merenungkan ajakan rahasia Lisa, suasana di antara Tim Alpha dan Unit Beta mulai ramai dengan percakapan, dan mereka saling bertukar cerita tentang keberhasilan misi masing-masing, sementara sorak-sorai kecil terdengar di sana-sini.

Beban dari Tim Alpha menepuk punggung Rio dengan keras sambil berkata, "Kalian hebat sekali berhasil mengamankan target di terowongan itu, kami bahkan tidak dapat membayangkan betapa gelapnya tempat tersebut!" Layla mengangguk setuju di sebelahnya, lalu Firmino menimpali dengan senyum lebar, "Misi di Eropa juga tidak kalah menantang, karena kami berhasil membongkar jaringan yang lebih besar!"

Delisa tersenyum bangga dan membalas, "Kalian juga luar biasa bisa membongkar jaringan penyelundup sebesar itu di Eropa, itu pasti pekerjaan yang sangat berat!" Yansya hanya mengangguk, ikut merasakan kebanggaan timnya, namun di dalam hatinya ia tetap tidak dapat melupakan bisikan Lisa, karena ia tahu bahwa ada rahasia yang menunggu untuk terungkap dan itu akan menjadi teka-teki berikutnya yang harus ia pecahkan sendiri.

Ketika semua orang bersiap untuk meninggalkan restoran, Lisa berdiri di tengah-tengah kedua tim dengan senyum mengembang di bibirnya. Ia lalu menatap wajah-wajah bangga di hadapannya satu per satu. "Mulai sekarang, untuk misi yang akan datang, tidak ada lagi pembagian tim Alpha atau Unit Beta," katanya dengan suara tegas namun penuh optimisme.

"Kita semua akan bekerja bersama sebagai satu kesatuan tim yang besar, karena tantangan di depan akan jauh lebih kompleks dan membutuhkan kekuatan penuh dari kita semua." Sebuah gema persetujuan langsung memenuhi ruangan, dan semangat baru terpancar dari mata setiap anggota tim, karena mereka tahu bahwa era baru kerja sama yang lebih erat akan segera dimulai di bawah kepemimpinan Lisa.

Setelah pengumuman penting Lisa yang disambut gembira oleh semua, suasana kebersamaan mulai mereda seiring dengan berakhirnya makan malam. Yansya, yang sejak tadi teringat bisikan Lisa, kini menatap wanita itu.

Lisa membalas tatapannya dengan senyum tipis, sebuah isyarat tanpa kata yang mengingatkan Yansya akan janji rahasia mereka. Tanpa buang waktu, mereka berdua segera meninggalkan restoran bersama-sama, melangkah masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu di luar, meninggalkan keramaian dan tawa rekan-rekan mereka. Yansya sadar bahwa perjalanan menuju rumah Lisa bukan hanya sekadar perjalanan fisik, melainkan juga sebuah langkah menuju pengungkapan kebenaran yang selama ini mengganjal di dalam hatinya.

Tidak butuh waktu lama bagi mobil yang mereka tumpangi untuk melaju melewati jalanan kota yang sepi di malam hari, dan akhirnya tiba di depan sebuah rumah megah dengan arsitektur modern yang menjulang tinggi, menampilkan kesan mewah yang tidak berlebihan. Lampu taman yang redup menciptakan suasana tenang di sekelilingnya.

Yansya dapat merasakan ketenangan yang memancar dari setiap sudut bangunan itu, sebuah kontras yang mencolok dengan hiruk pikuk misi yang baru saja ia selesaikan. Lisa melangkah keluar dari mobil dengan anggun, lalu ia mengisyaratkan Yansya untuk mengikutinya masuk. Yansya pun mengikuti langkah Lisa dengan perasaan bercampur aduk, antara penasaran dan antisipasi terhadap apa yang akan ia dengar di dalam rumah itu.

Begitu pintu rumah tertutup di belakang mereka, suasana langsung berubah menjadi tegang, dan Yansya dapat merasakan firasat buruk yang merayap di benaknya. Lisa tiba-tiba berbalik menghadap Yansya dengan tatapan dingin yang belum pernah Yansya lihat sebelumnya.

"Jika kamu ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan yang mengganggumu, kamu harus mengalahkanku terlebih dahulu," kata Lisa dengan suara rendah namun penuh kekuatan. Tanpa peringatan apa pun ia langsung melancarkan serangan cepat ke arah Yansya, sebuah pukulan keras mengarah ke wajah Yansya, karena ia ingin menguji kemampuan Yansya yang sebenarnya.

