Kinara Kinanti seorang perantau yang bekerja sebagai tim redaksi di sebuah kantor Berita di Kota Jayra. Ia lahir dari keluarga menengah yang hidup sederhana. Di jayra, ia tinggal disebuah rumah sewa dengan sahabatnya sejak kuliah yang juga bekerja sebagai seorang model pendatang baru, Sheila Andini. Kinara sosok yang tangguh karena menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya sakit. Ia harus membiayai pendidikan adik bungsunya Jery yang masih duduk dibangku SMA. Saat bekerja di kantor ia sering mewawancarai tokoh pengusaha muda karena ia harus mengisi segmen Bincang Bisnis di kolom berita onlinenya. saat itulah ia bertemu dengan Aldo Nugraha, seorang Pengusaha yang juga ketua komunitas pengusaha muda di kota Jayra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ungkapan Hati
"Hahahaha." Orang-orang yang duduk disekitar meja mereka menatap Kinara yang tertawa keras. Aldo menunduk dan menahan malu. "Kamu kenapa? Apa gara-gara kebanyakan minum obat? hahahaha." Kinara tak tahan hingga memegang perutnya. Aldo diam saja dan meneruskan makan siangnya. Tawa Kinara mulai mereda, ia sampai mengusap air mata disudut matanya dengan tisu karena tertawa terpingkal. "Masih sempat saja kamu membuat syair, kamu mau jadi penyanyi?" ejek Kinara. "Cepat habiskan makanmu aku harus kembali ke kantor," tambahnya. Aldo hanya diam tak berkomentar. 'Bisa-bisanya ungkapan hatiku di bilang syair lagu, dasar aneh,' gumam Aldo dalam hati.
5 menit kemudian Kinara ke kasir untuk membayar bill. Aldo keluar menyusulnya. "Ayo aku antar," ajaknya. Kinara menatap Aldo, ingin sekali dia tertawa lagi tapi ia tutup bibirnya rapat-rapat. "Ga perlu nanti kalau ada yang lihat malahan jadi gosip. Kamu pulang saja," usir Kinara. Aldo menahan tangannya. " Aku sudah membawa helmmu, aku antar sampai parkiran bawah tidak ada yang tahu," bujuknya. "Lebih cepat kalau naik motor," tambah Aldo. Kinara mengambil helm itu dan memakainya. Aldo memang mengantisipasi dengan memakai kacamata hitam, masker dan jaket kulit, tapi untuk orang yang sudah sangat mengenalnya pasti tau kalau itu dia.
Perjalanan yang biasanya ditempuh 15 menit dilalui Aldo hanya dengan waktu 10 menit. Aldo menurunkan Kinara diparkiran bawah tempat mobil biasanya parkir. Kinara melepas helmnya dan menyerahkan pada Aldo. "Aku tunggu hari ini juga jawaban sisanya." Aldo mengangguk. "Aldo?" Kinara dan Aldo menoleh bersamaan ke arah sumber suara. Mereka terkejut, Kamelia menangkap basah mereka. 'Kenapa masih bisa kenal?' tanya Kinara dalam hati. "Kenapa kamu ga menjawab pesanku?" tanya Kamelia. "Untuk apa? Kita tak sedekat itu," jawab Aldo dingin.
Kinara merasa suasana mulai tidak nyaman. Ia mencoba untuk pergi diam-diam dan meninggalkan mereka berdua untuk bicara. Tapi Aldo mengetahuinya dari sudut matanya dan menahan tangan Kinara. Kinara menghela nafas, 'Apalagi yang mau dia lakukan?'benaknya. "Aldo apa kamu begitu membenciku? Kenapa kamu tidak memberiku kesempatan untuk menjelaskannya? Apa kamu merasa bisa melupakanku semudah itu? " Kamelia menyeringai. "Tidak ada yang perlu kamu jelaskan lagi. Aku sudah mengetahui semuanya. Dan aku sudah memiliki orang lain yang kucintai dan itu bukan kamu." Aldo memegang tangan Kinara dengan erat.
