NovelToon NovelToon
Dear Alvin

Dear Alvin

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Murid Genius / Keluarga / Bad Boy
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fantastic World Story

"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari

rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku

nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.

membuat Alvin yang sedang melamun

segera terperanjat.

"Berhenti bicara yang tidak-tidak

Ela!!" hardik pak Rohman.

"Kamu pilih aku dan anak anak yang

keluar apa anak sialanmu ini yang keluar

pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.

Beliau tak pernah berfikir akan

dihadapkan pada situasi se rumit ini.

"Alvin yang akan keluar pak buk"

ucap Alvin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5 Sepeda Baru Tapi Bekas

"Kamu harus mau nerima pemberian

saya" ujar haji Maliki.

"Pemberian nopo bah?" tanya Alvin

penasaran.

"Itu, pakai itu untuk akomodasi kamu

ke sekolah, biar gak jalan kaki terus" ujar

haji Maliki seraya menunjuk sebuah

sepeda pancal yang tersandar di dinding

rumahnya.

"Waduh maaf bah, saya jalan kaki saja

gpp" tolak Alvin, ia merasa tak enak jika

menerima pemberian secara cuma-cuma.

"Kalau kamu gak mau, lebih baik

pekerjaan ini gak jadi saya kasih ke kamu

aja" ancam haji Maliki.

"Eh kok gitu bah" ucap Alvin sedikit

kecewa.

"Lah kamu cuma disuruh make sepeda

aja gak mau kok" ujar haji Maliki.

"Saya ndak enak nerima pemberian

cuma-cuma bah, atau gini saja sepeda itu

saya beli saja ya bah, nanti bayarnya

potong uang gaji saya tiap bulannya" ujar

Alvin memberi solusi.

"Wes terserah kamu le, pokok kamu

bawa aja dulu itu sepeda. Untuk mulai

kerjanya mulai Senin besok ya, sekalian

awal bulan" ujar haji Maliki pada

akhirnya.

Alvin pun hanya bisa menurut, kini

ia mendekati sebuah sepeda bekas yang

tersandar di dinding. Ada rasa bahagia

ketika ia memegangnya, meski hanya

sebuah sepeda bekas, tapi sepeda itu masih

sangat layak pakai.

"Sepedanya emang cukup jelek, ta

insyaallah masih bisa dipakai lah" ucap Haji Maliki saat melihat Alvin memegang sepeda tersebut.

"Jelek apanya bah, ini masih sangat

bagus, terimakasih banyak ya bah. Jangan

lupa potong gaji saya tiap bulan" jawab

Alvin menegaskan.

"Wes bawaken pulang sana!" usir haji

Maliki kemudian.

Membuat Alvin segera meraih

tangan haji Maliki, untuk ia salam

kemudian pamit berlalu.

Alvin mengayuh sepedanya dengan

rasa bahagia. Seraya membayangkan

setelah ini ia tak perlu berjalan kaki ke

sekolah, waktu tempuhnya juga akan

berkurang. Membayangkannya saja sudah

membuat Alvin senang.

Tak terasa rumah Alvin sudah di

depan mata, ralat rumah orang tua yang

sudah membesarnya. Belum benar sampai,

Alvin sedikit tersentak melihat sang

bapak keluar dari rumah dengan sedikit

emosi, ditambah dengan pintu rumah

yang tertutup dengan kerasnya.

Membuat Alvin turun dari sepeda

dan menuntunnya mendekati sang bapak.

"Assalamualaikum!" sapa Alvin

seraya mnencium tangan sang bapak.

"Waalaikumsalam" jawab pak Rohman

sedikit tersentak.

"Sepeda siapa yang kamu bawa itu le"

tanya pak Rohman.

"Ah ini dari Abah Maliki pak, kita

duduk dulu aja biar Alvin jelasin" jawab

Alvin.

"Ya udah sambil minum es tebu depan

situ aja ya le, kamu pasti haus kan" ajak pak

Rohman, sebenarnya beliau hanya ingin

agar Alvin tak segera masuk ke dalam

rumah, karena suasana hati sang istri

sedang tidak baik. Dan biasanya Alvin akan menjadi sasaran amarahnya.

Dengan mengangguk Alvin pun

segera mengikuti pak Rohman yang sudah

berjalan terlebih dahulu.

Pak Rohman yang sudah sampai

duluan pun memesan es tebu untuk

Alvin dan untuk dirinya sendiri.

"Duduk sini le, sekarang kamu jelasin

kenapa bisa bawa pulang sepedanya Abah

Maliki" perintah pak Rohman, seraya

menyerahkan segelas es tebu yang sudah

ditangannya.

