NovelToon NovelToon
Hingga Aku Tak Lagi Menunggu

Hingga Aku Tak Lagi Menunggu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nclyaa

Asha, seorang gadis muda yang tulus mengabdikan diri di sebuah rumah Qur'an, tak pernah menyangka bahwa langkah ikhlasnya akan terseret dalam pusaran fitnah. Ia menjadi sasaran gosip keji, disebut-sebut memiliki hubungan gelap dengan ketua yayasan tempatnya mengajar. Padahal, semua itu tidak benar. Hatinya telah digenggam oleh seorang pemuda yang berjanji akan menikahinya. Namun waktu berlalu, dan janji itu tak kunjung ditepati.

Di tengah kesendirian dan tatapan sinis masyarakat, Asha tetap menggenggam sabar, meski fitnah demi fitnah kian menyesakkan. Mampukah ia membuktikan kebenaran di balik diamnya? Atau justru namanya akan terus diingat sebagai sumber aib yang tak pernah ia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nclyaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hadiah untuk santri

"Sha," panggil ustadzah Salma saat melihat Asha melewatinya dan juga ustadzah Hamnah.

"Eh iya ustadzah, gimana?" jawab Asha menundukkan sedikit kepalanya saat bertemu keduanya.

"Tolong beliin hadiah buat nanti penutupan ya, sama Naira atau enggak Rayna. Ana sama yang lain kebetulan harus siapin konsumsi, kebetulan antunna lagi pada santai, jadi tolong yaa." pinta ustadzah Salma.

"Oh iya ustadzah," jawab Asha dengan ramah.

"Nanti uangnya anti ambil aja di bendahara ya," timpal ustadzah Hamnah.

"Na'am ustadzah, kalo gitu Asha permisi dulu ya, Assalamualaikum." pamit Asha pada keduanya.

"Waalaikumsalam," jawab keduanya kemudian pergi masuk kembali ke kantor asatidzah (guru perempuan).

Setelah berpamitan, Asha segera melangkahkan kakinya menuju kantor bendahara yang berada di area bangunan para asatidz (gedung tempat tinggal para ustadz). Seperti biasa, ia ditemani kedua temannya yang juga masih menyandang status single seperti dirinya. Meski dalam hatinya Asha tengah berusaha menjaga jarak dari banyak orang dan memilih menjadi pribadi yang lebih tertutup, namun bersama dua gadis itu, ia tak bisa menjadi pribadi yang tertutup. Terlalu banyak celah lelucon yang dilemparkan oleh Rayna dan Naira, membuat Asha sesekali ikut tertawa, meski seringkali menutupinya dengan pura-pura batuk atau membenarkan kerudungnya.

"Katanya ustadz Ihsan (putra dari bu Ina) mau nikah tau," pembukaan gosip yang dimulai oleh Rayna adalah katanya.

"Dapet info darimana?" tanya Naira menatap Rayna.

"Makanya kalo diajak ngider tuh jangan mager mulu, jadi gak dapet info-info terupdate kan!" jawab Rayna dengan wajah mengejeknya.

"Yeuuh kamu ngider cuman buat nyari bahan gosip doang," timpal Naira memutar malas bola matanya.

"Sekalian nyari jodoh Nai, siapa tau kan ada yang nyantol," gurau Rayna yang diikuti oleh gelak tawanya.

"Harusnya kamu kayak Asha, gak ngider juga tetep banyak yang nyantol," balas Naira yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Asha.

"Becanda sha," lanjutnya yang diiringi tawa kecil dari Rayna dan Asha, sementara dirinya hanya menatap dengan kesal.

Gurauan mereka terus berlanjut, menyelip di antara langkah-langkah ringan yang membelah lorong sempit menuju bangunan para ustadz. Tanpa mereka sadari, kaki sudah hampir menyentuh undakan kecil menuju tempat tinggal para asatidz. Seketika suasana berubah. Rayna dan Naira saling menoleh, memberi isyarat halus, dan ketiganya pun segera menghentikan tawa yang masih menggantung di ujung tenggorokan.

Dengan sopan, mereka melangkah masuk ke dalam bangunan itu, dan secara serempak mengucapkan salam, "Assalamu’alaikum,"

Seorang ustadz yang sedang duduk di depan pintu kantor menoleh perlahan begitu mendengar salam mereka. Ia mengulas senyum ramah pada ketiganya, kemudian berdiri dari duduknya dan berkata,

"Wa’alaikumussalam, ada keperluan apa ustadzah? tanyanya, sambil menurunkan kacamatanya ke ujung hidung.

"Mau ketemu sama ustadz Afkar, ada keperluan seputar keuangan," jawab Asha tentang maksud tujuannya datang.

"Ustadz Afkar nya ada kan?" tanya Rayna menatap ustadz di depannya.

"Oh ada ustadzah, silahkan masuk," jawab ustadz tersebut mempersilahkan ketiganya masuk kedalam kantor bendahara.

Tok Tok Tok

"Masuk!" sahut seseorang dari dalam ruangan.

