Arya Sebentar Lagi dia mendapatkan Sertifikat praktek kedokteran, Sebelumnya Dia Baru pulang dari luar negri setelah berbulan madu dengan Eriska.
Arya sendiri memiliki banyak istri dan Eriska ini istri yang ke 8, bagai mana keseruan kisah cinta Arya dan bagai mana dia mempertahankan semua haremnya.
ikuti terus ceritanya.
Ket : Petualang Cinta Dokter Muda sebenarnya Season 3 dari Dukun Muda Mencari Cinta Season 2, mau baca langsung boleh karena ada pengenalan tokoh, mau cari season pertama juga boleh banget.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dani Sutisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Demo
Bab 11 Demo
Pagi Harinya, setelah sarapan pagi Arya dan Eriska berada di Aula Bela Diri dia di datangi paman Madrim.
"Raden, aku dengar dari Rangga, semalam kamu terkena masalah, benarkah itu?"
Arya mengangguk dan tidak menyangkalnya "Ya paman, kemarin malam motor yang aku parkir di tabrak orang sampai ringsek"
Sebenarnya Ranggalawe sudah menjelaskan kronologis kejadian kepada paman Madrim, dan sekarang Arya menjelaskannya kembali.
Arya mengeluarkan peluru yang sudah menjadi koin, lalu dia berikan kepada paman Madrim "Paman ini perlu yang mengenai ku, petugas yang menjadi dekengan si Jaili itu bernama Rudi"
Mendengar penjelasan dari Arya dan bukti peluru, paman Madrim menjadi marah "Sialan si Jaili Jayadi, aku sekarang akan menuntut kompensasi.
Apalagi motor yang Raden Arya pake adalah motor kesayangan Raden Haris yang harganya lebih dari 1 milyar rupiah"
Paman Madrim bergumam "Awas kamu Keluarga Jayadi, kamu sudah menyinggung tuan muda keluarga Sandjaya ku, kalau kamu tidak mau bertanggung jawab, akan aku buat bangkrut perusahaan mu"
Paman Madrim, meskipun di keluarga Sandjaya bertugas sebagai kepala keamanan seluruh tower Sandjaya, dia juga memiliki kekuatan bisnis yang tidak bisa di remehkan.
Beberapa cabang usaha keluarga Sandjaya di pegang olehnya, sehingga dia juga di kenal di kalangan pengusaha.
"Kalau begitu aku akan ke perusahaan Jayadi grup untuk meminta pertanggung jawabannya, kalau bisa Raden tetap di tower, ada informasi sekarang akan terjadi demo besar besaran.
Apalagi ada kabar dari intelejen keluarga, adanya pesaing kita yang menjadi provokator, yang akan mengarahkan para pendemo untuk menyerang dan menjarah tower Sandjaya ini.
Sehingga semua keamanan berada di bawah gedung untuk bersiaga penuh.
Bahkan dari lantai pertama sampai lantai 10 saja sudah banyak berkumpul semua keamanan keluarga Sandjaya.
Mendengar demo, wajah Eriska langsung berbinar, dia merajuk "Sayang bagai mana kalau kita ikut demo"
Arya langsung mengkerutkan keningnya "Apa ikut demo?"
Eriska mengangguk "Ya bagai mana, itu seru tau"
Arya memegang kening Eriska dan merasa apakah keningnya panas atau tidak kemudian dia memegang keningnya sendiri.
"Kepala mu tidak panas, apakah kamu sakit?"
Eriska memukul bahu Arya dengan manja "Apa an sih sayang, apakah kamu menganggap ku gila"
Arya tersenyum "Aku tidak menganggap mu gila, hanya aneh saja kalau kamu ingin ikut demo"
"Eh seru tau, sayangnya Papa dulu melarang mahasiswanya untuk ikut demo, dia mengancam siapa pun mahasiswa Wijaya yang ikut demo akan di keluarkan.
Makanya aku selalu diam diam mengajak teman teman untuk ikut demo dengan tidak memakai almamater universal Wijaya"
Kening Eriska di sentil Arya "Dasar anak nakal, bisa bisanya kamu berbuat begitu di belakang papa mu"
Eriska tersenyum kemudian dia merajuk "Ayolah sayang, kita ikut demo, seru tau, ayolah, nanti aku kasih kamu yang mantap deh kalau kita ikut demo"
Eriska menawarkan hadiah kepada Arya kalau dia mau menemani dia ikutan demo dan hadiahnya entah apa yang pasti mantap.
Arya menggelengkan kepalanya "Tidak boleh!"
Eriska menggembungkan pipinya seperti anak kecil yang meminta mainan.
Dia terus merajuk meminta Arya untuk ikut demo bersama dengan mahasiswa ibu kota.
