NovelToon NovelToon
Once Mine

Once Mine

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Romansa / Slice of Life / Dark Romance
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Just_Loa

Sara Elowen, pemilik butik eksklusif di Paris, hidup dalam ketenangan semu setelah meninggalkan suaminya-pria yang hanya ia nikahi karena perjanjian.

Nicko Armano Velmier bukan pria biasa. Ia adalah pewaris dingin dari keluarga penguasa industri, pria yang tak pernah benar-benar hadir... sampai malam itu.

Di apartemen yang seharusnya aman, suara langkah itu kembali.
Dan Sara tahu-masa lalu yang ia kubur perlahan datang mengetuk pintu.

Sebuah pernikahan kontrak, rahasia yang lebih dalam dari sekadar kesepakatan, dan cinta yang mungkin... tak pernah mati.

"Apa ini hanya soal kontrak... atau ada hal lain yang belum kau katakan?"

Dark romance. Obsesif. Rahasia. Dan dua jiwa yang terikat oleh takdir yang tak pernah mereka pilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just_Loa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Smoke and Silence

Sudah hampir sebulan sejak kontrak itu ditandatangani. Sara tak pernah menyangka, keputusan yang dibuatnya di bawah tekanan bisa menggerakkan hidupnya secepat ini. Hari-harinya dipenuhi persiapan, tapi bukan jenis persiapan yang membuat jantung berdebar karena bahagia. Ini lebih seperti menyusun naskah sandiwara yang harus dimainkan dengan sempurna, tanpa celah.

Hubungannya dengan Nicko tetap datar.

Komunikasi hanya seputar teknis: jadwal pertemuan, detail dokumen, undangan, distribusi properti, dan kesepakatan media.

Tak ada panggilan video, tak ada pesan larut malam. Hanya kalimat pendek, seolah mereka dua pebisnis yang akan merger, bukan dua orang yang akan menikah.

Sara tidak pernah mengira akan merancang hari pernikahannya dengan kepala lebih sibuk daripada hati. Ia mempelajari kontrak,memeriksa gaun, menandatangani surat, dan tetap bekerja di butiknya seolah hidupnya tak sedang berubah arah.

Sementara itu, berita itu perlahan menyebar di lingkaran dalam keluarganya.

Adrian, sang kakak, adalah yang paling cepat menangkap gelagat. Suatu malam, saat mereka di Paris mengunjungi Sara setelah mendengar kabar mengejutkan soal pernikahannya, makan malam berubah sunyi terlalu cepat.

Sendok dan garpu yang sebelumnya beradu kini berhenti bersuara.

Adrian meletakkan garpunya perlahan, namun gerakannya tegas. Tatapannya menusuk Sara, nyaris seperti membedah.

“Jadi, kau serius akan menikah bulan depan?” suaranya datar, tapi terlalu jernih untuk diabaikan.

Sara mengangkat wajahnya, menahan napas sesaat. Tapi ia tetap tenang. “Iya,” jawabnya pelan.

Aveline dan Henri sempat saling pandang, tapi tak menyela.

"Dengan Nicko Velmier?" Adrian mengangkat alis. "Yang bahkan tidak pernah kau sebut namanya sekalipun?"

Aveline dan Henri mencoba menenangkan, tapi Adrian tak bergeming. Ia mengenal adiknya. Terlalu banyak yang tak diucapkan Sara, dan itu membuatnya curiga.

Sara menjawab, setenang mungkin, "Kita sudah cukup lama saling kenal. Hanya saja... aku memang tak pernah menceritakan."

"Itu bukan alasan yang cukup Sara," balas Adrian. "Kau bukan tipe yang menyembunyikan hal penting, kecuali... ada sesuatu yang tidak kau kontrol."

Henri meletakkan tangannya di bahu Adrian, memberi sinyal untuk meredam.

Sara menarik napas dalam. "Aku sudah membuat keputusan. Dan aku mohon, hormati itu."

Sara menatap kakaknya. Matanya tidak melawan, tapi juga tak menghindar.

“Bukan karena aku menyembunyikannya,” katanya, lembut. “Aku hanya... memilih tidak membicarakannya dulu. Hubungan kita memang tidak berjalan seperti biasa.”

Adrian mengernyit. “Dan sekarang kamu bilang kalian akan menikah. Tiba-tiba. Tanpa penjelasan. Harus aku percaya begitu saja?”

Henri akhirnya angkat bicara, nada suaranya menenangkan. “Adrian...”

Tapi Adrian hanya mengangkat satu tangan. “Aku cuma ingin tahu, apa kau yakin? Atau kau sedang mengorbankan sesuatu untuk sesuatu yang lain?”

Sara menarik napas.

“Aku yakin. Nicko  bukan orang asing bagiku,” katanya akhirnya. “Kami punya masa lalu yang tidak semua orang tahu. Tapi kita sepakat, ingin menyelesaikan apa yang pernah tertunda.”

“Apa itu terdengar seperti cinta?” tanya Adrian cepat, lebih tajam. “Atau... perjanjian?”

