Karena kejadian di malam itu, Malika Zahra terpaksa harus menikah dengan pria yang tidak dicintainya.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan bocah bau kencur!" gerutu seorang pria.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan pak tua!" Lika membalas gerutuan pria itu. "Sudah tua, duda, bau tanah, hidup lagi!"
"Malik! mulutmu itu!"
"Namaku Lika, bukan Malik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylop, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Itumu
"Akhhh!" Lika berteriak melihat dirinya hanya memakai pakaian dallam saja, juga ada seorang pria di hadapannya dan mereka berdua berada di tempat tidur. Di tempat tidur!
Apa yang telah terjadi?
Apa, apakah itu telah terjadi?
"Kenapa aku bisa berada di sini?" tanya Lika seraya mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya. Air matanya mulai berlinang sudah, apa ia diperkaos oleh pria itu.
"Kenapa kamu bisa berada di kamarku?" tanya Evan balik. Ia tidak mengerti kenapa ada wanita di kamarnya. Bagaimana bisa?
"Apa yang sudah kamu lakukan padaku? Dasar pria kurang ajar!" maki Lika sambil memukuli Evan dengan bantal. Ia merasa sesak, pria itu pasti sudah merusaknya. Keperawanannya hilang sudah.
Bagaimana ia akan mengatakan pada Boni?
"Astaga!" Evan tidak mengerti dengan apa yang terjadi sekarang. Bangun-bangun seperti ini.
Tidak lama kemudian, mama kini berada di ruang tamu bersama keduanya. Kedua orang itu kini telah berpakaian dan akan disidang.
Evan menceritakan jika ia tidak mengenal Lika sama sekali. Tadi malam ia pulang dan langsung tidur. Saat pagi menjelang, wanita itu sudah ada di tempat tidurnya saja.
Lika juga menceritakan bahwa ia menyusup ke dapur Evan untuk kabur dari pria di lantai 35. Ia menunggu sampai aman di dapur tersebut. Dan saat pagi menjelang, sudah berada di kamar pria itu saja.
Lika tidak bisa mengingat bagaimana ia bisa sampai di kamar itu. Apa ia yang masuk sendiri atau apa pria itu yang menghampirinya atau bagaimana?
Mama Ros membuang nafasnya dengan kasar. Keduanya tidak ingat karena sama-sama mabuk. Ia mencium aroma minuman kerras di tubuh mereka.
"Kalian harus menikah." ucap mama. Keduanya tanpa sadar sudah melakukan hubungan badan.
"Apa?" kompak keduanya memastikan.
"Lika tidak mau menikah dengan dia!" tunjuknya pada Evan.
"Aku juga tidak mau!" ucap Evan dengan sinis. "Ma, kenapa aku harus menikahinya?"
"Kamu harus bertanggung jawab, Evan. Kalian harus mempertanggung jawabkan perbuatan kalian!" jelas mama. Keduanya sudah tertangkap basah kedua matanya.
"Tidak, ma!" tolak Evan. "Aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu dengannya!" ia yakin tidak menyentuh wanita itu sama sekali. Pasti mereka hanya tidur di tempat tidur saja, tanpa melakukan apapun.
"Kalian sama-sama mabuk dan tidak sadarkan diri." mama memijat pelipisnya. Ia pusing dengan tingkah anaknya yang begitu bebas.
Evan diam. Tadi malam ia tidak ingat sama sekali, terakhir tidur dan paginya bisa begini.
"Tapi, ma. Aku yakin aku tidak menyentuhnya!"
Lika diam dan juga bingung. Apa memang telah terjadi sesuatu antara ia dan pria itu tadi malam?
Wanita itu mengusap air matanya. Ia kabur dari David dan malah berakhir dengan pria lain.
Mama menggeleng. "Sudahlah, Van. Kamu harus menikahinya!"
Evan dan Lika tertangkap basah di tempat tidur. Keduanya sudah tidur bersama. Keduanya harus dinikahkan segera. Itu jalan terbaik.
Lika menggelengkan kepala. Ia tidak mau menikah dengan pria itu. Mau di kemanakan Boni tercintanya. Pernikahan impian mereka kandas sudah.
"Hei, apa itumu sakit?" tanya Evan pada wanita itu.
Jika tadi malam mereka melakukan hal itu, pasti wanita itu merasakan sesuatu di bawah sana.
"Apa?" tanya Lika tidak mengerti apa yang ditanya Evan.
"Itumu sakit atau tidak?" tanya Evan dengan nada mengintimidasi. Jika wanita itu bilang tidak, berarti tadi malam tidak ada yang terjadi di antara mereka. Ia tidak harus menikahi wanita itu untuk bertanggung jawab.