Arya membuat keputusan karena Eriska merajuk, baru kali ini dia meminta hal yang bisa di anggap tidak lazim.
"Baiklah kita keluar tetapi hanya nonton saja tidak ikut demo, dan hanya berjalan di pinggir saja"
Eriska mengangguk "Ya baiklah kalau begitu"
Mereka pun sudah sepakat untuk menonton saja tidak ikut menyuarakan aspirasi.
Mereka berdua turun ke lantai bawah dan menuju swalayan yang ada di gedung tersebut.
"Kita ganti baju terlebih dahulu, kita beli di sini saja" ajak Arya.
Mereka masuk ke area pakaian dan memilih baju kaos dengan logo one piece, Eriska memilih kaos bergambar Nico Robin dengan warna dasar pink, sedangkan Arya memilih kaos bergambar Zoro dengan warna putih.
Selain itu dia juga membeli topi dan masker untuk dia kenakan, dan setelah mengganti pakaian barulah dia keluar dari tower Sandjaya.
Di jalan raya sekarang sepi kendaraan roda 4, dan kebanyakan pejalan kaki, mereka ada yang berkelompok dan ada juga yang perorangan.
Arya melirik ke arah Eriska "Bagai mana, apakah kita mau jalan kaki ?"
"Tentu saja kita jalan kaki, lihat mereka juga berjalan kaki" Eriska menunjuk ke arah mahasiswa yang memakai almamater.
"Baiklah, ayo kita pergi" ajak Arya.
Mereka berjalan di trotoar jalan, tidak seperti mahasiswa yang berjalan di tengah jalan raya, karena mereka bergerombol dan datang dengan banyak orang.
Di persimpangan jalan mereka bertemu dengan mahasiswa yang lain sehingga jumlah mereka semakin banyak.
Di lihat di jalan tidak ada petugas keamanan yang menjaga atau mengatur, hanya ada para tentara yang menggantikan tugas para aparat tersebut.
Arya juga melihat tentara yang dia kenal dengan bet dan logo yang berbeda dengan yang lain.
Mereka pasukan khusus sayap Garuda yang di tugaskan dalam menjaga keamanan dan ketertiban para pendemo.
Brak....
Tidak sengaja Arya menabrak orang yang bertubuh tinggi besar dengan ransel di belakang punggungnya.
Orang itu langsung melotot marah "Hai kalau jalan lihat lihat, apa kamu buta?"
Arya melambaikan tangannnya sambil menganggukkan kepalanya "Maaf bang aku gak lihat Abang, terlalu fokus lihat orang"
"Cih, sialan kalau ketemu lagi awas kamu ya" orang itu pergi terburu buru, seperti ada sesuatu yang di sembunyikan.
Ketika menabrak Arya mendengar suara krencang seperti suara logam yang beradu yang terdengar di balik ransel yang orang itu bawa.
Arya penasaran kemudian dia menggunakan mata emas untuk melihat tembus pandang dan benda apa yang ada di dalam ransel orang itu.
Dari mata emas yang bisa melihat tembus pandang, Arya melihat di dalam tas ransel itu ada banyak senjata tajam.
Bukan hanya itu Arya juga melihat botol kaca yang isinya bensin, dan beberapa pematik api.
Di sana Arya bisa menyimpulkan bahwa orang yang tadi di tabrak dirinya itu seorang provokator.
Kemudian dia memutuskan untuk menangkap orang tersebut, tetapi menggunakan tangan orang lain.
Melihat tentara yang dia kenal, Arya pun mendatanginya lalu menepuk pundaknya.
"Marco, bisa kamu bantu aku menangkap seseorang?"
Tentara yang bernama Marco itu langsung berbalik dan melihat ke arah Arya, yang tidak dia kenal.
"Siapa kamu ? dan, apa aku mengenal mu ?" Marco bertanya karena Arya memakai masker dan topi sehingga dia tidak mengenalnya.
Kemudian Arya membuka topi dan maskernya, Marco pun menganga melihat Arya di hadapannya.
"Astaga ternyata itu anda instruktur"
Arya mengangguk "Ya ini aku, jangan dulu banyak bertanya, bantu aku menangkap orang yang di curigai sebagai provokator"
"Di mana orangnya instruktur?"
Arya menunjuk ke arah orang yang berjalan cepat, dengan ransel di belakang punggung.
"Itu orang yang membawa ransel besar, coba lihat menggunakan mata batin mu, di dalam tas ransel itu banyak senjata tajam dan bahan bakar"
Marco mengangguk "Baiklah aku akan segera menangkap orang itu"
Marco langsung mengajak 2 orang rekannya untuk menangkap orang itu dan Arya pun melanjutkan perjalananya bersama Eriska.
***
* Bersambung