Ketiganya pun melangkah masuk ke dalam kantor bendahara setelah mendapat izin, namun saat tiba di dalam suasananya mendadak terasa canggung bagi Asha. Pintu yang terbuka memperlihatkan di dalam ruangan sempit itu, tampak Ustadz Nael dan Ustadz Fahmi tengah duduk santai berbincang dengan Ustadz Afkar. Ketiganya terlihat terlibat dalam obrolan hangat, namun sontak menghentikan pembicaraan mereka begitu Asha, Rayna, dan Naira memasuki ruangan.

Asha refleks menahan langkahnya sejenak, tak siap dengan keberadaan satu sosok yang akhir-akhir ini cukup sering memenuhi pikirannya. Ustadz Nael melirik sekilas ke arahnya, tatapannya tak bisa disembunyikan dari Rayna yang langsung menangkap sorot aneh di mata laki-laki itu. Sementara Ustadz Fahmi justru langsung tersenyum lebar, menyapa mereka dengan anggukan kecil.

"Wah, rame juga nih," celetuk Ustadz Fahmi, mencoba mencairkan suasana.

Namun belum sempat Asha atau teman-temannya menjawab, Ustadz Afkar langsung mengambil alih percakapan.

"Kalian bertiga ada keperluan apa?" tanyanya sambil merapikan map di hadapannya.

Rayna dan Naira saling melirik, memberi isyarat agar Asha saja yang bicara. Asha pun menarik napas pendek, mencoba mengatur nada bicaranya agar tetap tenang meski jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Kita mau pengajuan dana untuk pembelian hadiah acara lusa ustadz," jawab Asha, suaranya terdengar tegas, meski tatapannya berusaha tak bertemu langsung dengan mata Ustadz Nael.

"Oh, bagus, bagus," kata Ustadz Afkar sambil mengangguk, lalu melirik sekilas ke arah dua tamunya yang tampaknya sudah siap untuk pamit.

"Kalo gitu, kita permisi dulu, tadz," ujar Ustadz Nael tiba-tiba, nadanya tenang namun matanya sempat singgah pada wajah Asha sebelum akhirnya melangkah keluar bersama Ustadz Fahmi.

Begitu pintu tertutup kembali, ruangan itu terasa sedikit lebih lega. Tapi Asha sadar, detik itu pula ia telah kembali mencuri perhatian yang sebenarnya ingin ia hindari.

Naira menyodorkan secarik kertas bertuliskan rincian anggaran, lengkap dengan estimasi harga dan jumlah barang. Asha berdiri sedikit di belakang mereka berdua, membiarkan dua sahabatnya yang lebih luwes menyampaikan keperluan. Meski awalnya ingin bicara juga, tapi ia lebih memilih diam dan mengamati.

Ustadz Afkar menerima kertas itu, matanya menyusuri daftar harga dan catatan kecil di sampingnya. Alisnya sempat naik sedikit.

"Hmm... Ini kalian mau beli mug, buku tulis lucu, sama paket alat tulis, ya?" tanyanya.

"Iya ustadz, tapi sebenernya bukan cuman itu, masih ada lagi. Cuman Asha belum rinci lagi barang sama harganya." jawab Naira cepat.

Ustadz Afkar tersenyum tipis, lalu bersandar di kursinya.

"Baik, saya setuju. Tapi saya revisi sedikit di bagian jumlahnya ya… hmm, mungkin untuk mug diganti botol minum aja ustadzah," ucapnya setelah mengganti catatan mug di kertas itu.

Rayna dan Naira mengangguk semangat. Asha ikut tersenyum kecil, akhirnya bicara pelan, dan mengatakan,

"Jazakallahu khairan, ustadz."

Ustadz Afkar mengangguk pelan.

"Wajazakunnallahu khoiron. Jangan lupa pastiin nota belanjaannya disimpen, ya. Biar nanti tinggal direkap di laporan akhir." ingatnya pada mereka.

Setelah semuanya selesai, mereka pun pamit dengan ucapan terima kasih. Saat melangkah keluar dari kantor, Rayna langsung menarik napas lega.

"Hah! Kenapa ya kalo liat ustadz Afkar tuh bawaannya pengen nikah mulu," celetuk Rayna yang langsung mendapat tatapan dari kedua temannya.

"Kenapa? Gak masalah dong kalo aku ngomong gitu," ujar Rayna, kemudian berjalan lebih dahulu daripada kedua temannya.

Sementara Naira dan Asha hanya menggelengkan kepalanya, mereka sudah terbiasa dengan tingkah konyol Rayna. Namun kali ini mereka tak habis fikir Rayna akan berbicara seperti itu di depan kediaman para ustadz.

Mereka bertiga pun melangkah menjauh dari bangunan para ustadz, disambut cahaya matahari sore yang mulai condong ke barat. Di antara canda, tanggung jawab, mereka tahu, ada rasa hangat yang tumbuh karena kebersamaan dalam ikatan persaudaraan tanpa nasab ini.

1
Takagi Saya
Aku suka gaya penulisanmu, jangan berhenti menulis ya thor!
Nclyaa: Timakaci❤
total 1 replies
°·`.Elliot.'·°
Kreatif banget!
Nclyaa: timakaci ❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!