"Apa yang sakit?" tanya Lika benar-benar tidak mengerti pertanyaan Evan.
"Apa mexxx tiiit tiiit tiiit tiiit tiiit tiiit tiiir tiiit tiiit?!!!" Evan menjelaskan dengan kesal agar wanita itu paham maksud pertanyaannya.
"Evan!" bentak mama sambil menatap tajam. Bisanya putranya mengatakan hal seperti itu dengan gamblang.
Lika menutup mulutnya mendengar perkataan Evan yang tanpa sensor itu. Perkataan yang begitu vullgar.
Evan mengatakan tentang pertemuan dan penyatuan antara kedua kellamin.
"Kamu ini!" mama pun jadi menjewer telinga Evan. Putranya malah berkelit, jelas-jelas sudah tertangkap basah. "Kamu tanggung jawab atas perbuatanmu!"
"Ma, aku yakin tidak menyentuhnya!"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Lika menundukkan kepala sambil mengusap air mata yang terus berlinang. Ayahnya pasti marah, hanya melihat dengan wajah datar tanpa bicara.
Ya, pria paruh baya itu marah dan kecewa dengan sang putri. Tadi malam Lika tidak pulang dan tidak mengabarinya sama sekali. Dan pulang-pulang mendapat kabar seperti ini.
Sementara Evan yang berada di rumah Lika menunduk takut pada tatapan mengintimidasi dari papanya.
Papa Rendi kecewa dengan putranya. Evan mengatakan ingin mandiri saat keluar dari rumah, tapi itu hanya alasan saja. Putranya hanya ingin hidup bebas.
Para orang tua pun berembuk tentang masalah anak-anak mereka. Dan keputusannya keduanya harus dinikahkan segera.
Meski Evan dan Lika menolak. Mencoba menjelaskan semua, tapi para orang tua tetap sepakat.
Keduanya tertangkap basah di kamar dan itu kenyataan yang Evan dan Lika tidak bisa sanggah lagi. Jalan terbaik yakni segera menikahkan keduanya.
Evan mengusap wajahnya. Ia melihat sinis ke arah wanita itu. Lika masih berusia 20 tahun, tidak mungkin menikahinya. Wanita itu masih kecil sekali.
Dan sama, Lika melihat Evan dengan wajah kesal dan sinis. Ia harus menikahi pria itu. Pria yang sudah berusia 33 tahun dan seorang duda.
Mimpi apa dia semalam?
Kenapa kehidupannya jadi kacau begini?
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Ayah!" panggil Lika saat pria paruh baya itu akan masuk kamar. Keluarga Evan sudah pulang.
Ayah diam dan tetap berjalan, tapi langkahnya terhenti karena sang anak memeluknya.
"Ayah, maafkan Lika. Tolong maafkan Lika." mohonnya sambil menangis. Ia sangat sedih sekali. Sedih karena akan menikah dengan pria yang tidak dicintainya dan makin sedih saat ayah mendiaminya.
Ayah melepas tangan Lika. Ia tidak bicara apapun dan tidak mau melihat ke arah anaknya. Masuk kamar dan menutup pintu.
Di dalam kamar, ayah membuang nafasnya dengan kasar sambil mengusap wajahnya. Ia sangat mempercayai Lika, tapi putrinya sudah membuatnya kecewa.
Sebagai seorang ayah, ia jadi merasa gagal menjaga putrinya. Hingga hal seperti ini terjadi.
"Ayah... Ayah..." Lika memanggil dari luar kamar sambil mengetuk-ngetuk pintu. Berharap ayah tidak marah dan memaafkannya. Didiami seperti ini membuatnya sedih.
"Lika, sudahlah." ucap bunda sambil menggeleng. Jujur sama seperti ayah, ia juga kecewa pada sang anak.
"Bunda," ucap Lika berlari memeluk sang bunda. Ia menangis dalam pelukannya.
Penyesalan memang datang terlambat. Seharusnya ia mendengarkan ayahnya, pasti hal seperti ini tidak pernah terjadi.
Tapi seharusnya ia tidak menemani Ratna tadi malam. Ya, Ratna yang menyebabkan semua ini. Teman laknat yang menjual dirinya.
'Awas kau Ratna!' Lika geram sekali pada temannya tersebut. Ia meremat tangan menahan kekesalannya.
.
.
.
gmn hayo Lika, jadi gak minjem uang ke Evan untuk transfer Boni? 😁
Van, tolong selidiki tuh Boni, kalau ada bukti yg akurat kan Lika biar sadar tuh Boni hanya memanfaatkan dan membodohi nya doang
makanya jangan perang dunia trs, romantis dikit kek sebagai pasutri 😁