NovelToon NovelToon
Suami Ku Yang Relakan

Suami Ku Yang Relakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: ScarletWrittes

Leon, pria yang ku cintai selama 7 tahun tega mengkhianati Yola demi sekertaris bernama Erlin, Yola merasa terpukul melihat tingkah laku suamiku, aku merasa betapa jahatnya suamiku padaku, sampai akhirnya ku memilih untuk mengiklaskan pernikahan kita, tetapi suamiku tidak ingin berpisah bagaimana pilihanku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ScarletWrittes, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11

“Kalau boleh aku tahu, kenapa kamu tiba-tiba bicara begitu ya sama aku? Aku butuh tahu sih kenapa kamu bicara kayak gitu.”

“Anggap aja aku nggak ada bicara apa-apa. Aku lagi ngelantur tadi, maafin aku ya.”

“Yang mau aku dengar bukan minta maafnya, tapi kenapa kamu bisa bicara demikian. Kan itu yang aku pentingin.”

“Aduh, kamu itu apaan sih? Aku nggak ada apa-apa, seriusan. Aku cuma bercanda tadi.”

“Ya kalau bercanda, ya diterusin dong biar nggak nanggung. Lagian aku juga pengen tahu, itu bercanda apa bukan.”

Yola merasa bahwa dirinya sudah salah berbicara kepada pria yang sangat iseng di depan matanya ini. Nggak lama, handphone Yoto kembali berdering.

“Yoto, papa dengar kamu sudah balik ya ke Indonesia. Kenapa kamu nggak boleh ke rumah, dan di mana kamu sekarang?”

“Aku ke sini juga ada maksudnya, Pa. Aku di sini ada meeting sama klien. Kalau misalkan nggak ada meeting, juga aku udah di Malaysia.”

“Kok kamu ketus banget sih kayaknya sama papa? Emang kamu belum bisa ya maafin papa seutuhnya gara-gara dulu papa maksa kamu untuk ke Malaysia?”

Yoto merasa malas untuk berbicara dengan papanya, sedangkan Yola sudah tahu bagaimana cara Yoto berbicara dengan papanya.

Yola tidak mau menanyakan hal itu karena itu bukan urusannya lagi. Dulu mungkin memang masih menjadi urusannya, tapi sekarang sudah berbeda.

Yoto merasa ingin cepat mengakhiri telepon tersebut, tetapi entah kenapa telepon itu menjadi panjang kali lebar sampai akhirnya Yoto memutuskan untuk berhenti.

Yoto langsung mematikan telepon tersebut tanpa berkata apa-apa. Yola yang melihat itu hanya langsung merasa ketawa.

“Kamu jahat banget sih, padahal papa kamu masih lagi bicara sama kamu. Kenapa kamu matiin?”

“Nggak penting ngomong sama dia. Lagian juga gara-gara dia... eh maksud aku, ya intinya aku nggak pernah cocok lah sama dia. Kayaknya dalam waktu dua minggu lagi aku bakal balik lagi ke Malaysia.”

“Mau buat apa kamu balik ke Malaysia?”

“Kantor aku di Malaysia, dan aku di sini cuma meeting aja. Setelah meeting selesai, aku akan balik lagi ke Malaysia. Emangnya kenapa? Kamu kangen sama aku?”

Yola merasa rindu dengan kehadiran Yoto, tapi dengan dirinya bisa bertemu dengan Yoto saja sudah cukup mewakili perasaan masa lalunya yang tidak pernah terbalas dulunya.

Banyak pertanyaan di otak Yola yang ingin dilontarkan kepada Yoto, tapi entah kenapa nggak ada satu pun yang bisa terlontar. Melihat muka Yoto saja sudah menjadi hal yang sangat hangat untuk dirinya sendiri.

Yola sudah lama memiliki perasaan ini. Bahkan, dirinya ke Leon saja tidak punya rasa seperti ini. Apakah ini namanya cinta tidak terbalas? Cinta lama?

“Kata siapa aku kangen kamu? Nggak kok. Sono, pergi cepet-cepet ke Malaysia. Lagian aku juga nggak peduli sama kamu.”

“Ya udah, kalau emang kamu nggak peduli, aku juga nggak bisa berkata apa-apa. Tapi aku harap kamu selalu bahagia dan sehat ya. Jangan yang aneh-aneh pokoknya.”

“Lagian mana pernah aku aneh-aneh. Yang aneh-aneh itu mah kamu, bukan aku. Dasar ya, susah makan kamu yang akhirnya aku—”

“Enggak kok. Sekarang aku udah punya sekretaris yang selalu ingetin aku makan, jadi aku nggak pernah telat makan. Aman aja.”

Entah kenapa, saat kata sekretaris keluar dari mulut Yoto, itu membuat tanda tanya besar di otak Yola. Tapi Yola bingung, harus dilontarkan atau tidak.

“Sekretaris kamu cewek apa cowok?”

“Ayo tebak, cewek apa cowok.”

“Nyebelin banget sih! Ditanya nggak pernah langsung jawab. Bisa nggak sih kalau seorang pria itu ditanya harus langsung jawab?”

“Kenapa aku harus langsung jawab? Emang aku siapanya kamu kalau aku harus jawab?”

Yola semakin merasa kesal dengan perkataan Yoto, tapi entah kenapa memang dia tidak bisa marah kepada Yoto.