Kinara melihat sekeliling berharap tidak ada yang melihat situasi ini. "Kamu pikir aku percaya dengan apa yang kamu lakukan bersama Kinara? Aku tahu hubungan kalian hanya bohongan." Aldo tetap berusaha tenang. "Kalau aku bisa membuktikannya apa kamu mau melepaskan ku? " tanya Aldo menantang. "Oke aku setuju, aku yakin kamu hanya ingin membuatku menjauhi mu tapi sebenarnya didalam hatimu kamu masih menungguku." Kamelia tertawa sinis sambil menyilangkan kedua tangan ke dadanya. Aldo turun dari motornya, melepas helm dan menarik Kinara untuk mendekat. Tubuh Kinara terhuyung karena tak siap dengan tarikan tangan Aldo. Tangan Aldo merangkul pinggangnya. Lalu mencium bibir Kinara tanpa aba-aba. Kedua tangan Kamelia lunglai melihat tindakan Aldo yang tak dia duga. 'Kenapa Aldo menciumnya?' batinnya. Kinara shock hanya terpaku dengan ciuman Aldo yang bersemangat. 'A..apa maksudnya ini?' benaknya. Kamelia mencengkeram tangannya erat dan menghentakkan kakinya kesal lalu pergi meninggalkan Aldo yang masih menikmati ciumannya sendiri.
Kinara yang tak bisa bicara karena bibirnya dilumat oleh Aldo berusaha berontak setelah tahu Kamelia sudah pergi. Aldo tersadar dan membuka matanya. Ia menghentikan ciumannya dan tersenyum menggoda Kinara. "Sekarang kamu juga sudah percaya?" Kinara menatap Aldo. Lalu pergi meninggalkannya begitu saja tanpa kata-kata. Aldo melap bibirnya memastikan tidak ada noda lipstik di bibirnya. "Untung saja dia hanya menggunakan pelembab," gumamnya sambil terkekeh. Lalu memakai helm, menyalakan motornya dan berlalu pergi. Tak jauh dari tempat Aldo berhenti ada yang sedang merekam video perdebatan itu sejak awal. "Hahaha..aku punya kartu As kak Kinara dia pasti tidak bisa mendesakku untuk mentraktirnya." Orang itu masuk ke kantor lewat pintu samping sambil mengendap.
Kinara duduk dengan sedikit kesal. Ayu bingung dengan sikap Kinara, ' Kenapa lagi anak ini?' gumamnya dalam hati. "Kenapa? Apa wawancara nya batal?" Kinara hanya melirik ayu sekilas. "Tidak ada apa-apa" Kinara menghela nafas. Bayangan ciuman Aldo itu tiba-tiba melintas di kepalanya. Kinara memejamkan mata lalu menghalau bayangan itu dengan tangannya. Ayu makin heran, tapi ia tak berani menanyakannya. "Kenapa aku tak menamparnya tadi, kenapa aku cuma pergi begitu saja? Apa aku juga..ah mana mungkin, ini cuma-cuma main-main supaya dia bisa dijauhi perempuan itu," gumam Kinara lirih. Ayu makin tak sabar, seketika ia berdiri lalu menarik Kinara ke balkon.
Kinara yang bingung ikut terseret tarikan ayu yang begitu kuat . "Bicaralah apa yang membuatmu kesal?" tanya ayu. Kinara memastikan tidak ada orang lain disana. Kinara nampak ragu bercerita, "Apa ini soal Aldo? Aku tahu kamu tinggal serumah dengannya. Dan yang kamu antar ke rumah sakit itu dia kan? Dia mengakui mu sebagai tunangannya kan diperumahan?" Kinara terkejut, " Arya sialan," umpat Kinara. Dia bisa menebak dari mana ayu tahu setelah mendengar soal tunangan di perumahan. "Kamu tak perlu mengomeli arya. Aku sudah lama curiga, dia hanya terpaksa cerita karena aku interogasi," bela ayu. "Sekarang kamu cerita apa yang mengganggu pikiranmu?" Kinara menghela nafas.
"Tadi dia mengantarku setelah kami dari kafe, lalu kamelia melihat kami. Dia sangat mengenal Aldo padahal Aldo sudah menggunakan masker dan kacamata. Mereka sempat berdebat, Kamelia tidak terima Aldo menghindar darinya, karena Kamelia yakin Aldo masih menunggunya. Tapi Aldo bersikeras meminta Kamelia tak menghubungi atau berusaha mendekatinya lagi. Aku berusaha pergi tidak mau terlibat dengan pertengkaran mereka. Tapi Aldo menahan tanganku. Lalu dia menantang Kamelia, kalau dia bisa membuktikan hubungan ku dengan Aldo dia minta Kamelia untuk menjauhi nya tanpa negosiasi lagi. Lalu tiba-tiba Aldo..." Kinara tak sanggup melanjutkan ceritanya.
