NovelToon NovelToon
Eternal Love

Eternal Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Angst
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Cinta itu manis, sampai kenyataan datang mengetuk.
‎Bagi Yuan, Reinan adalah rumah. Bagi Reinan, Yuan adalah alasan untuk tetap kuat. Tapi dunia tak pernah memberi mereka jalan lurus. Dari senyuman manis hingga air mata yang tertahan, keduanya terjebak dalam kisah yang tak pernah mereka rencanakan.

‎Apakah cinta cukup kuat untuk melawan semua takdir yang berusaha memisahkan mereka? Atau justru mereka harus belajar melepaskan?

‎Jika bertahan, apakah sepadan dengan luka yang harus mereka tanggung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

...Eternal Love...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...🌻Happy Reading🌻...

‎Begitu fajar hampir tiba, cahaya samar mulai masuk lewat kaca mobil yang berembun. Yuan terbangun duluan, masih dengan lengan melingkari Reinan yang terlelap di dadanya. Tubuh mereka berdekatan, sisa kehangatan malam tadi masih terasa jelas.

‎Yuan menunduk sedikit, memperhatikan wajah Reinan yang tidur dengan bibir sedikit terbuka. Dengan iseng, ia menyentuh ujung hidung Reinan pakai jarinya. Reinan meringis kecil, lalu tanpa membuka mata, bergumam, "Jangan ganggu ih... masih ngantuk."

‎Yuan tersenyum nakal, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Reinan, berbisik dengan nada menggoda, "Kalau kamu tidur lagi, aku mungkin gak bisa nahan buat nakal lagi."

‎Reinan akhirnya membuka mata dengan malas, pipinya langsung memerah karena sadar ucapan Yuan. "Ish... kamu ini," gumamnya sambil memukul pelan dada Yuan.

‎Bukannya berhenti, Yuan justru mencuri ciuman singkat di bibirnya, lembut tapi penuh godaan. Reinan mendengus, tapi kemudian tertawa kecil, "Kamu gak ada kapoknya ya."

‎Mereka pun berpelukan lagi, kali ini dengan canda kecil sebelum akhirnya memutuskan kembali ke tenda sebelum Taesung, Joseph, atau Minji bangun.

‎Setelah saling menggoda sebentar di dalam mobil, Yuan melirik jam di dashboard. Langit sudah mulai terang, menandakan fajar sebentar lagi benar-benar tiba.

‎"Kalau kita kelamaan di sini, bisa-bisa mereka bangun duluan," ucap Yuan sambil meraih selimut kecil yang tadi mereka pakai, merapikannya ke kursi belakang.

‎Reinan mengangguk cepat, wajahnya masih agak merah karena ucapan nakal Yuan barusan. "Iya, jangan sampai ketahuan."

‎Mereka pun keluar dari mobil pelan-pelan, udara pagi yang lembap dan dingin langsung menyambut. Yuan meraih tangan Reinan dan menggenggam erat, langkah mereka beriring menuju area tenda. Setiap kali ada ranting kering yang patah di bawah kaki, keduanya refleks saling menoleh memastikan yang lain belum terbangun.

‎Sesampainya di dekat tenda, mereka bisa mendengar dengkuran halus Taesung dan suara gumaman tak jelas dari Joseph yang masih mabuk berat. Minji juga tampak terlelap tanpa bergerak.

‎Reinan dan Yuan saling bertukar pandang lega, lalu nyaris bersamaan menahan tawa kecil. Yuan berbisik di telinga Reinan, "Aman. Cepat masuk."

‎Dengan hati-hati, mereka pun kembali ke tenda masing-masing seolah tidak pernah meninggalkan perkemahan, berusaha menyembunyikan rahasia malam mereka yang penuh kehangatan.

‎Begitu matahari mulai naik, cahaya lembut menembus kain tenda. Minji menggeliat sambil mengusap wajahnya, rambut acak-acakan karena tidur terlalu pulas. Dari tenda sebelah terdengar suara Joseph yang mengeluh, "Astaga.. kepala gue pecah," sambil meraba-raba botol kosong di dekatnya.

‎Taesung keluar paling dulu dengan wajah kusut tapi masih menjaga wibawanya, meski jelas terlihat pusing. "Siapa yang punya ide gila bawa minum segini banyak semalam..." katanya setengah protes.

‎Reinan yang sudah bangun lebih dulu langsung terkekeh kecil sambil menyiapkan air hangat di termos. "Itu ide kalian sendiri, salahkan diri masing-masing." Ia kemudian menyodorkan gelas ke Minji, "Minum dulu, biar agak segar."

‎Yuan keluar tenda terakhir, wajah tenang dan rapi seolah tidak ikut begadang. Joseph langsung menatapnya dengan tatapan curiga. "Lo kok keliatan segar banget, hah? Jangan bilang lo semalam malah enak-enakan tidur?"

