NovelToon NovelToon
Cerita Di Balik Luka

Cerita Di Balik Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang / PSK
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nita.P

Dibalik cerita kelam dan kesalahan besar, ada luka yang tersembunyi mencari kesembuhan.

"Aku membelimu untuk menjadi wanita bayaranku seorang!" -Bara-

"Pilihanku menerima tawaranmu, dan perasaanku adalah resiko dari pilihanku sendiri " -Shafa-

*

Hanya seorang gadis yang terjebak dalam dunia malam hanya untuk pengobatan Ibunya. Lalu, bertemu seorang pria kaya yang membelinya untuk menjadi wanita bayaran miliknya seorang. Bisa terlepas dari dunia malam saja, dia sudah bersyukur dan menerima tawaran itu.

Namun, sialnya dia salah melibatkan hati dan perasaan dalam situasi ini. Mencintai pria yang membayarnya hanya untuk pemuas gairah saja.

Di saat itu, dia harus menerima kenyataan jika dirinya harus pergi dari kehidupan pria itu.

"Aku harus kembali pada istriku"

Dengan tangan bergetar saling bertaut, dada bergemuruh sesak dan air mata yang mulai menggenang, Shafa hanya mampu menganggukan kepalanya.

"Ya, aku akan pergi dari kehidupanmu"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesan Lagi?

Terbangun dalam pelukan seseorang, cukup mengejutkan bagi Shafa. Karena biasanya dia akan langsung pergi setelah memuaskan pelanggannya, mau jam berapa pun itu, dia akan langsung pergi. Tapi, malam ini dia malah tertidur sampai pagi. Lebih terkejut lagi karena pria yang bermalam dengannya semalam, masih berada disini dan bahkan memeluknya.

Shafa mencari keberadaan ponselnya, melihat waktu yang sudah menunjukan pukul 7 pagi. "Duh, aku ada kuliah pagi. Harus cepat cepat pulang"

Shafa melirik pada pria yang masih terlelap tanpa busana di sampingnya. Sejenak tatapan matanya tidak teralihkan, wajah tampan, hidung mancung, dengan rahang yang tegas dan bentuk tubuh yang begitu terawat dan indah dilihat.

Sial, kenapa kamu ini Shafa? Jangan terpesona dengan pria seperti dia, mau bagaimana pun dia adalah pria yang sama dengan pria lain. Membelimu hanya untuk kepuasan naf*sunya saja.

"Argh...." Shafa memegang perutnya yang lagi-lagi terasa sakit. Padahal dia tidak sedang datang bulan. Tapi perutnya selalu sakit akhir-akhir ini. "Sepertinya aku harus periksa ke Dokter"

Shafa turun dari tempat tidur, mengambil pakaiannya yang bercecer dan memakainya kembali. Dia mengambil tas dan ponselnya.

"Kau mau kemana?"

Suara bariton itu menghentikan langkahnya menuju pintu kamar. Shafa berbalik dan melihat Bara sudah bangun, dia sedang memakai jubah mandi.

"Aku harus pulang dulu, Tuan. Ada kuliah pagi"

Mata Bara sedikit menyipit kaget, satu alisnya terangkat. "Kau kuliah?"

Shafa tersenyum miris, pertanyaan Bara ini seolah dia tidak percaya jika orang seperti Shafa masih mementingkan pendidikan. Justru dengan dia kuliah dan bisa sampai lulus, adalah harapannya untuk bisa keluar dari dunia hitam ini dan menjalani kehidupan normal seperti kebanyakan orang.

"Ya, aku harus kuliah" ucap Shafa seraya berbalik.

"Tapi aku belum membayarmu"

Shafa memejamkan mata, rasanya masih begitu sakit ketika mendengar kalimat seperti itu dari setiap pelanggannya. Seolah kalimat itu telah menyadarkan jika dia hanya seorang perempuan bayaran yang tidak ada lagi harga diri untuk di pertahankan.

"Untuk membayar, langsung transfer saja ke rekening Mommy aku. Soalnya dia yang mengurus semua pembayaran itu"

Shafa terkejut saat tiba-tiba tangannya di tarik hingga dia terjatuh dalam pelukan Bara. Tangan Bara melingkar di lehernya, tatapannya begitu mengerikan.

