NovelToon NovelToon
CINTAKU SEPERTI JEMBATAN GARAM

CINTAKU SEPERTI JEMBATAN GARAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nelki

- 𝗨𝗽𝗱𝗮𝘁𝗲 𝗦𝗲𝘁𝗶𝗮𝗽 𝗛𝗮𝗿𝗶 -

Ria merupakan seorang mahasiswi yang dulunya pernah memiliki kedekatan dengan seorang pria bernama Ryan di dunia maya. Hubungan mereka awalnya mulus dan baik-baik saja, tapi tanpa ada tanda-tanda keretakan berakhir dengan menghilang satu sama lain. Sampai Ryan menghubungi kembali dan ingin memulai hubungan yang nyata.
Akankah Ria menerima atau menolaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nelki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencananya Mau Baikan

Tak terasa seminggu telah berlalu. Segala hal yang melelahkan hati ikut menguap. Tiba di waktu berikutnya, gangguan muncul tanpa disangka. Siapa lagi kalau bukan Ryan. Entah bagaimana dia bisa tahan tidak menghubungiku selama ini. Padahal kalo cewek marah kan bisa dibujuk. Katanya aja mau ngejar, nyatanya hmm… gampang nyerah. Eh tapi, kayaknya terlalu nurut deh karena ku bilang mau hubungi dia lagi.

Masih mahasiswa awal maklumlah kalo banyak tugas lupa waktu. Apalagi orang yang ga berhubungan sama sekali kaya dia. Pesan singkat Ryan hanya menanyakan kelanjutan hubungan kita. Hubungan kita aja ga jelas pake nanya ya ga sih? 

✉️

Ryan: Mau gimana baikannya? Jangan cuekin aku dong! 🥺

Ria: Besok kan aku libur tuh, kamu temenin aku aja dan harus turutin kemauan aku seharian itu gimana?

Ryan: Oke siap. Apapun itu yang penting kamu seneng.

Ria: Jam 9 pagi di titik nol yah. 

Ryan: Kamu ga sharelok aja biar aku jemput?

Nih orang makin nurut makin ngelunjak aja. Masa iya mau dijemput. Hubungan kita ini lho belum bisa dipastiin. Apa kata temen kost yang lain kalo sampe liat? Kan gawat jadinya. 

✉️

Ria: Ga usah ketemuan di sana aja

Ryan: Oke deh, tapi pulangnya ku anter yah.

Ria: Ga usah.

Ryan: Oke, oke kalo emang ga mau ya udah aku ga maksa lagi. Sampai ketemuan besok. 👋👋

Lega rasanya satu agenda akan terlaksana besok. Semoga aja bisa puas-puasin nyuruh-nyuruh Ryan nantinya. Toh dia juga ga bakalan protes.

****

Ryan yang sudah tak sabar untuk pengejaran besok, sepulang kerja dia sibuk mengobrak-abrik lemari bajunya. Dia berencana mengubah agenda berbaikan jadi kencan. Masa ada kesempatan ga dimanfaatkan. Satu persatu setelan baju dan celana dari dalam lemari keluar. Dia meletakkan di depan tubuhnya sambil bercermin. Akhirnya setelah sekian lama memilih, ia mendapatkan setelan kasual terdiri dari jeans dan kemeja polos. 

Semetara itu, diriku masih asyik bermain ponsel, mencari-cari tempat tujuan lain yang akan dikunjungi. Dalam pikiranku tempatnya harus bagus dan wajib ada makanan enaknya. Ku putuskan untuk ke Candi Prambanan. Sementara baru itu aja sih, kalo ada lagi nanti bisalah bilang langsung ke Ryan.

****

Malam harinya, aku mulai memilih baju untuk jalan-jalan besok. Hampir semua pakaian keluar dari lemariku, tapi tak satupun yang cocok aku buat jalan besok pagi.

“Gimana nih ga ada baju!” pekikku.

“Baju bejibun kek gitu bilang ga ada baju. Heran deh,” ucap Fina.

Aku menoleh ke arah suara, terlihat Fani telah berdiri di depan pintu kamarku. Langsung saja aku memasang wajah memelas seraya berkata, “Fin aku ga ada baju buat jalan besok. Gimana nih?”

“Emangnya harus pake baju khusus yah kalo mo jalan aja. Apa jangan-jangan mo ngedate nih,” kata Fina menyelidik. 

“Nggak lah cuma temen ada salah terus minta maaf. Ngajakin jalan aja deh,” terangku santai. 

Dalam hatiku, takut ketahuan kalo bareng cowok yang lagi ngejar aku. Bisa-bisa nanti jadi bahan gibahnya. Agar tidak curiga, aku segera mengalihkan topik pembicaraan.

“Temenin cari baju Fin,” kataku sedikit memohon dan mendekat ke arahnya. 

Fina tampak sebal. Dia memutar bola matanya. Lalu, berpura-pura berpikir keras untuk mengambil keputusan. Dia menghembuskan napas berat dan berkata, “Oke.” Setelah mendapat persetujuannya, aku langsung memeluknya sambil berkata, “Baik banget sih temenku yang satu ini.”

“Udah lepas ayo siap-siap langsung berangkat mumpung belum malem banget!” ujarnya.

“Oke bos,” jawabku.

Aku langsung masuk ke kamar, menutup pintu, dan bersiap untuk belanja. Jangan lupa dompet dan duitnya. Percuma kalo bawa dompet ga ada isinya ga bisa belanja nanti. Oh ya, jangan lupa ponsel siapa tau ada yang ngehubungin kalo ada yang penting.