"Aku mau berhenti markir pak" ucap

Alvin mengawali ceritanya.

"Boleh, sejak awal kan bapak juga

kurang suka kalau kamu kerja begituan,

lagian kamu juga masih sekolah le, bukan

tanggung jawabmu mencari uang" jawab

pak Rohman.

Beliau memang berkali-kali

mengingatkan Alvin bahwa mencari

nafkah adalah tanggung jawab seorang

bapak, bukan anak yang masih sekolah.

Namun mengingat kebiasaan sang istri,

pak Rohman akhirnya mengijinkan

Alvin menjadi tukang parkir.

"Alvin mau jadi tukang sampah pak"

ucap Alvin.

"Maksudmu gimana le?" tanya pak

Rohman mengernyitkan dahi.

"Jadi kemarin Abah Maliki nawari

Alvin buat jadi tukang sampah di

kampung kita pak, nah hari ini Alvin

sanggupi. Sepertinya jadi tukang sampah

lebih baik daripada tukang parkir. Dan

sepeda yang Alvin bawa itu pemberian

Abah Maliki, tapi Alvin gak langsung

terima pak, Alvin minta buat bayar

sepeda itu dengan memotong gaji Alvin

tiap bulannya nanti" ujar Alvin memberi

penjelasan.

Ada gurat kecewa di wajah pak Rohman.

"Kamu gak bisa jadi pelajar aja tah le?

Bapak liat kamu itu sekarang sekolahnya

kan lebih jauh, pulang juga lebih sore. Apa

gak sebaiknya kamu gunakan waktumu

buat istirahat dan fokus sekolah aja" ujar

pak Rohman tampak sedikit keberatan.

"Alvin gak mau terlalu membebani

bapak, biar sekolah Alvin saat ini dapet

beasiswa, gak menutup kemungkinan jika

nantinya Alvin akan butuh biaya untuk

kepentingan lain. Dan Alvin gak pingin

merepotkan bapak" jawab Alvin.

"Kamu gak pernah ngerepotin bapak

le, kamu bukan beban. Kamu memang

tanggung jawab bapak" ucap pak Rohman

sedih.

"Tapi pak, Alvin ingin membantu

keuangan rumah kita" sanggah Alvin.

Rayu merayu Alvin pada sang bapak

pun terjadi. Meski Alvin sudah tahu jika

pak Rohman bukanlah bapak kandungnya, tapi mengingat kebaikan dan

kasih sayang pak Rohman selama ini,

membuat Alvin amat patuh dan hormat

pada beliau.

Hingga tercapailah tujuan Alvin.

Mendapat izin dari sang bapak, untuk

pekerjaan barunya.

Usai berbincang, keduanya pun

kembali ke rumah. Bu Eleanor jarang

memarahi Alvin jika sang suami sedang

bersama mereka, meski begitu pak

Rohman pun tau jika Bu Eleanor memang tak

menyukai Alvin.

Lepas magrib Alvin menuju toko

tempat biasa ia markir, berjalan kaki,

sebab Abah Maliki hanya berpesan jika

sepeda pemberiannya sebaiknya dipakai

untuk akomodasi sekolah. Karena Alvin

merasa belum membeli sepeda itu, maka ia

tak berani memakainya untuk

kepentingan lain.

Dengan sopan Alvin berpamitan

pada pemilik toko, menjelaskan bahwa tak

bisa membantu menjadi tukang parkir di

toko tersebut lagi. Meski Alvin cukup

tau, jika sebenarnya pemilik toko sudah

menempatkan orang baru untuk markir

disana.

Usai berpamitan Alvin masih

berbincang dengan tukang parkir yang

baru. Sampai seorang wanita berusia 40an

menghampiri dan menitipkan barang

belanjaannya.

"Eh Alvin lama gak ketemu, nitip

belanjaan Tante sebentar ya, ini tadi ada

yang ketinggalan di dalem" pinta wanita

tersebut.

"oh iya Tante" jawab Alvin seraya

menenteng belanjaan wanita itu, ketika

beliau berlalu.

Beberapa waktu menunggu, tak lama

kemudian tampak seorang remaja laki-laki menghampirinya.

"Hei murid beasiswa, orang kaya gini

kok sekolah pakai beasiswa!!" sapa laki-

laki tersebut, ya dialah Alex.

"Apaan sih!" Acuh Alvin malas

menanggapi.

Disusul oleh kedatangan wanita tadi

yang sudah datang.

"Alvin makasih ya udah mau

bawain barang Tante" ucap wanita

tersebut seraya membuka pintu belakang

mobil, untuk meletakkan barang

belanjaannya.