"Aku belum puas denganmu. Bisa aku pesan lagi kau malam ini?"

Hati Shafa menjerit, ingin sekali dia menolak. Tapi, sekali lagi ini adalah pekerjaannya. Shafa harus sadar diri akan itu.

"Silahkan hubungi Mommy aku saja"

Bara tersenyum sinis merendahkan, tangannya mencengkram dagu Shafa dengan cukup kuat. Membuat Shafa meringis pelan. Bekas ciumannya semalam masih terlihat jelas di leher jenjang gadis itu.

"Kau memang serendah ini ternyata, dan mulai sekarang kau akan semakin tersiksa karena sudah masuk dalam perangkapku, Laurent"

Shafa memejamkan matanya, rasanya sakit sekali mendengar setiap ucapan yang keluar dari mulut Bara.

Sepertinya dia sudah lupa nama asliku, kita hanya bertemu sekali. Mana mungkin dia mengingatnya.

"Aku pergi dulu, Tuan"

Shafa segera keluar dari kamar itu, dia tidak mau terus berada disana dan hanya semakin tersiksa dengan segala ucapan Bara yang benar-benar melukai hatinya. Meski sebenarnya apa yang di ucapkan oleh Bara adalah sebuah kenyataan.

*

Shafa kembali ke rumahnya setelah menjalani kuliah pagi. Rumah yang diberikan oleh Mom Erlin untuknya selama dia masih menjadi anak buahnya. Shafa duduk di sofa, melihat tanggal di ponselnya.

"Sudah waktunya pembayaran ke Rumah Sakit Ibu. Sebaiknya aku pergi dulu"

Shafa segera mandi dan bersiap, dia pergi menggunakan mobilnya menuju Rumah Sakit Jiwa tempat Ibunya di rawat. Setiap sampai disana, ada rasa hampa, hancur, dan luka yang tidak kunjung sembuh.

Shafa baru bisa mengerti kenapa dulu Ibunya selalu mengingatkan padanya agar tidak masuk pada dunia malam ini. Karena ternyata Shafa adalah anak yang tidak jelas siapa Ayahnya, karena Ibu juga mantan seorang wanita penghibur.

"Permisi Sus, saya mau membayar biaya Ibu Rani"

"Oh baik, tunggu sebentar saya cek dulu"

"Bagaimana keadaan Ibu saya sekarang? Apa bisa bertemu?"

"Tadi pagi Ibu Rani kembali histeris, dan akhirnya diberikan suntik obat penenang. Untuk saat ini sebaiknya jangan dulu di temui. Mbak Shafa bisa melihat dari luar ruangan saja dulu"

Shafa hanya menghela napas lelah, berharap suatu hari Ibunya akan kembali normal seperti dulu. "Baik Sus, saya hanya ingin melihat keadaannya saja"

Setelah selesai melakukan pembayaran, Shafa pergi ke ruangan Ibunya. Hanya bisa menatap dari luar pintu, melihat dari kaca yang terpasang di pintu. Tatapan mata Ibu masih begitu gelisah, raut ketakutan selalu terlihat. Rambutnya acak-acakan, bajunya juga. Wajah yang dulu cantik dan terawat, kini sudah tidak terawat lagi.

"Bu, cepat sembuh ya biar aku ada tempat lagi untuk bersandar. Ada yang mau memeluk aku lagi saat sedang sedih. Aku lelah, tapi aku tidak akan menyerah untuk Ibu. Semua pengobatan Ibu harus tetap berjalan, meski aku harus melanggar janjiku pada Ibu. Karena pada akhirnya aku harus menjalani dunia malam ini"

Shafa menghembuskan napas kasar, dia menempelkan tangannya di kaca sebelum berlalu pergi. Bisa melihat Ibunya saja, sudah cukup baginya. Meski belum bisa bertemu dan mengajaknya bicara.

Saat sampai di parkiran mobil, Shafa merasakan perutnya kembali sakit. Dia memegang perutnya dengan sedikit membungkukan tubuh.

