Semalam Bersama Mantan
Bayu melangkah. Pandangan mulai goyah.
Lift terasa jauh. Lorong-lorong terlihat mirip semua.
Angka di pintu kamar tak lagi terbaca.
"Nomor kamarku... berapa tadi? 912? Atau 921? Ah, sial."
Ia menyentuh gagang pintu yang tidak terkunci.
Dan tanpa tahu bahwa hidupnya akan bergeser malam itu, ia melangkah masuk.
Kamar 912. Harusnya ia masuk ke 921.
Ayla mendongak dari tempat tidur saat mendengar pintu dibuka kasar. Jantungnya melonjak.
“Siapa?” tanyanya waspada. Ia yakin pintu tadi sudah tertutup rapat, meski... mungkin lupa menguncinya.
Pintu menutup. Sosok pria itu berdiri di ambang. Tubuhnya besar. Langkahnya limbung.
Dan saat cahaya lampu tidur menyorot sebagian wajahnya, Ayla seperti kehilangan napas.
Bayu.
Dunia seakan berhenti berputar.
Lelaki yang pernah mengisi seluruh ruang hatinya.
Yang suaranya bisa mencairkan luka, tapi juga meninggalkan bekas yang tak pernah sembuh.
"Bayu...?" bisiknya, nyaris tak percaya.
Bibirnya bergetar saat menyebut nama yang selama dua puluh tahun hanya hidup diam-diam dalam hatinya.
Nama yang tak pernah ia bisikkan bahkan dalam doa, karena menyebutnya pun terlalu menyakitkan.
Bayu memandangnya. Tapi matanya kosong. Seperti seseorang yang tersesat antara mimpi dan kenyataan.
"Laras... kamu... nyata?" suaranya parau, hampir patah.
Tangannya menyentuh kepala, dan ia limbung—hampir jatuh sebelum Ayla menyambutnya dengan panik.
"Astaga, kamu sakit?"
Napas Bayu berat. Keringat membasahi pelipisnya. Tubuhnya panas. Tapi tatapan itu...
Tatapan itu seperti pria yang akhirnya pulang ke rumah setelah tersesat begitu lama.
Ayla menuntunnya ke tempat tidur. Tangannya gemetar.
Ia tak tahu harus memanggil bantuan... atau membiarkan momen ini lewat seperti mimpi yang akhirnya datang lagi.
Bayu bersandar. Matanya terpejam sejenak, lalu terbuka dan menatapnya lagi.
“Laras...”
Nadanya rapuh, nyaris memohon.
“Aku... merindukanmu.”
Pelukan itu datang tiba-tiba. Erat. Hangat. Ayla terguncang.
Separuh dirinya ingin mendorong, separuh lagi tenggelam dalam kehangatan yang sangat dikenalnya.
“Bayu, kamu salah orang. Aku bukan—”
“Emm…”
Terlambat. Bibir itu telah membungkam ucapannya.
Dan dalam satu ciuman—yang mestinya ia tolak—seluruh logika meleleh.
Yang tersisa hanya dada yang bergemuruh, air mata yang menggenang, dan hati yang runtuh perlahan.
Ciuman itu bukan sekadar hasrat. Ada luka yang tak terlihat. Ada kerinduan yang tertahan lama. Ada kehilangan yang mendalam.
Pelukannya erat, matanya terpejam, namun tubuhnya penuh hasrat.
Laras menyadarinya. Tapi ciuman ini... pelukan ini... entah mengapa ia tak bisa melepaskannya. Atau mungkin tak mau melepaskannya?
Entahlah.
Tapi yang pasti, jantungnya masih berdetak kencang untuk pria ini.
Hatinya masih bergetar karena pria ini.
Dan satu pelukan bisa meruntuhkan benteng dua puluh tahun yang susah payah ia bangun.
"Ini salah!" teriaknya dalam hati.
Namun tubuhnya enggan menolak setiap sentuhan yang diberikan pria yang namanya tak pernah bisa ia hapus dari hatinya.
Bahkan Ayla tak berdaya menjauh, apalagi menolak saat tubuh mereka menyatu tanpa pembatas.
Melebur menjadi satu.
"Bayu.."
"Laras..."
Bahkan bibir mereka mendesahkan nama yang selama dua puluh tahun ini enggan disebut, namun tak pernah terhapus dalam memori.
Dalam hati.
Setiap sentuhan. Setiap kecupan. Semuanya bagaikan tumpahan kerinduan yang tak terbendung, menenggelamkan dua insan dalam satu napas cinta dan kerinduan yang tak pernah terlupakan, apalagi padam.
Waktu terus berjalan, bumi terus berputar, namun cinta mereka tak berubah meski dimakan zaman.
Tanpa sadar Ayla mencengkram punggung Bayu dan menggigit pundaknya saat sesuatu paling berharga yang harusnya ia persembahkan pada suaminya di malam pertama, kini diambil pemilik hatinya tanpa penolakan, apalagi perlawanan.
Hanya kepasrahan dan kerelaan yang tak pernah ia bayangkan.
"Bayu.." lirihnya diantara sakit dan deru napas yang terbakar hasrat.
Air matanya mengalir. Bukan penyesalan. Bukan kebahagiaan.
Tapi sesuatu yang tak pernah bisa ia beri nama.
"Aku mencintaimu..." desah Bayu diantara napas yang memburu dan peluh yang membasahi tubuh.
Bukan karena AC mati, bukan karena cuaca panas, tapi karena hasrat dan kerinduan yang tak pernah terpadamkan telah membakar dirinya.