****

Lima belas menit kemudian aku dan Fina sudah siap untuk berangkat. Kami berdua naik di motor matic Fina. Dia yang mengendarai di depan, sedangkan aku duduk di belakang. Motor melaju membelah dinginnya angin malam ini. Langit yang terang dihiasi bintang-bintang. Mereka tak kesepian dengan kehadiran sang bulan. Pepohonan cemara yang rindang di pinggir jalan, dahan dan daunnya melambai-lambai diterpa angin.

Motor berhenti di depan toko pakaian yang masih buka. Kami turun dan melangkah masuk. Petugas pelayanan yang ramah menyambut kami.

“Selamat datang di toko kami kak. Silakan boleh masuk dan melihat-lihat dulu! Kalau ada yang cocok bisa langsung dibawa ke kasir,” ucap petugas itu sambil tersenyum ramah.

“Iya kak,” jawab kami hampir bersamaan. 

Fina segera menarik tanganku, menelusuri tempat pakaian wanita muslim. Ini yang mau beli aku, tapi yang semangat malah dia keknya. Fina dengan cepat langsung mengambil beberapa gamis yang simpel dan elegan untukku dan memintaku berubah. Aku yang baru memilah-milah sudah disodori pakaian olehnya hanya tertegun. 

“Kok cepet banget milihnya sih Fin? tanyaku.

“Oh itu, beberapa hari lalu aku abis dari sini beli baju juga. Jadi tau beberapa yang cocok sama kamu,” terangnya.

Pada akhirnya aku mencoba gamis pilihan Fina. Aku mencoba gamis pertama berwarna moca dengan tambahan renda. Bagian lengannya sedikit menggelembung dengan kerutan di pergelangan. Menurutku gayanya lumayan oke, tapi saat kutunjukkan Fina bilang ga cocok. Terpaksa aku merubah ke gamis ke dua. Gamis berwarna hijau sage dengan bahan crincle jadi meski ga disetrika masih aman dipake. Desainnya simpel dengan tali belakang dan kerutan di lengannya. Namun, pilihannya ini akhirnya ditolak juga oleh Fina.

Gamis ketiga juga yang terakhir berwarna biru warna favoritku nih. Desainnya aku suka banget kaya potongan atasan sama bawahan gitu. Ada talinya di bagian depan, atasannya panjangnya sampai sekitar paha dan bawahannya melebar. Karet di kerutan lengan baju agak besar jadi nyaman aja dipakenya. Fina yang liat langsung ngacungin jempolnya soalnya emang cocok di aku. Langsung deh, ke kasir bayar lalu pulang.

Setibanya di kost aku buru-buru kucek gamisnya lalu keringin. Untung aja di kost ada mesin cuci. Lalu, jemur diangin-anginin aja tunggu besok dah kering keknya. Ah akhirnya bisa tenang buat outfit jalan besok. Waktunya bobo cantik.

****

Hampir tengah malam, tapi Ryan masih lembur di rumah pamannya. Yah, karena ada kerabat yang punya rumah di Jogja dia ga perlu cari tempat tinggal. Lagian rumahnya luas. Di depan layar laptop yang terang, wajahnya tapi terlihat letih. Mungkin karena udah biasa kali ya. Wajahnya yang tampan tak luput sering mencuri perhatian cewek-cewek di luar sana. Untung saja dia di dalam kamar, kalau sampai mereka liat dia pakai kacamata. Beuhh… gantengnya nambah.

Sesekali dia melirik ponselnya, terkadang juga dicek. Dia menunggu pesanku untuk basa-basi jalan besok padahal dia sendiri sudah tahu jam tidurku. Laptopnya masih menyala, pekerjaannya hampir selesai. Dia membuka galeri ponselnya, ada fotoku di sana. Dia menatapnya dengan tatapan lembut lalu kemudian tersenyum. Aduh emang yah kalo lagi jatuh cinta itu bikin senyum-senyum sendiri. Dia hanya melihat foto beberapa tahun lalu saat kita berdua saling kenal di dunia maya dan bertukar foto diri masing-masing.

Kenangan masa lalu antara dia dan aku bisa dibilang cukup manis pada awalnya. Aku yang masih duduk di bangku SMA tepatnya kelas 11 kenal dengan seorang mahasiswa dari universitas top di Indonesia. Gimana ga kegirangan akunya. Tiap kali ada tugas yang susah tinggal hubungi dia buat bantu ngerjain. Semisal belum paham diajarin pelan-pelan sampe paham. Duh bener-bener deh sampe segitunya. Pernah tanya kenapa perilakunya ke aku khusus. Jawabnya aku emang sosok yang spesial. Aahhhh…. malunya sampe pengen ngilang dari dunia. Biar ga ada yang tau sesalting apa aku waktu itu. 

Ryan yang selesai melamun tersadar. Dia melihat jam, sudah pukul satu dini hari. Dia bergegas menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda. Dua puluh menit kemudian dia selesai. Dimatikan laptop dan bergegas ke tempat tidurnya. Ditatapnya langit-langit kamar, dia sedang membayangkan wajah cewek yang lagi dikejar. Ya, itu aku.

“Semoga aku ga jagain jodoh orang,” katanya dengan perasaan campur aduk mengingat pernah ditolak sebelum memulai hubungan denganku.

1
Alucard
Aku gak bisa tidur kalau belum baca next chapter, fix it thor! 🥴
ALISA<3
Gemesin banget! 😍
MindlessKilling
Luar biasa! 👏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!