"Arghhh... Aku belum sempat ke rumah sakit. Sebaiknya beli obat pereda nyeri dulu"

Shafa pergi ke apotek sebelum pulang ke rumah, membeli obat pereda nyeri untuk rasa sakitnya. Hari sudah semakin gelap, Shafa semakin merasa lelah untuk menghadapi malam. Karena setiap malam adalah waktu dimana dia menjadi sosok Laurent yang menjual tubuhnya.

Duduk di depan cermin meja rias, Shafa menatap pantulan dirinya sendiri dengan senyum miris. Pakaian terbuka ini, adalah pakaian yang ingin dia buang jauh. Riasan ini, ingin dia hapus sampai bersih. Shafa benci menjadi Laurent, dia hanya ingin menjadi Shafa selamanya. Tapi sayang, dunia sudah membawanya terjun pada dunia ini.

Selama perjalanan, Shafa selalu menutupi pakaian terbukanya ini dengan jaket. Baru saat dia sampai di tempat hiburan malam ini, dia melepas jaketnya dan memulai hari sebagai Laurent.

"Ya ampun kenapa datang terlambat, Sayang. Sudah ada yang menunggumu dari tadi" ucap Mom Erlin.

Shafa tersenyum masam, lalu mengikuti Mom Erlin menuju meja tamu. Cukup tertegun karena ternyata Bara benar-benar berada disana. Ucapannya tadi pagi bukanlah bercanda, ketika dia ingin memesan Shafa lagi.

"Kau punya pelet apa sih Laurent? Sampai orang seperti Tuan Bara terus datang dan mencarimu" ucap salah seorang teman Shafa.

"Hey, Laurent ini bukan hanya di cari Tuan Bara. Tapi sudah di beli dengan full"

"Maksudnya, Mom?"

"Sudah, kamu layani dulu Tuan Bara. Nanti Mom akan jelaskan"

Shafa menatap Mom Erlin dengan bingung, tapi kerlingan mata Mom Erlin jelas menunjukan jika dia begitu senang malam ini. Dengan langkah ragu, Shafa mendekat pada Bara.

Ya Tuhan, kapan ini berakhir?

Bersambung

Mampir di karya temenku ya.

.

1
Aras Diana
lanjut thor
Milla
G thorr g ada aku nabung bab percaya deh ✌️ aku tu malah nungguin othor up karena g sabar sama kelanjutan cerita shafa 🥺 sedih deh jadi seorang shafa 🥺 semangat up ya thorrrr 💪🌹
dika edsel
dia kan labil mak..udah gitu si bara juga udah terkena aura mistis..,noh buktinya dia ter aura aura sampe saat ini..
A.M.G
penasaran pov aura kok bisa dia ngaku ngaku jadi shafa
suryani duriah
🤧🤧🤧
edelweis🌻
klu shafa sdh pergi baru sadar bara siapa yg sbnarnya d cari selama ini
ken darsihk
Semangat thor nggak sempet nabung bab thor , karena bab selanjutnya selalu di tunggu
Aras Diana
lanjut thor
🌷Vnyjkb🌷
aku spi bab ini jg bingung kak ( masih ),,, blm ada hilal tujuan bara, jg aura yg koma, makanyaaaaa kukejarrrrr trs lanjutannya kak, gak kutabung,, lg butuh soalnya,,🤭🙏🙏🤣🤣😍😍💪💪💪💪💪
A.M.G
semangat
A.M.G
sakit banget jadi shafa 😭😭😭😭
A.M.G
hadeh salah paham 😔😔😔
A.M.G
🤣🤣🤣🤣 kasian aaa kasian saatnya hukum kurma
A.M.G
curiga si bara bere salah orang 🤣🤣
A.M.G
kok curiga aura masih saudara seayah sama shafa ya 😏😏😏
A.M.G
😭😭😭😭😭😭😭😭
A.M.G
tapi othornya ya kan 🤭💉💉
A.M.G
semangat
A.M.G
kira kira kalo tau bara bakalan kasian gak ya
A.M.G
kasian banget jadi dia😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!