‎Reinan buru-buru menunduk menahan senyum, sementara Yuan hanya menepuk bahu Joseph santai. "Ada trik biar tetap segar. Lo harus tahu caranya."

‎Taesung mendecak, "Sok misterius banget, Bos."

‎Suasana perlahan jadi riuh penuh tawa kecil meski masing-masing masih pusing. Minji, sambil menyisir rambut dengan jari, tiba-tiba nyeletuk, "Eh, hari ini kita mau jalan-jalan sekitar camp kan? Katanya ada jalur hiking pendek, bagus buat lihat sunrise lebih tinggi."

‎Joseph mengeluh lagi, "Sunrise udah lewat, Minji... kepala gue aja yang belum naik."

‎Semua tertawa, termasuk Reinan yang akhirnya mencuri lirikan pada Yuan . Lirikan yang hanya mereka berdua tahu artinya.

‎Setelah sarapan sederhana dari roti bakar dan kopi instan, Minji berhasil membujuk semuanya untuk jalan-jalan ke jalur hiking ringan yang ada tak jauh dari area camping. Udara pagi masih segar, tanah sedikit lembap karena hujan semalam, dedaunan berkilau karena tetesan air.

‎Minji berjalan paling depan dengan semangat, rambut diikat seadanya, sambil sesekali memotret pemandangan dengan ponselnya. "Lihat deh! Cantik banget!" teriaknya riang.

‎Joseph berjalan pelan di belakangnya, masih memegangi kepalanya. "Cantik sih... tapi kenapa gue ngerasa gunung ini ikut berputar juga," gerutunya.

‎Taesung, meski sama-sama lelah, tetap terlihat sigap. Ia membantu menyingkirkan ranting-ranting di jalur sempit sambil sesekali menegur Joseph. "Jangan banyak ngeluh Pak, nanti malah makin pusing."

‎"Jangan manggil gue Pak , atasan lo Yuan bukan gue" timpal Joseph.

‎Taesung mengangguk. "Oke baiklah brother"

‎Reinan dan Yuan berjalan bersebelahan di tengah barisan. Yuan, seperti biasa, tampak tenang, sesekali memperhatikan langkah Reinan agar tidak terpeleset karena jalurnya agak licin. Reinan menggandeng lengan Yuan erat, pura-pura butuh pegangan padahal lebih ke mencari kehangatan. Yuan menunduk sedikit sambil tersenyum samar, membiarkannya.

‎Saat jalur semakin naik, mereka sampai di sebuah dataran kecil yang terbuka. Dari sana terlihat pemandangan lembah hijau dengan kabut tipis yang masih menggantung. Minji bersorak kegirangan. "Worth it banget kan! Lihat, kayak lukisan."

‎Mereka semua duduk beristirahat di batu besar. Joseph akhirnya bisa tertawa kecil meski wajahnya masih letih. "Oke, gue akui pemandangannya bisa bikin lupa pusing sebentar."

‎Reinan tanpa sadar bersandar ke bahu Yuan, matanya berbinar melihat pemandangan. Yuan melirik sebentar, lalu dengan hati-hati merapikan rambut Reinan yang tertiup angin. Gerakan sederhana itu membuat Minji yang kebetulan menoleh ke arah mereka langsung tersenyum penuh arti. Ia tak berkata apa-apa, hanya melanjutkan memotret, pura-pura tidak melihat.

‎Suasana hangat, ringan, penuh tawa kecil. Pagi itu terasa seperti kebersamaan yang sederhana namun istimewa.

‎Setelah puas menikmati pemandangan, mereka semua memutuskan turun kembali ke area camp.

‎Sesampainya di camp, tenda masih basah sisa hujan semalam. Mereka bekerja sama membereskan: Joseph menurunkan tenda dengan cara asal-asalan tapi malah bikin kusut, sementara Taesung harus membenahi ulang dengan sabar. Minji sibuk melipat sleeping bag sambil terus mengomel karena aroma alkohol masih terasa di kepalanya.

‎Setelah semua rapi, mereka duduk melingkar sebentar sambil minum air mineral terakhir dari cooler box. Minji menepuk lututnya puas. "Seru banget! Next time kita harus camping lagi, tapi... tolong jangan bawa alkohol sebanyak kemarin," katanya sambil menatap tajam Joseph dan Taesung.

‎Joseph mengangkat tangan, "Oke, oke... salah gue. Tapi kan lumayan, jadi tidur nyenyak."

‎"Nyenyak gimana, lo malah ngoceh nggak jelas sepanjang malam," balas Minji cepat, membuat semuanya tertawa.

‎Mereka pun akhirnya mengangkut barang-barang ke mobil. Reinan sempat menoleh sekali lagi ke arah area camp, seperti menyimpan kenangan di sana. Yuan yang melihat ekspresi itu hanya menepuk punggungnya pelan. "Kita bisa datang lagi kapan aja," ucapnya tenang.