Yansya, yang tidak menyangka akan serangan itu, hanya punya waktu sepersekian detik untuk bereaksi, dan ia segera bersiap untuk mempertahankan diri, karena ia sadar bahwa ini bukanlah sekadar percakapan biasa.

"Kenapa kamu diam saja, Yansya? Apa kamu takut?" ejek Lisa dengan senyum meremehkan. Lalu ia kembali melayangkan tendangan memutar yang cepat, membuat Yansya terpaksa mundur beberapa langkah untuk menghindari serangan itu.

"Aku tidak akan memberitahumu apa pun jika kamu tidak bisa membuktikan dirimu layak," tambahnya dengan nada menantang. "Tunjukkan padaku kekuatan yang aku tahu kamu miliki, karena jika kamu tidak bisa mengalahkanku, maka kamu tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang kamu cari."

Yansya hanya bisa menahan napasnya, ia menganalisis setiap gerakan Lisa dengan kecepatan super, mencari celah dalam setiap serangannya, karena ia tahu ini bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga tentang kecerdasan dan kemampuan beradaptasi.

Serangan Lisa berlanjut tanpa henti. Gerakannya gesit dan setiap pukulan serta tendangannya sangat terukur. "Kamu pikir kemampuan analisis supermu itu sudah cukup?" Lisa bertanya dengan nada sinis, sambil menghindari pukulan balasan Yansya yang cepat.

"Kamu harus lebih dari sekadar pintar menghitung, Yansya, kamu harus bisa beradaptasi di bawah tekanan, karena musuh tidak akan pernah menunggu." Lisa kemudian melompat tinggi. Ia melancarkan serangan lutut yang mengarah tepat ke arah Yansya, memaksa Yansya untuk menghindar dengan susah payah.

Yansya merasakan kecepatan dan kekuatan Lisa yang jauh melebihi dugaannya, ia tahu bahwa ini adalah pertarungan yang serius, dan ia harus mengerahkan semua kemampuannya jika ingin mengalahkannya.

Seiring berjalannya pertarungan, Yansya mulai merasa lebih nyaman dengan kemampuannya, dan penguasaan bela diri otodidak yang ia miliki kini menyatu sempurna dengan kemampuan analisis super cepatnya, lalu ia dapat memprediksi setiap gerakan Lisa dengan presisi yang luar biasa, sehingga ia mampu menghindari pukulan-pukulan Lisa dengan tenang. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya, sebuah ekspresi percaya diri yang belum pernah terlihat sebelumnya, karena ia menyadari bahwa setiap serangan Lisa justru melatih dan mempertajam refleksnya, membuatnya semakin siap menghadapi tantangan selanjutnya.

Ketika Lisa kembali melancarkan serangkaian pukulan cepat, Yansya hanya membalasnya dengan satu tangan, dan ia menangkis setiap serangan dengan gerakan minimalis, bahkan ia tidak bergeser dari posisinya semula.

"Kamu harus mencoba lebih keras, Lisa," kata Yansya dengan nada tenang yang menunjukkan kepercayaan diri penuh. "Jika ini adalah level tertinggi yang kamu miliki, maka jawaban yang kamu simpan tidaklah terlalu sulit untuk aku dapatkan."

Lisa menghentikan serangannya. Ia menatap Yansya dengan ekspresi tak percaya, lalu sebuah senyum tipis akhirnya muncul di wajahnya.

"Baiklah, Yansya, aku akui kamu lebih dari yang aku bayangkan," kata Lisa sambil tersenyum tipis, mengakhiri pertarungan tiba-tiba. "Aku tidak akan membuang tenagaku untuk meladenimu lebih jauh, karena aku tahu kamu sudah membuktikan dirimu layak."

Ia lalu melirik Yansya dengan tatapan menggoda. "Tubuhku terasa lengket setelah pertarungan ini, aku akan mandi dulu, kamu mau ikut?" tanyanya, dan Yansya hanya bisa terdiam dengan ekspresi terkejut di wajahnya, karena ia tidak menyangka Lisa akan mengajukan pertanyaan seperti itu setelah pertarungan intens yang baru saja mereka lalui.

1
Khusus Game
oke, bantu share k
Glastor Roy
yg bayak tor up ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!