Dan di malam yang seharusnya sunyi, Ayla terbaring di sisi Bayu, mencoba menolak gejolak yang menggerogoti batas yang dulu pernah mereka patahkan bersama.
Tapi Bayu memeluk tubuhnya. Hangat. Nyata. Seperti dulu.
Ia bisa mendorongnya. Tapi ia tidak.
Karena di kedalaman hatinya yang paling dalam, Ayla pun merindukan pria itu.
Ketika Bayu menyebut namanya—nama yang tak lagi ia gunakan sejak lama—Ayla tahu, satu malam ini akan mengubah segalanya.
Ia tahu ini salah. Tapi lebih dari itu, ia tahu satu hal:
Ia masih mencintai lelaki ini.
Dan malam itu... satu malam saja... ia membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukan yang tak pernah ia lupakan dan rindukan, membiarkan hatinya kembali pulang.
***
Pagi datang.
Ayla menggeliat kecil. Tubuhnya terasa hangat dan nyaman. Hingga puzzle - puzzle di kepalanya mulai menyatu, kesadarannya.. pulih.
"Astaga..." Ayla cepat-cepat menutup mulutnya agar suaranya tak membuat seseorang yang kini mendekapnya terbangun.
"Bayu..." bisiknya lirih, hampir tak terdengar.
Matanya menatap pria yang sudah dua dekade tak dilihatnya. Wajah itu masih sama, bahkan terlihat semakin tampan dan berwibawa, berkarisma.
Tapi sayang... bukan miliknya.
Dulu mata yang terpejam itu selalu menatapnya penuh cinta. Bibir tipis itu selalu tersenyum saat melihatnya. Menyebut namanya. Tangan besar itu selalu menggenggam hangat jemarinya. Bahu lebar itu tak pernah goyah saat ia bersandar. Dada bidang itu selalu menjadi tempatnya bermanja dan mencari kehangatan dari kejam dan dinginnya dunia.
Dan semalam...saat ini... ia berada dalam dekapannya.
Namun Ayla seperti ditampar sesuatu yang tak kasat mata saat menyadari, pria yang kini memberinya kehangatan adalah... suami seseorang.
"Ini salah. Tak seharusnya terjadi. Aku harus pergi sebelum dia menyadari aku ada di sini. Aku tak ingin merusak pernikahannya dan menjadi orang ketiga," batin Ayla.
Dengan hati-hati ia melepaskan pelukan Bayu, namun pria yang telah lama tak merasakan kedamaian dalam tidurnya itu masih terlelap dengan wajah damai.
Laras bergegas membereskan barang-barangnya dan berusaha tak menimbulkan suara.
Sebelum meninggalkan kamar itu, ia menatap Bayu untuk terakhir kalinya.
"Aku pernah jadi milikmu di masa lalu. Tapi sekarang aku milik diriku sendiri. Jangan cari aku, Bay. Bahagiakan hidupmu tanpa melukai siapa pun, termasuk dirimu sendiri," bisik Ayla lirih nyaris seperti bisikan untuk dirinya sendiri.
Tanpa menoleh lagi ke belakang, Ayla meninggalkan kamar itu. Meninggalkan Bayu dan kenangan semalam yang mungkin akan menjadi awal dari sesuatu yang tak pernah ia duga apalagi pikiran meski hanya sepintas saja.
Saat keluar dari kamar, Ayla berhenti sejenak sebelum memantapkan langkahnya meninggalkan tempat itu. Ia tak menyadari, seseorang melihatnya.
Ellen -- istri Bayu.
"Perempuan itu..." Ellen mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih.
Ia menatap punggung Ayla dengan rahang yang mengeras, gigi gemeretak dan mata tajam yang seolah bisa melemparkan pisau yang menancap di tubuh Ayla.
Ayla tiba-tiba berhenti dan menoleh ke belakang. "Aku merasa ada yang mengawasiku," batinnya, tapi tak ada siapapun di belakangnya.
Sunyi.
Kosong.
"Mungkin hanya perasaanku." Ia melanjutkan langkahnya dan tak lagi menoleh ke belakang.
Di balik dinding, Ellen bersandar menghindari tatapan Ayla. Setelah langkah kaki itu terdengar menjauh, ia kembali menatap Ayla dengan tatapan yang seolah bisa membakar Ayla.
"Jangan pernah mendekat. Atau kau akan menyesal..."
...🍁💦🍁...
.
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
syisya
ada hikmahnya juga tindakan sherin dulu yg membuat laras tk disentuh edward masih virgin sampai sekarang, bayu pasti akan syok mendapati bercak merah pada sprei bahwa laras menjaga mahkotanya & bersyukur bayu yg pertama kali walau umur mereka sudah tidak muda lagi.
kira" bayu sudah punya anak belum ya thor, atau dia gak pernah menyentuh istrinya sama sekali makanya istrinya jadi jahat karena sikap dingin bayu selama pernikahan..
2025-05-09
2
Siti Jumiati
kenapa ceritanya Ayla selalu menderita dan ia tak bahagia, ditunggu ceritanya Ayla bisa hidup bersama dengan orang yang dicintainya...
semangat kak lanjutkan dengan cerita bahagia Bayu dan Ayla sehat selalu 🤲
2025-05-08
2
Dzimar Rezkiansyah
20th lalu berarti mereka udh pda Lumayan BerUmur yaa thor..40th kah Umur mereka?
2025-05-09
2