...****************...

‎Hari itu kantor berjalan seperti biasa. Yuan duduk di kursinya, menatap layar penuh angka laporan, meski pikirannya sesekali melayang pada kenangan akhir pekan lalu bersama Reinan.

‎Ponselnya bergetar pelan di samping laptop. Satu pesan baru muncul.

‎Mama : Malam ini makan malam bersama dengan teman ayahmu. Jangan lupa datang.

‎Yuan menatap layar agak lama. Bukan sekadar makan malam, ia tahu betul maksud tersembunyi di balik undangan itu adalah perjodohan berkedok silaturahmi. Perasaan sesak menghantam dadanya.

‎Ia meletakkan ponsel dengan sedikit keras di meja. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk pulpen tanpa sadar. Taesung yang duduk di dekat pintu hanya melirik, lalu pura-pura sibuk menata berkas ia paham betul itu ekspresi "ada masalah pribadi".

‎Yuan bersandar, menghela napas panjang. Bagaimana ia harus menyampaikan ini pada Reinan?

‎Mereka baru saja membangun rasa nyaman satu sama lain, baru saja berbagi tawa, bahkan keintiman yang lebih dalam saat camping. Dan sekarang, ibunya kembali dengan cara lama: mencoba mengatur hidupnya.

‎Yuan memandangi ponselnya lagi. Berkali-kali ia mengetik, lalu menghapus:

‎"Aku harus makan malam dengan ibuku..."

‎"Ada acara keluarga, aku tidak bisa menolak..."

‎"Mungkin ini perjodohan lagi..."

‎Tidak ada yang terasa tepat. Semuanya terdengar salah, dingin, dan berjarak.

‎Ia menutup wajahnya dengan telapak tangan, frustrasi. Untuk pertama kalinya, Yuan benar-benar bingung bagaimana cara menjaga agar Reinan tidak merasa tersisih... sekaligus tidak membuat ibunya murka.

‎Malam itu, restoran keluarga sudah dipesan khusus. Yuan masuk dengan langkah sedikit berat, menyalami ibunya, lalu duduk. Di hadapannya sudah ada satu keluarga lain: keluarga Kang, sahabat lama ayahnya.

‎Di samping Tuan Kang, ada seorang perempuan muda dengan senyum ramah Kang Hyeri. Yuan sempat terdiam sesaat. Mereka memang teman kecil dulu, tapi sudah lama sekali tak bertemu.

‎"Mama masih ingat betul waktu kalian berdua sering main di taman dulu," ucap ibu Yuan sambil tersenyum, seolah bernostalgia.

‎Hyeri hanya tertawa kecil, "Iya, Tante. Yuan waktu kecil pendiam banget, kayanya sekarang juga masih pendiam ya."

‎Yuan membalas dengan sopan, walau agak kaku. "Sudah lama ya... Hyeri."

1
Asya
Orng yg sdh terobsesi mmnk nggk bisa di sepelekan yah
Jemiiima__: ngeri memanggg
total 1 replies
Asya
Nggk usah khawatir lah rei sama yuan, dia biss ngelakuin apa aja, jdi biarin sih biang kerok itu berulah
Asya
Lah??
Xlyzy
rahasia perusahaan mknya di tutupin🤭
bluemoon
sumpah itu si Rui pengen aku sentil biji mata nya
Jemiiima__: sentil aja beb biar kapok ;(
total 1 replies
sjulerjn29
berharga gak tuh... meleleh deh hati reinan. tapi syukurlah rui di tangkep
Jemiiima__: akhirnya drama Rui selese ;(
total 2 replies
Aquarius97 🕊️
dia bukan suka tapi terobsesi
Jemiiima__: betuuul
total 1 replies
Aquarius97 🕊️
Jangan mau Reiiii
Aquarius97 🕊️
Lah kenapa dia sering muncul sihhhh...
Asya
Yahh ktmu lagi d tmpat yang sama
Asya
Nyapa doang😆
Asya
kedengeran aneh yahh di telinga mu reinan? 😆
Asya
banyak🤣
Asya
gugup nggk tuh🤭🤣
Afriyeni Official
untung Yuan cepat datang
Afriyeni Official
ngancem nih ngancemm
Afriyeni Official
ish,, si Rui ini ganjen amat kagak ada kapok kapoknya
Dasyah🤍
huaaa,sini bag adek didik jadi baik orang ganteng ngak boleh gitu
Jemiiima__: kasih paham Rui beb 😌
total 1 replies
Dasyah🤍
plis deh Thor, kenapa orang seganteng banget ini jadi orang jahat yang benar aja
Jemiiima__: ga tega sebetulnya tp gmn yaa wkwk next deh jd pu ruinya /Facepalm/
total 1 replies
Dasyah🤍
ni orang ganggu aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!