"Mama!" Sapa Alex

"Kamu itu dari mana aja sih Lex.,

mama cari dari tadi juga jawab Bu Rosa,

mama Alex.

"Mama kenal Alvin?" tanya Alex

penasaran.

"Lah, kamu kenal juga?"jawab Bu Rosa balik bertanya.

"Alvin ini penerima beasiswa di

sekolah ma" jawab Alex.

"Benar begitu Alvin?" tanya Bu Rosa

pada Alvin.

"Ah iya Tante" jawab Alvin merasa

tidak enak, pasalnya beberapa waktu yang

lalu, Bu Rosa ingin memberi bantuan

untuk sekolah Alvin, namun kala itu

Alvin menolak dengan tegas. Ia

bersikeras tidak mau menerima sebuah

bantuan.

"Ah syukurlah kalau gitu, kalau tau

gini kan Tante jadi gak khawatir. Kamu

masih markir disini nak?" tanya Bu Rosa

seraya mengusap kepala Alvin. Bu Rosa

adalah pelanggan di toko sebelah, tempat

biasa Alvin markir.

"Iyah Tante, tapi mulai hari ini tidak.

Ini tadi saya cuma pamitan sama bos aja"

jawab Alvin.

"Oh gitu, kalau boleh tau kenapa

berhenti?" tanya Bu Rosa penasaran.

Sedikitnya beliau cukup mengenal Alvin

sejak 3 tahun yang lalu.

"Saya sudah dapat pekerjaan lain

tante, ya meskipun cuma jadi tukang

sampah di kampung sih. Tapi tetep aja

sepertinya masih mending daripada

disini" jawab Alvin jujur.

Sementara Alex hanya berdiam diri,

keberadaannya seolah tak di anggap oleh

sang mama, hingga ia berdehem.

"Ekhem! Mama sudah belanjanya?"

tanya Alex..

"Oh iya, sudah ini Lex. Eh kalau kalian

satu sekolah, satu kelas juga gak?" tanya Bu

Rosa.

"Enggak Tante" "Gak!" jawab Alvin

dan Alex hampir bersamaan.

"Wah kompak banget sih, sayang banget yah gak sekelas. Tapi kamu kalau kesulitan di sekolah bisa minta ajarin

Alvin loh Lex, dia ini kan pinter" ujar

mama Rosa yang lebih memuji Alvin.

"Alex juga pinter ma" jawab Alex tak

terima.

"Iya iya, anak mama juga pinter. Tapi

kayaknya lebih pinter Alvin deh" ucap

Bu Rosa seraya tertawa menggoda sang

anak.

Sementara Alex tampak kesal dan

memilih masuk ke dalam mobil lebih

dulu, seraya duduk di kursi kemudi.

"Tante pergi dulu yah Vin, semoga

kerjaan kamu dan sekolahnya lancar yah

nak" ujar Bu Rosa berpamitan dengan

tulus.

"Makasih doanya Tante, hati hati ya"

jawab Alvin

Bu Rosa pun mengangguk kemudian

Berjalan hendak masuk ke dalam mobil.

Belum sempat masuk, Bu Rosa

kembali beliau memberikan selembar

uang 100rb untuk Alvin.

"Jangan Tante, Alvin kan udah gak

markir" tolak Alvin.

"Buat jasa bantuin Tante pegang

belanjaan" jawab Bu Rosa, beliau tau jika

gengsi Alvin cukup besar untuk

menerima sesuatu tanpa bekerja.

"Tapi ini kebanyakan te" ucap Alvin.

"Anggap itu pesangon dari Tante" ucap

Bu Rosa yang kemudian berlalu

menghindari Alvin agar tak

mengembalikan uangnya.

Bu Rosa pun segera masuk ke dalam

mobil, saat Alvin masih berusaha

mengembalikan uang tersebut.

"Ayok jalan Lex!" Perintah Bu Rosa

pada Alex.

Saat sudah berjalan perlahan barulah Bu Rosa membuka kaca jendela mobil dan

melambai pada Alvin.

Membuat Alvin akhirnya mau tak

mau menerima uang tersebut.

"Makasih te!" Teriak Alvin

mengiringi mobil yang dikemudikan Alex

berlalu.

"Mama kok bisa kenal sama Alvin?"

tanya Alex sambil mengemudi.

1
ラマSkuy
thor nama karakter utamanya sebenernya siapa sih thor kok kadang namanya ganti ganti dari Alvin terus Bintang?
ラマSkuy: oh boleh di spill kah thor di PF mana? hehehe
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!