Sara menghela napas. “Mungkin belum  seperti  cinta yang kau pikir... tapi bukan berarti kosong. Kita memiliki rasa yang sama. Dan itu cukup buat aku jalani”

Adrian menatapnya lama, rahangnya mengencang. “Kau selalu begitu... keras kepala sejak kecil.”

Sara tersenyum tipis. “Tapi kau selalu tetap di sini, kan?”

Adrian mendesah, akhirnya bersandar dengan ekspresi lelah. “Iya. Dan itu melelahkan Sara. Kau adikku. Jadi meskipun aku tidak suka ini... aku tetap akan menjagamu.”

Ia mencondongkan tubuh, menatap Sara dalam. “Cuma satu pesanku, kalau nanti semua ini mulai terasa berat... jangan menunggu sampai kamu kelelahan. Pulang, sebelum terlambat.”

Sara mengangguk, matanya mulai berkaca. “ Baiklah kau tenang saja .”

Suasana makan malam itu berubah sunyi. Tak ada yang benar-benar percaya, tapi tak ada juga yang bisa mengubah arah angin. Sara, seperti biasa, terlalu tenang untuk bisa diyakinkan kembali.

Beberapa hari kemudian, sebuah makan malam khusus diadakan. Pertemuan dua keluarga.

Ruangan restoran disewa secara privat. Sara duduk di sisi keluarganya, sementara Nicko datang bersama kakek dan beberapa perwakilan keluarga Velmier. Ia tampak tenang, mengenakan setelan gelap, dan hanya sesekali berbicara. Kakeknya Alphonse Raynhard Velmier, menatap Sara lama, penuh pertimbangan.

Ruangan restoran itu diterangi cahaya lampu gantung keemasan yang remang. Musik klasik mengalun pelan di latar belakang, nyaris tak terdengar, hanya menyisakan kehangatan dalam percakapan yang mengisi meja makan panjang di tengah ruangan.

Sara duduk di sisi ibunya, dengan senyum tenang dan tatapan penuh kendali. Gaun sederhana berwarna pastel membingkai tubuhnya dengan lembut, membuatnya terlihat seperti sosok yang bersiap menyambut dunia yang lebih besar dari dirinya sendiri.

Di seberangnya, Nicko duduk bersama kakeknya, Alphonse Raynhard Velmier, serta beberapa anggota keluarga dan penasihat senior dari pihak Velmier. Setelan gelap Nicko membingkai tubuh tegapnya dengan presisi. Wajahnya nyaris tanpa ekspresi, namun matanya sesekali mencuri pandang ke arah Sara pandangan yang sulit dibaca: antara pengakuan, pengawasan, dan sesuatu yang lebih... pribadi.

Raynard sendiri tampak tenang, tetapi tidak sepenuhnya hangat. Tatapannya pada Sara panjang, meneliti, seolah sedang menguji sesuatu dalam diam. Namun ia tetap menjabat tangan Henri dan Aveline dengan sopan, memberikan senyum tipis sebagai bentuk respek.

Percakapan malam itu mengalir dengan cukup lancar.

Mereka membahas hal-hal yang wajar: musim yang berganti, bisnis restoran yang berkembang, latar belakang keluarga Elowen-Delacroix yang sudah lama tinggal di Swiss, serta sedikit kisah tentang keluarga Velmier yang kini memperluas pengaruhnya ke Paris.

Beberapa kali Sara menjawab dengan tenang, sopan, tapi tidak berlebihan. Ia menjaga sikap, tahu betul ia sedang duduk di antara para pengamat yang belum tentu setuju atas keberadaannya.

Nicko nyaris tidak banyak bicara. Ia hanya menyela jika dibutuhkan, pendek, padat, dan tak membuka ruang untuk percakapan yang personal. Tapi sesekali, saat tak ada yang melihat, jarinya mengetuk perlahan sisi gelas anggurnya, seolah hanya untuk memastikan pikirannya tetap berada di ruangan.

Namun di antara tawa sopan dan percakapan penuh tata krama itu, hanya satu kursi yang tak terisi malam itu.

Kursi di sisi kanan Sara.

Adrian.

Sara sempat meliriknya sebelum acara dimulai, kursi itu tak pernah diduduki.

Dan meski tak ada yang menyebutkannya secara langsung, kekosongan itu terasa seperti catatan kecil yang menggantung di udara.

Nicko tahu alasannya. Ia tahu Adrian tidak datang bukan karena sibuk. Tapi karena sang kakak tidak mempercayai hubungan mereka. Terlalu mendadak. Terlalu senyap. Terlalu rapi untuk menjadi kebetulan.

Dan dalam hati Nicko tidak membantah.

Karena benar. Ini bukan kebetulan.

Ini adalah kontrak.

Dan kontrak, seperti semua perjanjian, ada harga yang harus dibayar.

Malam berakhir dengan tenang. Sara berpamitan lebih dulu, mencium pipi ibunya, dan menjabat tangan keluarga Velmier satu per satu. Nicko sempat menatapnya sejenak sebelum ia pergi lebih dulu, membiarkan perempuan itu menjaga batas antara yang tampak dan yang tersembunyi.