Akhirnya, Yola memilih untuk membiarkan Yoto yang menang daripada dirinya harus berdebat dengan orang yang sudah jauh.

“Ya udah, kali ini kamu yang menang deh. Aku kalah. Tapi lain kali harus aku yang menang, bukan kamu. Mengerti kamu?”

“Emangnya kata siapa kamu pernah lebih menang dari aku?”

Yoto hanya tersenyum menanggapi perkataan Yola. Entah kenapa, perkataan Yola selalu menjadi penghiburnya dari dulu sampai sekarang.

“Kamu juga nggak pernah berubah. Dari dulu sampai sekarang tetap keras kepala. Tapi entah kenapa kalau aku ke kamu sekarang kayak... eh, lupakan aja.”

Yola selalu ingin mendengar perkataan yang lebih dari mulut Yoto, tapi entah kenapa perkataan itu selalu dibatasi oleh Yoto.

Waktu sudah malam hari.

“Ayo, Yola. Aku antar pulang. Sudah malam, nanti suami kamu cariin aku. Nggak enak sama suami kamu, kasihan suami kamu ditinggal wanita cantiknya.”

“Kata siapa? Justru suami aku jarang pulang. Kayaknya dia udah nggak sayang sama aku lagi sih. Tapi aku juga nggak peduli, udah capek juga.”

Yoto yang mendengar itu merasa bingung. Dikira wanita yang selama ini ia cintai memiliki suami yang selalu ia sayangi, malah sebaliknya.

“Mungkin dia hanya sibuk cari uang aja kali, bukan bermaksud untuk nggak sayang kamu lagi.”

“Nggak tahu. Tapi aku merasa semua laki-laki itu berbeda, kecuali kamu.”

Yoto yang mendengar itu hanya diam saja. Namun dirinya tidak boleh goyah, karena itu adalah istri orang lain.

“Aku sama aja kok, nggak akan pernah berubah. Buat apa juga aku berubah? Lagian berubah nggak berubah, juga tetap aja sama.”

“Makanya dari itu aku senang sama sifat kamu yang nggak pernah berubah. Seandainya kita yang bersama ya, bukan aku sama suami aku...”

Yoto merasa pembicaraannya sudah melenceng ke mana-mana. Dirinya lebih memilih untuk tidak melanjutkan dan memulangkan Yola ke rumah.

Selama di perjalanan, Yola hanya diam saja dan tidak berkata apa-apa. Tetapi di lain sisi, Yoto merasa tidak enak kepada Yola. Mungkin ada perkataan Yoto yang salah dan tidak disengaja, yang menyakiti perasaan Yola.

Sampai di rumah Yola.

“Makasih ya udah anterin aku pulang. Semoga aku bisa ketemu kamu lagi, Yoto.”

“Mungkin ini pertemuan terakhir kita sih, karena aku nggak bakal ngeganggu hidup kamu lagi. Aku nggak mau menjadi pelakor di dalam rumah tangga kamu. Aku berharap kamu selalu bahagia ya sama suami kamu. Tapi kalau suami kamu macam-macam sama kamu, sampai dia menyakiti kamu, kasih tahu aku biar aku yang membalas dia, bukan kamu.”

“Makasih. Kalau gitu aku akan masuk ke dalam rumah dulu. Dan kamu hati-hati ya di jalan pulangnya. Jangan ngebut-ngebut, oke?”

Yoto tersenyum kepada Yola dan tidak lama berpapasan dengan mobil suaminya Yola, yaitu Leon.

Yola yang sudah selesai mandi dan ingin tidur ke kamarnya, melihat ada Leon yang baru datang dengan bau alkohol serta mabuk.

“Kok kamu mabuk sih, Leon? Kamu ke mana aja emangnya? Ada urusan apa sampai mabok begini? Emangnya makan malam harus mabuk-mabukan ya?”

“Diem deh, kamu nggak tahu apa-apa. Lagian aku itu mabuk juga cari duit buat kamu. Kamu kan nggak bisa cari duit buat aku. Makanya jadi istri itu bisa diandalin, jangan cuma taunya minta doang!”

Yola hanya diam dan menghela napas. Tetapi Yola tidak mau marah kepada Leon, karena Yola tahu di lain sisi pasti Leon juga lelah dengan kehidupan kerjanya.

Saat Yola mencoba untuk mengganti baju Leon, entah kenapa ada kecupan lipstik di bagian kerah baju Leon. Tetapi Yola tidak mau mengambil antisipasi. Mungkin saja itu punya orang lain yang tidak sengaja kena Leon. Tetapi kenapa harus kena di kerah baju, ya?

Mungkin keesokan harinya Yola akan mencoba untuk menanyai Leon. Tetapi bila tidak ada kesempatan untuk nanya, ya sudah abaikan saja. Mungkin itu hanya perasaan saja yang tidak boleh terlalu diambil sikap.

Keesokan paginya, di meja makan.

Leon merasa ada yang berubah dari Yola. Tetapi entah kenapa, perasaan berubahnya itu membuat Leon menjadi khawatir kepada Yola.

“Pagi, sayang.”

“Pagi.”

Suara Yola yang terdengar datar, tidak seperti biasanya, membuat Leon bingung dengan sikap Yola yang penuh tanda tanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!