Ayu makin penasaran, "Apa yang Aldo lakukan? Dia menciummu?" Kinara tertegun menatap ayu, "Bagaimana kamu tahu?" Ayu lalu tertawa, "Akhirnya kamu merasakan ciuman pertamamu." Kinara mendengus kesal, "Itu bukan ciuman namanya kalau hanya kemauan satu pihak," keluh Kinara. "lalu kenapa kamu tidak menikmatinya juga?" goda ayu. " Apa-apaan, aku aja masih tidak menyangka dengan yang dia lakukan. Kenapa dia tiba-tiba tertarik padaku? Heh..aku merasa aku hanya alatnya untuk membalas dendam atau bahkan untuk membantunya menutupi kebohongannya. Bagaimana mungkin aku bisa mencintainya jika karena itu?" Ayu mengangguk mengerti. "Aku paham, kamu merasa tidak dicintai layaknya seorang perempuan. Tapi lebih karena terpaksa oleh situasi." Kinara mengangguk, "Itu maksudku, aku tahu diri aku ga sebanding sama dia. Orang-orang pasti merasa yakin kalau aku yang mengejarnya, bukan sebaliknya. Ah sudahlah, aku tidak mau dipusingkan soal itu"
Kinara hendak pergi tapi ayu menahannya. "Lalu apa yang membuat mu tampak gusar? Apa kamu juga merasakan suka meskipun sedikit?" Kinara nampak salah tingkah, "Yah aku kan perempuan normal kalau pun aku tertarik itu wajar karena dia memang tampan seperti yang dikatakan orang-orang, seperti yang kamu bilang dia memang punya aura kewibawaan. Tapi itu hanya sebatas suka seperti layaknya Fans dan idolanya." Ayu nampak berpikir, "Tapi kamu terbayang terus kan soal kejadian tadi? Itu yang membuatmu gusar. " Kinara hanya diam. Ia mengakui hal itu dan ayu bisa mengetahui nya tanpa harus dijawab oleh Kinara. "Kinara, apa dia melakukan sesuatu yang berbeda saat dirumah bersamamu?" Kinara tertegun, ia mencoba mengingat kegilaan apa saja yang dilakukan Aldo saat dirumah.
"Aku tak tahu apakah itu dirasa normal atau tidak. Dia memang sedikit berbeda saat dirumah. Seolah dia ingin menunjukkan dirinya versi apa adanya. tidak ada yang ditutupi." Ayu tersenyum. "Berarti saat dia bisa menunjukkan karakter aslinya padamu dia sudah merasa nyaman denganmu. Dan bisa jadi yang dia ungkapkan itu adalah perasaannya yang sesungguhnya." Kinara terdiam. Dia memang tidak pernah benar-benar menjalin hubungan dengan laki-laki. Saat Ben mengungkapkan perasaan nya pada kinara, Kinara memilih untuk melupakan perasaan itu karena tak ingin terlibat dengan hubungan jarak jauh. Jadi baginya pernyataan cinta Aldo itu nampak asing.
Aldo melempar kunci motor ke atas bufet tivi lalu menghempaskan tubuhnya di atas sofa. "Apa Kinara masih belum menyadari perasaan ku? Apa dia belum percaya ciumanku itu tulus?" gumamnya. Ia sudah tak tahan lagi menahan diri untuk tidak mengungkapkan perasaanya tapi Kinara selalu menangkapnya lain. "Atau ini terlihat terburu-buru buatnya? kami memang baru 2 Minggu tinggal serumah, tapi aku menyukainya sudah begitu lama." gumamnya. Suara dering handphone menyadarkan lamunan Aldo. "Halo pak" sapanya. "Oh baik jam 4 sore saya ke sana, terima kasih Pak." Aldo beranjak ke kamar untuk mengambil obatnya. Bayangan ciuman mereka tadi melintas di kepalanya. Ia menghela nafas, ia kehabisan cara untuk bisa meyakinkan Kinara.