Henri dan Aveline pulang tak lama setelahnya. Di akhir pertemuan, Raynhard hanya menatap Nicko, lalu berdiri tanpa berkata apa pun. Tapi sorot matanya cukup memberi pesan: pembicaraan belum selesai.

***

Malam itu, langit Paris diguyur gerimis pelan. Udara basah menyelimuti rumah tua bergaya klasik di pinggiran distrik tua milik keluarga Velmier.

Raynhard Velmier duduk di ruang bacanya, mengenakan jubah panjang dan memegang tongkat tua berukir kepala singa. Di hadapannya, perapian menyala redup. Cahayanya menari di dinding-dinding penuh buku dan lukisan keluarga.

Nicko datang dengan langkah tenang. Tanpa jas, hanya kemeja gelap yang lengannya sedikit digulung. Ia masuk tanpa perlu diundang. Rumah itu juga miliknya,secara darah. Tapi tidak secara rasa.

Raynhard tidak menoleh saat cucunya tiba.

“Jadi kau tetap akan menikahinya.”

Nada suaranya datar. Bukan tanya, lebih kepada pernyataan.

Nicko berdiri di ambang ruangan, diam. Tangannya menyelipkan satu batang rokok ke bibirnya, menyalakannya dengan korek perak yang pernah diwariskan padanya dari ayahnya putra Raynard.

“Dia gadis baik,” lanjut Raynhard tanpa menoleh. “Terlalu baik... untuk seseorang sepertimu.”

Nicko tidak menanggapi. Hanya hembusan asap tipis yang menjawab.

“Apa dia tahu siapa kau sebenarnya?”

Nicko tetap diam. Sorot matanya tenang, terlalu tenang.

Raynhard akhirnya menoleh. Tatapannya tajam, menusuk. “Apa dia tahu, Velmier?”

“Tidak.” Jawaban itu akhirnya keluar, pelan dan jujur.

Raynhard menahan napas, rahangnya mengeras. Jemarinya mencengkeram kepala tongkat lebih kencang, hingga buku-bukunya tampak menegang. Ujung tongkat kayu tua itu menghentak lantai sekali, pelan, tapi cukup untuk memecah diam di antara mereka.

"Lalu kenapa kau memilih dia?" suaranya rendah, serak tertahan, seolah menahan badai di balik dada.

Nicko menunduk sejenak. Tak ada penyesalan di wajahnya, hanya senyum tipis, dingin.

“Karena dia tidak mengenaliku.”

Raynhard memejamkan mata sesaat. Ujung tongkatnya bergetar kecil, seolah menjadi satu-satunya penyangga agar ia tak melempar tongkat itu pada cucunya.

Raynhard menghela napas panjang. “Dan kau memilih menjebaknya ke dalam hidupmu dengan alasan itu?”

Nicko hanya mengangkat bahu pelan. “Dia yang menemuiku dulu. Aku hanya... membalas tawarannya.”

“Batalkan pernikahan itu. Jangan mengusik kehidupan gadis itu lagi.”

Nicko berjalan ke arah rak buku, mengambil gelas kristal dan menuang sedikit scotch. Lalu meneguknya sebelum menjawab.

“Sudah terlambat. Aku sudah memilih jalanku.”

Raynhard berdiri. Bayangan tubuh tuanya bergoyang di cahaya perapian.

“Kalau begitu, jangan libatkan nama keluarga dalam kehancuran yang akan kau buat.”

Nicko menatap kakeknya. Tak gentar.

“Dia tidak akan hancur. Aku akan pastikan itu.”

“Dan siapa yang akan memastikan kau tak menyakitinya?”

Nicko tidak menjawab.

Ia hanya menatap bara api yang tinggal menyala setengah. Lalu mematikan rokoknya di tepi gelas. Api padam.

Raynhard akhirnya duduk kembali. Lelah. Marah. Tapi kalah.

Karena ia tahu, sekali Nicko memilih sesuatu... maka dunia pun bisa terbakar, dan pria itu tetap akan berjalan lurus ke tengah-tengahnya.

1
Mar Lina
akankah sara menerima cinta, Nathaniel
es batu ...
lama" juga mencair...
lanjut thor ceritanya
di tunggu updatenya
Just_Loa: siap kak trmakasih sdh mmpir 🧡
total 1 replies
Mar Lina
aku mampir
thor
Synyster Baztiar Gates
Next kak
Synyster Baztiar Gates
lanjutt thor
Synyster Baztiar Gates
Next..
Synyster Baztiar Gates
Bagus thor
iqbal nasution
oke
Carrick Cleverly Lim
Hahahaha aku baca dari tadi sampe malam, mana next chapter nya thor?!
Just_Loa: Hahaha makasih udah baca sampai malam! 🤍 Next chapter lagi direbus pelan-pelan biar makin nendang, yaaa 😏🔥 Stay tuned!
total 1 replies
Kuro Kagami
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
Just_Loa: Makasih banyak! 🥺 Senang banget ceritanya bisa bikin deg-degan. Ditunggu bab-bab selanjutnya yaa~ 💙
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!